RENUNGAN MINGGU BIASA XXIII, 8 September 2024

1398

Bacaan Pertama, Yes 35:4-7a

Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ”Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air.


Bacaan Kedua, Yak 2:1-5

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.

Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: ”Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: ”Berdirilah di sana!” atau: ”Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!”, bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

Bacaan Injil, Mrk 7:31-37

Sekali peristiwa Yesus meninggalkan daerah Tirus dan lewat Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.

Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: ”Efata!”, artinya: Terbukalah!

Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: ”Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.””

EFATA

Saya kira, kita hari ini masih mengalami kegembiraan berkat Kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta, Indonesia. Saya yakin, kunjungan ini masih akan jadi pembicaraan di antara kita maupun di media sosial. Teladan kesederhanaannya menunjukkan kepada kita bahwa siapapun kita pada akhirnya tergantung dari pilihan-pilihan yang kita buat. Pilihan-pilihan itu juga tergantung dari bagaimana cara kita melihat. 

Paus Fransiskus adalah orang yang melihat, matanya terbuka akan realitas masih banyak orang miskin dan menderita. Menjadi Paus, dia berhak mendapatkan fasilitas terbaik dari Vatikan. Tapi dia menolak itu semua, justru karena matanya terbuka bahwa jabatan dan kehormatan bukan untuk dipamerkan. Banyak orang lebih membutuhkan beliau sebagai sahabat, saudara tanpa jarak – daripada seorang pemimpin tertinggi yang tak dapat digapai. Untuk itulah pilihan-pilihan sederhana beliau ambil. Pesawat komersial, mobil biasa, penginapan biasa, sepatu yang biasa dia pakai dan sebagainya. 

Sebaliknya, masih banyak orang buta akan apa yang ada di hadapannya. Banyak orang hanya melihat dengan mata fisik, tapi tidak melihat dan memperhatikan dengan hati. Yakobus dalam suratnya menegaskan itu, janganlah imanmu itu kamu amalkan dengan memandang muka. 

Tuhan datang menyembuhkan orang yang tuli dan gagap. Orang itu tidak mampu mendengarkan kabar gembira sehingga akhirnya sulit mewartakan kabar gembira karena gagap. Tuhan datang menghilangkan hambatan itu. Agar setiap orang mampu mendengarkan kabar sukacita yang masuk ke dalam hati. 

Mari kita memohon hikmat dan rahmat dari Allah agar kita memiliki keterbukaan hati. 

Kamu gimana?

RA

1 COMMENT

  1. bagus banget renungan nya Romo 🙂 , semoga dari kita, menjadi orang yang lebih peka terhadap lingkungan sekitar, dengan hadir & menyapa mereka, yg jarang kita kunjungi, menjadi orang yang ramah & bersahaja 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here