RENUNGAN MINGGU BIASA XXII, 1 September 2024

3366

Bacaan Pertama, Ul 4:1-2.6-8
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu. Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.

Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?”


Bacaan Kedua, Yak 1:17-18.21b-22.27
Saudara-saudaraku yang terkasih, setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”


Bacaan Injil Mrk 7:1-8.14-15.21-23
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.

Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: ”Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ”Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Renungan Singkat

Kalau anda membaca harian Kompas, di awal minggu ini disajikan reportase investigasi yang bikin emosi. Isinya tentang adanya sindikat penipuan para pencari kerja. Kelompok ini membuat lowongan kerja fiktif sedemikian rupa sehingga meyakinkan para korban. Alih-alih diterima kerja, para korban malah dimintai uang jaminan yang cukup besar. Lalu mereka diminta datang ke tempat-tempat tertentu untuk wawancara. Saat datang ke tempat wawancara, hanya gedung kosong yang mereka jumpai. Habis waktu, tenaga dan dana, sementara pekerjaan yang mereka harapkan hanya angan-angan belaka. 

Membaca reportase ini hati saya jengkel sekali. Kok bisa ada orang sejahat itu. Para pencari kerja adalah orang-orang membutuhkan pertolongan dan bantuan. Tapi masih ada segelintir orang yang memanfaatkan kebutuhan itu dan menipu mereka. Menipu orang biasa saja sudah jahat, ini lagi menipu orang-orang yang seharusnya dibantu. Jahat sekali. Tidak punya hati. 

Rekan-rekan sekalian, pada minggu ini Sabda Tuhan mengingatkan kita betapa pentingnya memurnikan hati. Hati yang baik menjadi pusat kebaikan hati manusia. Bukan apa yang dari luar yang masuk, tapi apa yang dari dalam hati yang keluar itulah yang menajiskan kita. Kalau hati di dalam sudah baik dan tulus, keburukkan apapun dari tidak akan menggoyahkan. Tapi kalau hati sudah busuk, kebaikan apapun akan dimanfaatkan untuk kepentingan jahat. 

Dalam Kitab Ulangan, Musa – berulang kali mengingatkan bangsa Israel, supaya ketetapan dan peraturan yang telah Tuhan berikan kepada mereka itu ditanam baik-baik dalam hati mereka. Jangan ditambah-tambah, jangan dikurangi. Lakukan dengan setia. 

Pun dalam bacaan kedua, Rasul Yakobus juga memberi pesan yang persis sama. Buang segala yang kotor dari dalam hati. Tanam Firman Tuhan baik-baik dalam hati. Tak cukup itu. Jadilah pelaku firman, bukan hanya pendengar. Jangan hanya jadi orang katolik wacana doang. Do the word of God!. 

Kritik Yesus kepada orang Farisi dan Ahli Taurat dalam Injil juga seputar iman lahiriah atau iman batiniah. Banyak aturan-aturan lahiriah yang sebetulnya tak ada substansinya dipelihara. Cuci tangan bersih-bersih baik demi higienitas kesehatan, tak perlu ditarik ke ranah iman. Apa gunanya rajin bersih-bersih yang kelihatan tapi hati penuh kebusukan. Bagi Yesus, jauh lebih penting kita menata juga apa yang ada di dalam setiap hati manusia. Hati yang bersih dan baik, apalagi penuh akan firman Tuhan akan mengeluarkan perbendaharaan kata dan tindakan yang baik. Sebaliknya, hati yang penuh dosa dan kejahatan akan menajiskan. 

Bulan September ini kita masuk dalam Bulan Kitab Suci Nasional. Inilah waktu yang disediakan bagi umat beriman untuk meluangkan waktu khusus menimba kekayaan mendalam Firman Tuhan dalam Kitab Suci. Tanamkan Firman Tuhan dalam hati, dan laksanakan dalam hidup sehari-hari. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here