RENUNGAN MINGGU BIASA XVII, 28 Juli 2024

1864

Bacaan Pertama, 2Raj 4:42-44
Sekali peristiwa datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Elisa, abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa: ”Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan.” Tetapi pelayannya itu berkata: ”Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” Jawabnya: ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Lalu dihidangkannyalah roti itu di depan mereka. Maka makanlah mereka dan masih ada sisanya, sesuai dengan firman Tuhan.


Bacaan Kedua, Ef 4:1-6
Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan demi Tuhan, menasihati kamu, supaya  sebagai orang-orang yang telah terpanggil, kamu hidup berpadanan dengan panggilan itu.

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa kita semua, yang mengatasi semua, menyertai semua dan menjiwai semua.


Bacaan Injil, Yoh 6:1-15
Sekali peristiwa, Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: ”Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”

Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: ”Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”

Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: ”Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: ”Suruhlah orang-orang itu duduk. Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”

Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ”Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”

Renungan Singkat

Mewartakan iman – menegakkan keadilan

Tema keadilan menjadi salah satu tema penting dari ajaran iman Gereja Katolik. Apa itu definisi keadilan? Mungkin kita sering mengartikan keadilan adalah sama rasa – sama rata. Tapi apakah benar demikian?

Dalam Katekismus Gereja Katolik – Keadilan adalah kehendak yang teguh dan tetap untuk memberikan kepada Allah dan sesama apa yang menjadi hak mereka (KGK 1836). Kepada Allah, segala pujian, syukur, hormat dan kemuliaan bagi-Nya. Itu tidak perlu diperdebatkan. Kepada manusia adalah hak apa yang melekat dalam diri manusia. Pertanyaannya hak yang mana?

Secara tegas, setiap pribadi manusia berhak mendapatkan segala yang ia butuhkan agar tumbuh mencapai kesejahteraannya sendiri. Dan untuk memenuhi itu, dibutuhkan kesadaran bersama – kerja bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebab dalam kesejahteraan bersama diandaikan pribadi-pribadi di dalamnya juga sejahtera. 

Bacaan-bacaan hari ini memberikan kepada kita salah satu hak setiap pribadi manusia untuk tumbuh. Hak itu adalah hak untuk mendapat makanan. Makanan diperlukan untuk tumbuh, sebab di sana terdapat gizi yang diperlukan untuk tubuh kita. 

Elisa berhadapan dengan situasi kelaparan di Gilgal. Sempat ada keraguan apakah dua puluh roti jelai cukup untuk memberi makan 100 orang. Firman Tuhan, “Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya”. Kalau Tuhan turut campur memberi makan, berarti soal makan itu memang dikehendaki Tuhan. 

Yesus dan murid-murid-Nya juga menghadapi persoalan yang sama seperti Elisa. Di depan mereka ada 5000 orang laki-laki – kepala keluarga, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Dan mereka butuh makan. Hak dasar manusia.

Tuhan menghendaki mereka makan dan memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengusahakan itu.

Filipus  dan Andreas menyambut niat dan kehendak itu. Tapi mereka ragu, bisakah dengan sumber daya yang sedikit bisa memberi makan untuk sedemikian banyak orang. Sumber daya yang ada tidak sebanding dengan jumlah yang harus dilayani. 

Kristus mengambil sumber daya itu, mengucap syukur kepada Bapa-Nya, dan membagi-bagikannya kepada orang disana. Semua dapat makan, bahkan makanan itu sisa dua belas bakul. 

Ungkapan syukur kepada Allah diwujudkan juga melalui usaha untuk memenuhi hak-hak dasariah manusia. Mewartakan iman – mewujudkan keadilan. Kita orang beriman menunjukkan kasih dengan saling membantu. 

Zaman ini, banyak sesama kita belum mendapatkan hak-hak dasariahnya untuk tumbuh sebagai manusia yang utuh. Hak pendidikan, hak makanan, hak udara yang sehat, hak air yang bersih, hak jaminan kesehatan, hak bekerja dan berkreatifitas, dan lainnya. Semua itu tanggung jawab kita bersama demi kesejahteraan bersama. 

Lalu, kita gimana?

RA

1 COMMENT

  1. Semoga kita tidak menjadi manusia yang egois, menikmati apa2 dengan sendiri, bisa kita lakukan seperti : membagi makanan kepada orang sekitar kita, misal kita punya lauk lebih, kita bagikan kepada tetangga , atau kita punya roti, kita bagikan kepada tukang sapu jalanan, konsep nya, kalau kita berbagi kepada orang kecil, sedikit pun mereka senang, coba kalau kita beri ke orang kaya, pasti lain hal nya, benar gitu engga sih 😁

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here