Bacaan Ekaristi
Yes 63:16b-17, 64:1, 3b-8
1Kor 1:3-9
Mrk 13:33-37
HATI-HATILAH DAN BERJAGA-JAGALAH
Hari ini kita mengawali Tahun Baru Kalendarium Gereja dengan Minggu Adven I. Kita memasuki Tahun B/II. Itu berarti sepanjang tahun, pada hari minggu kita akan ditemani oleh Injil Markus. Injil Markus merupakan Injil yang singkat, lugas dalam kalimat dan menantang keyakinan iman kita. Sebagaimana dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya sekali lagi untuk berhati-hati dan berjaga-jaga!
Setiap kali kita sering menggunakan kata-kata itu. “Hati-hati ya”, begitu kalau kita berpesan kepada orang yang kita kenal manakala mereka mau bepergian. Kalimat tersebut mengandung makna dalam. Jika berkendara, hati-hati dimaksudkan agar berkendara dengan waspada, pelan-pelan saja yang penting selamat sampai tujuan. Lega rasanya jika orang yang kita pesankan betul-betul selamat sampai tujuan dan mengirimkan pesan, “saya sudah sampai ya”.Â
Saat berkomunikasi, hati-hati dimaksudkan agar setiap kalimat dari mulut keluar dengan bijaksana. Tidak menyakiti perasaan dan menyinggung, dan pesannya dimengerti oleh lawan bicara. Karena itu terciptalah lagu, “hati-hati gunakan mulutmu, karna Bapa di surga melihat ke bawah, hati-hati gunakan mulutmu”. Pun juga tangan, kaki dan segala hal yang di luar. Lalu, bagaimana dengan pikiran, perlu hati-hati dalam menggunakan pikiranmu?
—
Pesan Yesus dalam Injil hari ini jelas. Berjaga-jaga, ibarat seorang hamba yang berjaga-jaga menunggu tuannya pulang entah kapan. Yang penting, jangan sampai saat tiba tuannya pulang, hambanya tidak didapati sedang tidur. Tidur adalah saat rentan kita, tidak sadar. Hanya organ-organ vital kita bergerak otomatis untuk menjaga agar kita tetap hidup. Hamba yang berjaga-jaga adalah lambang kesetiaan melaksanakan tanggung jawab atas tugas dari tuannya untuk menjaga rumahnya sesuai dengan tugasnya.Â
Kapan penunggu pintu harus berjaga-jaga? Kisah Injil menyebutkan, bahwa tuan rumah bisa saja pulang menjelang malam, tengah malam, dan atau larut malam, atau pagi-pagi buta. Menarik, kisah tidak menyebutkan untuk berjaga-jaga di siang hari, melainkan berjaga-jaga pada empat kondisi malam: Menjelang malam, tengah malam, larut malam dan pagi-pagi buta. Empat waktu malam itu adalah waktu kritis dan rentan, di mana ancaman keburukan bisa meningkat, tanpa perlindungan cahaya sinar mentari. Saat itu kewaspadaan memang harus ditingkatkan, sementara itu tubuh lelah dan ingin tidur. Kontras.Â
Setia sebagai anak-anak Allah. Itu yang menjadi pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Kita dipanggil untuk setia selalu kepada Allah, sebagaimana Ia juga setia kepada kita. Dalam Kristus, Bapa meneguhkan peziarahan kita sampai pada hari kesudahan. Juga Yesaya, mengingatkan umat Israel bahwa Tuhanlah Bapa. Ia yang selama ini menyertai dan menguatkan. Namun, manusia seringkali jatuh dalam ketidaksetiaan, memilih jalan yang lain, memberontak dan berpaling dari Allah.Â
—
RA