Kis 28:16-20.30-31
Yoh 21:20-25
KEHENDAKKU, ATAU KEHENDAK TUHAN?
Perjalanan hidup St. Paulus semakin mendekati garis akhir. Ia dibawa ke Roma untuk diadili atas permintaannya sendiri. Di Roma ia menjadi tahanan rumah selama dua tahun. Selama itu pula Paulus tetap mewartakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Yesus Kristus.
Ini sesuai dengan pesan Tuhan sendiri baginya, “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma”.
Kalau kita perhatikan, hidup Paulus sedemikian “serunya”. Tidak ada satu pun keputusan besar yang ia ambil berdasarkan pertimbangannya sendiri. Semua didasarkan pada pesan dan kehendak Tuhan kepadanya. Ke mana ia harus pergi, ke mana ia harus menyelamatkan diri, ke mana ia harus bersaksi. Tuhan yang menghendaki, Paulus tinggal ikut dan melaksanakannya.Â
Sejenak saya bertanya juga, Apakah Paulus pernah punya cita-cita yang ia miliki sendiri, yang ingin ia kejar sendiri? Ataukah seluruh cita-cita-nya bahkan sudah diletakkan di bawah kaki Kristus? Sehingga, Kristuslah yang menjadi tujuan hidupnya.Â
—
Pertanyaan yang sama juga dilontarkan Petrus kepada Yesus, mengenai nasib Yohanes – Murid yang dikasihi Yesus. “Apa yang kau kehendaki bagi dia Tuhan?”. Tuhan yang menghendaki apa yang terbaik baginya. Itu bukan urusan Petrus. Berbeda dengan Yohanes, Petrus dikehendaki oleh Yesus untuk – “Ikutlah Aku”.Â
—
Kehendakku, atau kehendak Tuhan? Apa kehendak Tuhan bagiku? Bagi saya, anda dan setiap orang ini menjadi pertanyaan seumur hidup yang harus ditemukan jawabannya. Tentu paling menyenangkan jika kehendakku dan kehendak Tuhan bertemu. Tapi biasanya itu jarang terjadi, dan menjadi hal yang paling sulit kita terima.
—
Jadi, kamu gimana?
RA