Kis 2:14.22-23
1Ptr 1:17-21
Luk 24:13-55
Percakapan yang Membebaskan dan
Perjumpaan dengan Tuhan Yang Bangkit dalam Ekaristi
Salah satu inspirasi iman paling kuat berhubung kebangkitan Tuhan adalah transformasi dalam diri para murid. Salah satu kisahnya ada dalam perjalanan dua murid ke Emaus.
Kadang-kadang kita merasa diri paling tahu padahal hanya mendapat berita lewat gosip yang beredar atau sedang viral. Kita merasa paling tahu tentang “apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini” (Luk 24:18). Pada Injil Lukas bab 24 ayat 18, Kleopas berkata kepada Yesus, “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi pada hari-hari belakangan ini?” Di sini, mungkin Kleopas sebal dan dongkol karena merasa seperti sedang berbicara dengan orang asing yang kurang update (‘kudet’).
Yesus tentu Maha Mengenal Hati. Kendati demikian, ia tidak mulai dengan menilai. Yesus bertanya dan memulai percakapan yang membebaskan. Tanya Yesus, “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” (ay 17) Menarik sekali. Lukas mencatat bahwa reaksi kedua murid setelah mendengar pertanyaan Yesus ini adalah berhenti dengan wajah yang muram. (bdk. ay 17)
Kita bisa berkontemplasi: Situasi hati dua murid yang sedang pergi ke Emaus rasanya sedih dan kecewa. Penginjil Lukas memberi keterangan. Ketika Yesus datang mendekati mereka karena ingin berjalan bersama kedua murid itu, “Ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.” (ay 16) Wajar saja. Mereka tentu merasa kehilangan. Hubungan yang berarti, yang mendalam, yang telah terbangun dengan Yesus dari Nazaret, terputus karena ia wafat. Tidak hanya itu. Kekeliruan paham tentang siapa sejatinya Yesus itu dan ketidaksesuaian antara ekspektasi dengan realitas iman membuat mereka goncang.
Dari konteks inilah kita bisa melihat proses transformasi dalam diri kedua murid dalam perjalanan ke Emaus. Proses ini berlangsung dalam 5 tahap.
Tahap pertama adalah kepolosan (innocent). Kalimat yang muncul dari Kleopas menggambarkan hal ini. “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ hari-hari belakangan ini?” Kleopas sedang berbicara dengan Yesus tetapi dengan polosnya mengejek Yesus.
Tahap kedua adalah kebingungan (confusion). Mari kita simak curahan hati mereka, “Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” (ay 19-21)
Lalu ketiga, selain bingung, mereka resah (anxious). Kleopas dan temannya resah karena mayat-Nya tidak ditemukan. “Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” (Lukas 24:21-24)
Nah, setelah kepolosan, kebingungan, dan keresahan yang Yesus saksikan inilah, Ia mulai melakukan penyadaran (realization). Inilah tahap ke-empat. Yesus menerangkan isi Kitab Suci kepada mereka. (ay 25-27) Dan tidak hanya itu. Yesus tinggal sejenak bersama-sama mereka untuk merayakan Ekaristi. (ay 30) Hingga akhirnya, “Terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.” (ay 31)
Pada saat mata kedua murid ini terbukalah kemudian mereka menerima. Inilah tahap ke-lima, yakni tahap penerimaan (acceptance). Apa yang mengisi hati mereka ketika mereka menerima? Apa yang mengisi hati mereka ketika mereka menerima dengan benar bahwa Yesus adalah Tuhan yang bangkit? Jawabannya adalah hati yang berkobar-kobar. “Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (ay 32) Maka, pada akhirnya, kedua murid ini bertransformasi menjadi rasul-rasul kebangkitan. Apa yang mereka lakukan kemudian? “Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.”
Perjumpaan dengan Yesus adalah perjumpaan yang mengubah. Percakapan dengan Yesus adalah percakapan yang membebaskan. Perjumpaan dan percakapan ini terjadi di dalam pengalaman, menyentuh hati, dan mengubah dari dalam. Percakapan ini terjadi di dalam Gereja sebab dua murid yang sedang berjalan ke Emaus ini adalah cerminan dari kita sebagai Gereja. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:20) Kita mendengarkan Tuhan berbicara dalam Ekaristi. Saat mendengarkan Sabda Tuhan dibacakan dalam Misa, kita sedang mendengarkan Tuhan berbicara pada kita. Saat melihat Yesus dalam Sakramen Maha Kudus, kita berjumpa dengan-Nya dan mungkin Ia berbicara secara personal dalam hati kita. Dan sesungguhnya, saat menerima-Nya, saat bersatu dengan-Nya, kesadaran kita diubah. Hati kita diubahnya menjadi hati yang berkobar-kobar oleh cinta yang besar, hati yang berkobar-kobar oleh cinta yang rela berkorban. Kita telah melihat: Dua murid yang berjalan ke Emaus ini bertransformasi tahap demi tahap, dari berwajah muram, menjadi berkobar-kobar; dari kepolosan, kebingungan, dan keresahan, menjadi semangat yang menyala-nyala beserta pemahaman yang benar tentang siapakah Yesus itu hingga siap menjadi rasul pemberita Kebangkitan Tuhan.
DS