Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memiliki ARDAS 2022-2026 yang berbunyi: Keuskupan Agung Jakarta sebagai persekutuan dan Gerakan Umat Allah yang berlandaskan Spiritualitas Ekaristis berjuang untuk semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi demi cinta pada tanah air dengan melaksanakan nilai-nilai Ajaran Sosial Gereja dalam setiap sendi kehidupan. “Karena itu, berdirilah teguh, janganlah goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan (1 Kor 15:58) Bunda Maria dan Santo Yusuf, Doakanlah kami”.
Inilah jalan kekudusan umat KAJ di masa sekarang. Kekudusan itu diwujudkan dengan semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi dalam hidup sehari-hari. “Tuhan menghendaki kita kudus, dan tidak mengharapkan kita puas diri dalam sikap tawar hati, suam-suam kuku, tidak konsisten” (Seruan Apostolik Paus Fransiskus, Gaudete et Exultate, art. 1).
Dasar utama perjuangan kita untuk semakin mengasihi adalah pengalaman iman kita akan kasih Allah, sumber sukacita kita. “Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima tawaran penyelamatan-Nya dibebaskan dari dosa, penderitaan, kehampaan batin dan kesepian” (Bdk. Ensiklik Paus Fransiskus Evangelii Gaudium art.1). Bagi kita orang beriman, “Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh. 4:10). Pengalaman bahwa kita dikasihi Allah yang mengutus PutraNya untuk menebus kita pendosa mendorong dan menyemangati kita untuk berjuang mengasihi Allah yang sudah mengasihi kita.
Pengalaman dikasihi itu menyadarkan kita bahwa diri kita adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan, bahkan diangkat sebagai sahabat-sahabat-Nya, suatu martabat yang sangat mulia (Yoh. 15:14-15). Ciri sahabat Yesus adalah orang yang tidak melepaskan diri dari relasi dengan Yesus yang mengasihi kita, seperti Yesus tidak melepaskan hubungan-Nya dengan Bapa dengan senantiasa mengasihi. Relasi itu diumpamakan seperti relasi Yesus sebagai pokok anggur dan kita ranting-rantingnya, dan Bapa adalah pemilik pokok anggur yang memberi hidup (lih. Yoh. 15:5-8). Relasi saling mengasihi dengan Tuhan itu perlu semakin kita bangun dengan semakin mengasihi sesama kita.
Kunci kebahagiaan sejati adalah hidup saling mengasihi. Kita harus berjuang semakin mengasihi juga karena bagi iman kita hidup saling mengasihi itu adalah perintah Tuhan sendiri. “Inilah perintah-Ku: Hendaklah kamu saling mengasihi, seperti Aku mengasihi kamu”(Yoh. 15:12). Kita juga diundang untuk semakin mengasihi bukan hanya keluarga atau sesama orang beriman kristiani, tetapi juga saudara-saudari lain sesama manusia. Hal itu diungkapkan Yesus ketika ditanya hukum yang utama dalam hukum taurat. ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 22:36-40). Sesama yang harus kita kasihi seringkali adalah orang yang jauh hubungan dari kita, Sebagaimana digambarkan dalam kisah orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37). Kisah ini menjadi dasar pengajaran Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tuti (3 Oktober 2020), yang mengajarkan persaudaraan dan persahabatan sosial.
St. Ignatius Loyola memberikan suatu catatan menarik mengenai perwujudan cinta atau kasih. Kasih harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata (Buku Latihan Rohani St. Ignatius No.230). Itulah yang dibuat Allah yang mengasihi dengan kepedulian: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Mari kita belajar dari kisah orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37) yang dijadikan pijakan biblis Paus Fransiskus untuk Ensiklik Fratelli Tutti (Bab II). Perlu diingat bahwa orang Samaria dan orang Yahudi yang dirampok itu tidak saling kenal dan bahkan bisa dikatakan sebagai pihak yang saling “bermusuhan”.
Mewujudkan kasih dalam perbuatan itu dimulai dengan kepedulian. Kepedulian itu digambarkan oleh orang Samaria itu dengan melihat orang itu (yang baru saja dirampok habis-habisan, dipukuli sampai setengah mati), merasakan penderitaan itu dalam hatinya, tergerak oleh belas kasihan, lalu mengambil tindakan: membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, menaikkan ke atas keledai tunggangannya, membawa ke tempat penginapan dan merawatnya, membayari penginapan dan perawatannya. Inilah kepedulian orang yang mengasihi, gambaran Yesus yang mengasihi kita. Sebagai murid, kita dipanggil mengikuti contoh Yesus sang Guru, untuk mengasihi dengan kepedulian yang perlu kita latih. Latihan kepedulian itu bisa dilakukan mulai di rumah, sekolah, asrama dan lingkungan terdekat kita lainnya. Latihan itu juga bisa dilakukan dengan mengirimkan orang muda berlatih melayani di lembaga-lembaga sosial untuk melatih mereka mengasihi dengan kepedulian itu: pada anak berkebutuhan khusus, anak penyandang disabilitas, penghuni panti lansia, panti asuhan, tempat perumahan kumuh, pelayanan untuk orang dengan gangguan jiwa dsb.
Mengapa semakin mengasihi dengan kepedulian itu penting? Semua berakar dari penghormatan kita akan martabat manusia, sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Bagi orang kristiani, martabat manusia itu amat berharga sehingga Allah sendiri mengutus putra-Nya untuk menyelamatkan manusia dan mengajari serta memerintahkan untuk hidup saling mengasihi dan saling peduli satu sama lain. Karena martabat manusia itu penting bagi kita orang kristiani, hidup sejahtera bersama atau bonum commune itu harus diperjuangkan supaya tidak ada satu orang pun yang hidup tanpa martabat manusia, entah hidup dalam kemiskinan atau tertindas, tidak mendapatkan hak-hak dasarnya sebagai manusia (sandang, pangan, papan, Pendidikan, Kesehatan, termasuk upah pekerja yang layak), juga hak atas lingkungan hidup yang sehat dan layak (Lihat Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si).
Yesus bersabda, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35). Ajakan Yesus untuk memberi kesaksian dengan saling mengasihi itu diperjuangkan oleh para pengikut Kristus sejak jaman Gereja perdana. Mereka mengumpulkan dan membagikan harta miliknya, berkumpul dan berdoa bersama, setia pada ajaran para Rasul, tidak egois, rukun antara satu dan lainnya, hidup dalam kasih karunia Tuhan (Kis. 2:41-47). Menarik sekali bahwa dampak dari kesaksian itu disebutkan juga, “Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Untuk bisa berkembang dalam kasih dan kepedulian, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk keluar, untuk pergi, untuk menjumpai orang terpinggir dan tersingkir di dunia yang penuh persaingan yang menimbulkan korban ini. Perjumpaan dengan mereka mengubah pandangan kita dan menggerakkan hati kita untuk bisa lebih berbelas kasih.
Tindakan kasih dan kepedulian Paus Fransiskus kepada orang yang menderita menjadi kesaksian yang kuat, yang menunjukkan siapa itu orang katolik, pengikut Kristus. Paus Fransiskus menjadi inspirasi bagi banyak orang melalui kesaksian itu, menghargai martabat manusia yang tersingkir. Demikian juga berbagai contoh pelayanan kasih di KAJ yang disajikan dalam buku ini menunjukkan siapa pengikut Kristus, siapa orang katolik. Mereka adalah orang yang mengasihi dan peduli pada orang lapar, haus, telanjang, terpenjara, sakit, umat berkebutuhan khusus, transpuan, difabel, orang di perkampungan kumuh, orang dengan gangguan jiwa, orang yang stress, dan semua orang yang membutuhkan kasih dan kepedulian sosial beserta lingkungan hidup keseluruhannya.
Arah kesaksian itu adalah selalui misioner yaitu semakin terwujudnya kerajaan Allah melalui transformasi atau perubahan dunia yang semakin sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja. Pusat-pusat pelayanan social KAJ dan keterlibatan semua umat demi hidupnya pelayanan di pusat-pusat pelayanan KAJ semoga semakin membantu umat untuk semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi akan kasih Allah yang maharahim tanpa batas.
Daftar berbagai lembaga pelayanan sosial di Keuskupan Agung Jakarta ini, meski tidak bisa mencantumkan semuanya, dimaksudkan untuk melengkapi karya sosial paroki, baik itu yang dikelola oleh Seksi Sosial Paroki maupun Gerakan Ayo Sekolah yang sudah mulai tumbuh dimana-mana. Dalam katalog ini dicantumkan beberapa kategori pelayanan baik yang dilakukan sebuah lembaga berbentuk yayasan maupun komunitas kategorial. Selain itu, dicantumkan juga beberapa pelayanan yang dikerjakan umat KAJ tetapi bertempat di luar keuskupan. Pembagian dalam beberapa kategori itu diharapkan bisa lebih membantu.
Lebih jauh, diharapkan, dengan daftar ini upaya berbelarasa kita pada mereka yang membutuhkan menjadi lebih merata, lebih terkoordinasi, dan tentunya diharapkan menjadi lebih berkualitas. Kemudian, dengan adanya daftar ini pun diharapkan belarasa kita bisa lebih terkoordinasi. Belarasa yang lebih berkualitas atau lebih baik juga bisa dilakukan dengan tidak menghentikan perhatian pada sekali kunjungan.
Salah satu maksud dari menuliskan daftar pelayanan sosial di KAJ ini adalah membantu umat KAJ yang sering bertanya apakah suatu lembaga yang memakai nama ‘berbau’ Katolik itu di bawah payung Gereja atau tidak. Jika masih ragu-ragu atau ada pertanyaan, silakan menghubungi sekretariat Pemikat di GKP KAJ, Jl. Katedral No.7, Ps. Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat 10710, Telepon: (021) 3519193.
Jakarta, 1 Januari 2022
Yusup Edi Mulyono SJ
Vikaris Episkopalis Kategorial Keuskupan Agung Jakarta
Mari persiapkan hati untuk berdoa bersama, memohon kerahiman Allah agar musibah covid19 yg baru kita alami di negeri Indonesia ini segera berlalu.
Tuhan tidak membedakan umatNya. Tuhan mengetahui keluhan dan kebutuhan umatNya. Mari kita serahkan segala yang sedang terjadi pada diri kita saat ini hanya dalam kuasa jamahan kehendakNya saja. Amin