Pada hari Rabu, tanggal 26 Februari 2020 kami murid-murid Sekolah Santo Yoseph Jakarta mulai dari unit TK, SD, SMP, SMA mengikuti misa Rabu Abu di Gereja St. Gabriel Pulo Gebang pukul 08.00 yang di pimpin oleh Romo Aloysius Susilo Wijoyo, Pr. Dalam misa ini juga dihadiri oleh guru, karyawan dan sebagian orang tua murid yang beragama khatolik.
Dalam homilinya Romo mengawali dengan menanyakan apakah kemarin kebanjiran? Romo menceritakan beberapa gereja di Jakarta mengalami kebanjiran yaitu Gereja Keluarga Kudus di Rawamangun, Gereja Kristoporus di Grogol, Gereja Santo Andreas Kim Tae Gon yang mengalami akses jalannya lumpuh karena banjir. Romo Susilo juga mengingatkan bahwa kita semua adalah debu, sehingga kita semua tidak boleh sombong. Kita manusia berasal dari debu dan akan kembali ke debu. Kita diajak untuk saling mengingatkan bahwa kita hanyalah debu maka kita diajak untuk saling bersikap rendah hati.
Misa Rabu Abu ini untuk mengawali masa prapaskah dimana paskah tahun ini jatuh pada tanggal 12 April 2020. Disebut Rabu Abu karena jatuh pada hari Rabu dan kita akan di oleskan abu pada dahi. Mengapa harus di dahi, tidak di tempat lain (di pipi, di tangan dan lain-lain). Karena dahi adalah pusat pikiran kita. Kita akan sungguh-sungguh bertobat jika diawali dengan bertobat dalam pikiran. Unsur tobat yang Romo sampaikan kepada kita yaitu untuk menyadari kesalahan kita, menyesalinya dan merubah sikap dan perilaku kita untuk menjadi lebih baik. Pertobatan ditandai dengan abu yang di oleskan pada dahi. Abu yang dioleskan pada dahi adalah abu hasil pembakaran daun palma kering, daun palma tahun lalu yang sudah diberkati.
Di masa prapaskah kita harus benar-benar bertobat dan berubah ke arah lebih baik. Jadi bukan hanya bertobat di bibir saja, tapi harus benar-benar berubah dalam sikap dan tindakan ke arah yang lebih baik. Pantang wajib dilakukan bagi yang berusia 14 tahun ke atas dan puasa wajib dilakukan bagi yang berumur 17 tahun sampai dengan umur 60 tahun. Untuk yang berumur dibawah 14 tahun maupun yang berumur diatas 60 tahun, pantang dan puasa dapat dilakukan dalam hati karena tobat yang sejati harus berasal dari dalam hati. Karena pantang dan puasa tidak hanya dalam bentuk jasmani tetapi lebih bersifat rohani juga. Romo juga mengingatkan semua untuk ikut aktif dalam kegiatan lingkungan di masa prapaskah ini. Pada akhirnya Romo mengucapkan “Selamat memasuki masa prapaskah”.
Penulis : Agustinus ( Guru SD Santo Yoseph )