Bagaimana rasa perasaan Maria setelah mendengarkan warta dari malaikat? Kita sungguh yakin pastinya bahwa Maria menjadi pribadi yang telah dipercayai sebuah rahasia besar. Ia lebih menyimpan semua itu dalam hatinya, dan tidak dapatlah ia membagikannya kepada siapapun. Rahasia itu pastilah sebuah rahasia sukacita yang dapat memenuhinya dengan kegembiraan, tetapi juga sebuah rahasia yang membingungkan dan “menyusahkan”.
Walaupun kita tahu, bahwa kabar dari malaikat yang mengatakan Maria akan menjadi ibu dari Sang Mesias, tidak ditanggapi dengan penuh keraguan oleh Maria, namun kita bisa berkontemplasi ringan bahwa Maria juga pasti merasa “galau” dan sedikit bertanya. Sungguh, Maria tidak meragukan sama sekali akan kabar tersebut, namun dia lebih memilih “membatasi” diri untuk bertanya. Dia lebih mengungkapkan isi hatinya yang terdalam dengan menggaris bawahi, bagaimana mungkin hal itu terjadi, karena dia belum bersuami. Hanya itu saja yang dicatat di dalam Kitab Suci yang menjadi reaksi Maria. Kita bisa sedikit membandingkan dengan kisah Zakharia ketika mendapatkan kabar dari malaikat bahwa istrinya Elisabet akan mengandung.
Zakharia sungguh tidak yakin dan tidak percaya. Sungguh logis rasanya keraguan itu bagi Zakharia. Sebab, istrinya sudah sungguh lanjut usia. Sudah tidak mungkin akan mengandung. Namun diakhir kisah ini, kabar bahwa Elisabet akan mengandung dalam akhir cerita pergumulan Zakharia sungguhlah terjadi dan benar. Mari kita sedikit mencoba merenunggakan reaksi dua pribadi ini disaat menerima kabar dari Tuhan melalui malaikatnya. Zakharia meragukan dan banyak bertanya, tetapi maria lebih banyak “diam” dan merunduk tuk merenung akan kabar terasebut. Bahkan diakhir kisah kedatangan Malaikat, tampak sekali Maria justru memberikan persetujuan dengan rendah hati dan murah hati akan kabar tersebut. Bagi kita, iman Maria sungguh luar biasa. Namun, dari sisi dia sebagai manusia, tetaplah kita bisa sedikit bermenung, melanjutkan “keresahan” atau pergumulan imannya.
Maria berada dalam situasi yang rumit, di dalam dirinya terkandung sesuatu yang tak terhingga, sesuatu yang sekaligus menggembirakannya dan memprihatinkannya. Ia ingin membagikan rahasia itu kepada seseorang, menemukan di sekelilingnya orang yang mengerti, tetapi ia tidak tahu kepada siapa dan bagaimana caranya menyatakan rahasia dirinya itu. Dalam kegelisahan itu, dengan terus bermenung, gembira nan terbalut “sedih”, ia pergi ke Yudea. Inilah pergumulan Maria. Inilah yang dirasa oleh Maria. Inilah proses ber “iman” Maria. Berjalannya Maria menuju pegunungan Yudea, “sedikit memberi penghiburan” baginya. Suara nyaring Elisabat,”…diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” Dengan tiba-tiba, tanpa diperlukan penjelasan, Maria merasa dipahami. Ia merasa bahwa rahasianya sudah ditangkap oleh Elisabet yang dapat mengetahuinya karena ilham Roh Kudus. Maria merasa batinnya bebas dan dapat menyatakan senyaring-nyaringnya segala yang dirasakannya; karena pengaruh persahabatan yang tulus iklas dan penuh perhatian, karena ada hati yang mau memahami.
Saya ingin memaknai dari kisah Maria dan Elisabet dalam narasi persahabatan. Betapa berharganya persahabatan, yang membantu kita untuk mencurahkan diri dan mempercayakan segala sesuatu yang kita simpan di dalam hati, entah baik entah buruk, sehingga isi hati dapat kita katakan senyaring-nyaringnya. Buah dari persahabatan adalah dikuatkannya iman dalam balutan pengharapan. + Rm. Romanus Pr