KAJ.or.id – Seluruh Gereja (Umat Allah) bersifat misioner, maka harus bertanggungjawab terhadap “panggilan misioner”. Demikianlah kutipan dari salah satu dokumen Konsili Vatikan ke-2 yang menjelaskan tentang kegiatan misoner Gereja. Kutipan ini mengingatkan kita akan panggilan dan tanggung jawab kita sebagai umat kristiani untuk melakukan karya misi.
Sudah beberapa waktu kita mengenal istilah misi domestik, baik di lingkungan Keuskupan Agung Jakarta maupun di beberapa keuskupan lain di Indonesia. Yang dimaksudkan adalah, keuskupan tertentu mengutus imam diosesan dari keuskupan tersebut untuk membantu keuskupan lain di Indonesia yang membutuhkan bantuan tenaga imam. Ini adalah salah satu bentuk solidaritas antar keuskupan di Indonesia. Keuskupan Agung Jakarta juga mengutus beberapa imam diosesan ke keuskupan Timika di Papua dan keuskupan Sintang di Kalimantan Barat.
Ini dilakukan bukan karena Keuskupan Agung Jakarta sudah kelebihan imam, tetapi demi solidaritas dalam keterbatasan.
Lalu apakah hanya para imam, biarawan dan biarawati saja yang bermisi? Ternyata tidak harus demikian. Para awam diajurkan membina semangat misioner dengan melakukan seribu cara (bdk. AG. No. 41). Ada sebuah contoh gerakan menjadi partner dalam misi, yang bisa kita temukan di salah satu sudut di keuskupan Agung Jakarta.
Biara susteran Kasih Yesus Maria (KYM) di Paroki Harapan Indah, Papua, sudah hampir dua tahun ini tidak sepi dengan anak-anak. Mereka berasal dari pelbagai tempat di daerah pedalaman Papua (Bomomani, Tanah Merah, Kokoya), Atambua dan Samosir, dimana pendidikan yang layak masih belum mampu menyapa mereka. Persoalan kekurangan tenaga pengajar, gedung sekolah dan sarana sekolah adalah hal biasa yang mewarnai pendidikan mereka di pelosok negeri kita. Belum lagi masalah sosial dan kesehatan yang terkadang kurang memberi kesempatan kepada mereka untuk bertumbuh sesuai dengan harapan zaman yang terus maju. Atas dasar inilah para suster dan imam yang adalah misionaris domestik di daerah pelosok tersebut menitipkan harapan mereka, yaitu anak-anak tersebut. Misi KAJ di Paroki Bomomani turut andil menitipkan pula puteri-puteri daerahnya.
Bak gayung bersambut harapan mereka direspon dengan baik oleh para suster yang berkarya serta umat paroki Harapan Indah. Mereka bekerjasama menjadi Partner dalam melakuan karya misi. Para suster memberikan pendampingan dalam iman. Para awam memberikan bantuan sebagai tenaga pengajar les privat untuk membaca, berhitung, dll. Adapula yang menyumbangkan donasi untuk kebutuhan pangan dan pendidikan mereka. Demikianlah salah satu contoh menjadi Partner dalam misi. Ada seribu cara lain yang bisa dilakukan. Mari kita menjadi partner misi sebagai wujud kerahiman Allah di KAJ. (RD. Kesaryanto)