Mengapa umat Katolik memintakan berkat dari imam untuk rosario, buku doa, patung, salib? Demikian juga mengapa keluarga Katolik memintakan berkat bagi rumah baru yang akan dihuni, atau pada waktu pertunangan minta berkat pertunangan? Pertanyaan-pertanyaan ini dan yang sejenis ini berkaitan dengan yang dalam Gereja Katolik disebut sakramentali.
Sakramentali adalah kata dalam bahasa Latin yang berarti yang mirip dengan sakramen. Mengenai sakramentali Konstitusi Liturgi mengatakan, “ … Bunda Gereja Kudus telah mengadakan Sakramentali, yakni tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali itu menandakan kurnia-kurnia, terutama yang bersifat rohani, dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Melalui sakramentali itu hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama sakramen-sakramen, dan pelbagai situasi hidup disucikan” (No 60).
Sakramen-sakramen Gereja (Baptis, Penguatan, Ekaristi, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Perkawinan dan Imamat) adalah perayaan resmi Gereja. Di antara ketujuh sakramen itu, Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak kehidupan umat kristiani. Sakramentali adalah upacara atau kegiatan ibadat yang bersumber dari dan mengarah pada sakramen-sakramen. Pemberkatan rumah atau alat-alat transportasi misalnya bersumber dari sakramen baptis. Tandanya : percikan air suci. Demikian juga ibadat pertunangan mengarah pada saikramen perkawinan. Semua rahmat dan daya kekuatan sakramen atau pun sakramentali mengalir dari sumber yang satu dan sama, yaitu misteri Paskah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus seperti disebut dalam Konstitusi Liturgi No. 61. Selanjutnya dalam nomer yang sama dikatakan, “ … dan bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satu pun yang tidak dapat dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah”.
Dibahasakan kembali berdasarkan buku Renungan Bulan Katekese Liturgi, 2015, hlm 12-13 atas ijin penulisnya. + I. Suharyo – Uskup Keuskupan Agung Jakarta. (*)