Bacaan Ekaristi : Kej 1:1-2:2; Kej 22:1-18; Kel 14:15-15:1; Yes 54:5-14; Yes 55:1-11; Bar 3:9-15,32-4:4; Yeh 36:16-17a,18-28; Rm 6:3-11; Mrk 16:1-8
Malam ini adalah sebuah malam berjaga.
Tuhan tidak tidur; Sang Penjaga sedang mengawasi umat-Nya (Mzm 121:4), untuk membawa mereka keluar dari perbudakan dan untuk membuka di hadapan mereka jalan bagi kebebasan. Tuhan sedang mengawasi dan, dengan kekuatan kasih-Nya, Ia sedang membawa umat-Nya melalui Laut Merah. Ia juga sedang membawa Yesus melalui jurang kematian dan akhirat. Ini adalah sebuah malam berjaga-jaga bagi murid-murid Yesus, sebuah malam kesedihan dan ketakutan.
Para laki-laki tetap terkunci di Ruang Atas. Namun, para perempuan pergi ke kubur saat fajar pada hari Minggu untuk mengurapi tubuh Yesus. Hati mereka kebingungan dan mereka bertanya pada diri mereka sendiri : “Bagaimana kita akan masuk? Siapa yang akan menggulingkan batu kubur? …”. Tetapi di sini adalah tanda pertama dari peristiwa besar : batu besar sudah terguling dan kubur terbuka! “Mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan….” (Mrk 16:5).
Para perempuan adalah yang pertama melihat tanda besar ini, kubur kosong; dan mereka adalah yang pertama masuk … “Memasuki kubur”. Alangkah baiknya bagi kita, pada malam berjaga-jaga ini, merefleksikan pengalaman para perempuan tersebut, yang juga berbicara kepada kita. Untuk itulah karenanya kita di sini : masuk, masuk ke dalam Misteri yang telah dikerjakan Allah dengan berjaga-jaga kasih-Nya. Kita tidak bisa menghayati Paskah tanpa masuk ke misteri tersebut. Hal ini bukan sesuatu yang bersifat pengetahuan, sesuatu yang tentangnya hanya kita ketahui atau baca… Lebih dari itu, jauh lebih dari itu! “Masuk ke dalam misteri” berarti kemampuan untuk bertanya-tanya, untuk merenungkan; kemampuan untuk mendengarkan keheningan dan mendengarkan bisikan kecil di tengah keheningan besar yang olehnya Allah berbicara kepada kita (bdk. 1 Raj 19:12).
Masuk ke dalam tuntutan-tuntutan misteri maka kita tidak takut akan kenyataan : maka kita tidak terkunci ke dalam diri kita sendiri, maka kita tidak lari dari apa yang gagal kita paham, maka kita tidak menutup mata terhadap masalah-masalah atau menolak mereka, maka kita tidak mengabaikan pertanyaan-pertanyaan kita… Masuk ke dalam misteri berarti melampaui wilayah kenyamanan kita sendiri, melampaui kemalasan dan ketidakpedulian yang menahan kita, dan pergi keluar dalam pencarian kebenaran, keindahan dan kasih. Sedang mencari sebuah makna yang lebih dalam, sebuah jawaban, dan bukan sebuah jawaban yang mudah, terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menantang iman kita, kesetiaan kita dan keberadaan kita yang sesungguhnya.
Masuk ke dalam misteri tersebut, kita membutuhkan kerendahan hati, kerendahan untuk merendahkan diri kita, untuk turun dari tumpuan “aku” kita yang sangat membanggakan, dari kepongahan kita; kerendahan hati bukan untuk menganggap diri kita begitu serius, mengakui siapa kita sebenarnya: ciptaan-ciptaan dengan kekuatan dan kelemahan, orang-orang berdosa yang membutuhkan pengampunan. Masuk ke dalam misteri tersebut kita membutuhkan kerendahan yang adalah ketidakberdayaan, penolakan terhadap berhala-berhala kita … dengan kata lain, kita perlu menyembah.
Tanpa penyembahan, kita tidak bisa masuk ke dalam misteri. Para perempuan yang adalah murid-murid Yesus mengajarkan kita semua ini. Mereka terus berjaga malam itu, bersama-sama dengan Maria. Dan ia, Bunda Perawan, membantu mereka untuk tidak kehilangan iman dan harapan. Akibatnya, mereka tidak tinggal menjadi para tawanan ketakutan dan kesedihan, tetapi pada pagi-pagi buta mereka pergi keluar membawa minyak urapan mereka, hati mereka diurapi dengan kasih. Mereka berangkat dan menemukan kubur terbuka. Dan mereka memasukinya.
Mereka terus berjaga-jaga, mereka berangkat dan mereka masuk ke dalam Misteri. Semoga kita belajar dari mereka untuk berjaga-jaga bersama Allah dan bersama Maria Bunda kita, sehingga kita juga bisa masuk ke dalam Misteri yang menuntun dari kematian menuju kehidupan. (pope-at-mass.blogspot.com)