Menandai Hari Doa, Paus Fransiskus menentang perdagangan manusia dengan meminta pemerintah seluruh dunia menghapus “luka memalukan” ini yang tidak memiliki tempat dalam “masyarakat sipil.”
“Masing-masing dari kita merasa berkomitmen untuk menyuarakan kasus ini, saudara-saudara kita, martabat mereka dipermalukan,” kata Bapa Suci dalam audiensi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, usai Doa Angelus.
Pada 8 Februari Hari Doa bertepatan dengan Pesta Santo Josephine Bakhita, seorang biarawati Sudan abad ke-19, yang pada saat itu ia masih berusia anak-anak dan telah menjadi korban perbudakan, kata Paus.
Paus Fransiskus memberikan dorongan kepada mereka yang bekerja untuk mengakhiri perdagangan “laki-laki, perempuan, dan anak-anak” yang “diperbudak, dieksploitasi, disalahgunakan sebagai alat untuk bekerja atau kesenangan, dan sering disiksa dan dipermalukan.”
Dia kemudian menyerukan pemerintah seluruh dunia untuk bertindak dalam “menghapus penyebab luka memalukan ini … luka yang tidak layak dalam masyarakat sipil.”
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sebanyak 2,5 juta orang hidup sebagai korban perdagangan manusia.
Berbicara menjelang Doa Angelus, Paus Fransiskus fokus pada penyembuhan dengan mengacu pada Injil hari itu (Markus 1: 29-29) yang mengisahkan penyembuhan ibu mertua Petrus.
“Berkhotbah dan menyembuhkan: ini adalah kegiatan utama Yesus dalam kehidupan dalam masyarakat,” kata Bapa Suci.
Setelah datang ke bumi untuk “mewartakan dan membawa keselamatan seluruh umat manusia,” kata Paus, Yesus menunjukkan kasihnya dengan menyembuhkan orang-orang yang terluka secara fisik dan rohani: “orang miskin, orang-orang berdosa, kerasukan, orang sakit, orang yang dikucilkan.”
“Dia adalah Juru Selamat sejati. Yesus menyelamatkan, Yesus memulihkan, Yesus menyembuhkan”.