Dalam Litani Santa Perawan Maria terdapat gelar-gelar Maria yang tidak begitu saja dapat dimengerti, misalnya Benteng Daud, Benteng Gading, Tabut Perjanjian, Bintang Timur, Bindang Samudera dan masih banyak lagi.
Gelar-gelar tersebut disusun sekitar abad ke-16. Santo Petrus Kanisius mempopulerkan Litani Santa Perawan Maria pada tahun 1558 untuk mendorong sembah bakti (=devosi) kepada Bunda Maria, sebagai tanggapan terhadap Reformasi Protestan yang boleh dikatakan menyerang devosi-devosi sejenis. Litani ini merupakan seruan pujian kepada Santa Maria yang digunakan dalam perayaan-perayaan di Gereja Loreto, Italia sejak abad ketiga belas. Sebagian besar gelar itu berhubungan dengan nubuat Perjanjian Lama yang menyatakan peran Bunda Maria dalam rencana penyelamatan Allah.
Maria dipuji sebagai “Benteng Daud”. Bisa dibayangkan benteng yang dibangun oleh Raja Daud kokoh berdiri di puncak tertinggi pegunungan yang mengelilingi kota Yerusalem. Benteng itu dibangun untuk pertahanan kota, antara lain untuk mengintai kalau-kalau musuh datang. Dari benteng itu musuh yang datang untuk menyerang dapat dengan cepat dan mudah dilihat, sehingga peringatan bahaya dapat cepat diberikan. Dengan kata lain Benteng Daud adalah sarana pertahanan yang unggul.
Maria dibandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, sebagai pribadi yang penuh rahmat dan dikandung tanpa noda dosa. Dengan doa-doa dan teladan hidupnya, Bunda Maria merupakan sarana “pertahanan”. Dengan sarana pertahanan ini Kerajaan Allah akan datang dan tegak berdiri. Kekuatan jahat yang menyerang akan dikalahkan. Demikian juga dalam hidup pribadi kita sebagai orang beriman, doa-doa dan teladan Bunda Maria akan menjaga kita dari segala dosa dan ancaman yang dapat merusak diri kita, keluarga atau komunitas kita. Salam dan Berkat Tuhan bagi Anda, keluarga dan komunitas Anda. + Mgr. I. Suharyo. (*)