Sejak tahun 2004, Keuskupan Agung Jakarta mengutus beberapa imamnya untuk melayani umat di pegunungan Mapiha, kampung Bomomani, wilayah pedalaman Papua di kabupaten Nabire dan Dogiyai dengan jumlah umat sekitar dua ribu tiga ratus orang.
Karya-karya yang dilakukan amatlah sederhana. Teman-teman itu mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, pelatihan di bidang pertanian dan peternakan, asrama dan rumah bina tani untuk anak-anak Papua yang ingin belajar dan melakukan berbagai program kreatif lainnya.
Saudara-saudari yang tinggal di Jakarta dan saudara-saudari yang tinggal di Bomomani menggunakan kata yang sama, misalnya “pendidikan, asrama, bina tani”. Jangan dibayangkan pendidikan, asrama dan pembinaan yang ada di tempat pelayanan itu mirip dengan yang ada di Jakarta. Kata yang dipakai boleh sama, tetapi realitas amat berbeda dan saya tidak sampai hati untuk membahasakannya.
Semuanya itu dijalankan dalam rangka tugas pelayanan kegerejaan yang dimengerti sebagai pewartaan Kerajaan Allah, pewartaan keselamatan. Setelah bekerja beberapa tahun di tempat itu, kepada masing-masing teman ini diberikan nama oleh penduduk setempat yang mereka layani.
Nama Enakidabi diberikan kepada Rama Johan Ferdinand karena menurut pengamatan penduduk setempat semua yang ia kerjakan berhasil dan membawa kebaikan bagi masyarakat. Nama Enanapode mengungkapkan kematangan dalam tindakan sehingga pekerjaan yang baik yang dilakukan oleh pendahulunya menjadi lebih baik. Nama ini diberikan kepada Rama Michael Wisnu. Sedang nama Idegaiyabi diberikan kepada Rama Yustinus Kesaryanto yang sekarang masih berada di Bomomani. Sebelum menyediakan diri untuk diutus ke tempat itu, ia sudah datang lebih dahulu dan melihat keadaan wilayah pelayanannya yang berat dan penuh tantangan. Kendati demikian ia mau datang dan sekarang bekerja dengan gembira di tempat yang tidak bagus yang sudah ia ketahui sebelumnya.
Kehadiran mereka adalah wujud inkarnasi yang amat nyata. Buahnya adalah keselamatan yang amat nyata pula. Ini semua tidak lepas dari dukungan yang besar dari Mitra Misi Domestik (=MMD) yang terdiri dari para awam di Jakarta maupun Papua yang merasa terketuk hatinya untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah, membawa keselamatan yang nyata bagi masyarakat pedalaman Papua. Semoga Tuhan semakin dimuliakan dan semakin banyak orang mengalami keselamatan karena pelayanan kita dengan cara yang berbeda-beda. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas Anda. + I. Suharyo. (*)