Dalam penerbangan kembali dari Rio, Paus Fransiskus mengadakan konferensi pers dengan para wartawan sekitar satu setengah jam. Paus berbicara tentang isu-isu yang juga kontroversial seperti peranan wanita dalam Gereja, Bank Vatikan dan ia bahkan berbicara tentang apa yang disebut “lobby gay”.
PAUS FRANSISKUS tentang “lobby gay“
“Akhir- akhir ini cukup banyak publikasi tentang ‘lobby gay’. Saya bahkan belum menemukan orang yang mengenalkan dirinya di Vatikan dengan ‘kartu identitas gay’ . katanya ada beberapa. Dalam situasi-situasi seperti ini, pentinglah untuk membedakan antara seorang gay dan sebuah lobby gay, karena semua lobby adalah sesuatu yang tidak pernah baik. Jika seorang gay, seorang yang punya kehendak baik dan mencari Tuhan, siapakah saya untuk menghakimi dia? Katekismus Gereja Katolik menjelaskan dengan baik sekali bahwa orang-orang ini tidak boleh didiskriminasi melainkan diterima. Masalahnya bukan karena mereka memiliki tendensi ini, mereka adalah saudara-saudara kita, masalahnya adalah melakukan lobby: yaitu atas tendensi ini atau lobby bisnis, lobby politisi, lobby kaum mason, banyak lobby-lobby lainnya .. ini adalah masalah yang paling berat”.
PAUS FRANSISKUS tentang Bank Vatikan
“Saya tidak tahu akan jadi apa Bank Vatikan. Ada yang mengatakan yang terbaik adalah memiliki sebuah bank, yang lain mengatakan seharusnya sebuah dana ‘relief 39;, ada lagi mengatakan sebaiknya ditutup saja. Kita mendengar pilihan-pilihan ini sepanjang waktu. Untuk saat ini, saya percaya dengan pekerjaan dari tim IOR. Entah apakah itu sebuah bank atau dana, atau apapun namanya, semua harus didasari dengan transparansi dan kejujuran. Demikian seharusnya. Terima kasih.
PAUS FRANSISKUS tentang peranan wanita dalam Gereja.
“Sejauh hal tentang tahbisan imamat wanita, Gereja telah berbicara jelas dan jawabannya adalah tetap TIDAK. Yohanes Paulus II menetapkan posisi Gereja dengan pasti. Pintu itu telah tertutup. Tetapi, ijinkan saya katakan suatu hal kepadamu, Bunda kita, Maria, telah lebih jauh penting daripada para rasul, para uskup, para dekan dan para imam. Jadi, para wanita mempunyai peranan yang lebih penting daripada para uskup atau imam. Bagaimana? Hal ini akan kita jelaskan dengan lebih baik lagi.
PAUS FRANSISKUS tentang Mgr. Ricca(tuduhan melakukan skandal dan dikeluarkan dari Nunciatur di Amerika Latin).
“Mengenai Uskup Ricca. Saya telah melakukan apa yang harus kulakukan dibawah Hukum Kanonik, yang melibatkan sebuah investigasi. Investigasi itu tidak menemukan apapun yang berkaitan dengan tuduhan itu. Kami tidak menemukan apapun. Tetapi ijinkan saya menambahkan suatu hal tentang ini. Begitu seringnya, ketika kita memandang kasus-kasus seperti ini, kita menyoroti dosa-dosa orang muda dan mempublikasikan itu. Tetapi setiap orang, awam, imam dan biarawati, jika setiap orang melakukan dosa dan kemudian memohon pengampunan kepada Tuhan, mereka diampuni. Ketika Tuhan mengampuni, IA melupakan. Seperti dalam parabola ‘Anak yang hilang’: saat anakNya kembali, Bapa tidak melakukan interogasi terhadapnya melainkan berpesta. Hal ini sangat penting bagi hidup kita. Saya tidak berbicara tentang tindakan kriminal, itu hal yang berbeda. Pelecehan terhadap anak-anak adalah sebuah tindakan kriminal, tetapi saya sedang membicarakan tentang dosa-dosa.”
PAUS FRANSISKUS tentang hubungan kerjanya dengan Benediktus XVI
Tanggal kanonisasi Yohanes Paulus II yang paling memungkinkan tanggal 27 April dan bukan 8 Desember. “Dengan Benediktus XVI, itu seperti memiliki seorang kakek di rumah. Tapi seorang kakek yang amat bijaksana. Dalam sebuah keluarga, seorang kakek ada di rumah, ia dihormati, dikasihi dan ia didengarkan. Benediktus XVI adalah pria yang amat berhati-hati … Ia tidak melibatkan diri di dalam isu-isu. Sering kali saya berkata kepadanya, ‘Yang Mulia, Anda tetaplah menerima tamu-tamu, berjumpa dengan orang-orang, ikutlah bersama kami.’ Ia akhirnya setuju untuk ikut hadir di dalam inaugurasi patung Santo Mikael yang baru. Saya pikir intinya adalah: seperti memiliki seorang kakek di rumah. Ia seperti seorang ayah bagi saya. Apabila saya sedang bingung atau saya tidak memahami sesuatu hal, saya dapat menelpon dia.”
Bapa Suci juga berkata dia agak merindukan kota Buenos Aires dan berkata ingin pergi keluar dan berjalan di tengah kota. Tetapi ia juga memahami dan menghormati keterbatasan polisi Vatikan. Ia menambahkan bahwa ia tidak takut akan serangan-serangan terhadap dirinya dan menjelaskan bahwa adalah hal yang tidak wajar untuk menjauh dari orang-orang untuk menghindari sebuah serangan.
Bapa Suci menjelaskan juga bahwa ia tidak takut menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan jelas maknanya untuk menyampaikan pesan-pesannya dan pasti akan memberikan lagi banyak hal untuk dibicarakan di masa depan.
(Oleh: Shirley Hadisandjaja/Sumber: TV2000)