Sebelum nabi Yehezkiel diminta Allah berbicara kepada kaum Israel, ia diperintahkan untuk memakan gulungan kitab yang diberikan Allah kepadanya. Nabi Yehezkiel menurutinya. Di dalam mulutnya kitab itu terasa manis seperti madu. (bdk. Yehezkiel 3:1-4).
Nabi Yehezkiel memakan kitab dalam arti harfiah. Namun, memakan kitab dalam arti simbolis adalah membaca, merenungkan, dan melaksanakan Sabda Allah. Gereja Katolik di Indonesia mentradisikan bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional, dengan tujuan agar umat Katolik meluangkan waktu lebih banyak pada bulan ini untuk membaca dan merenungkan Sabda Allah dalam Alkitab.
Apakah manfaat membaca, merenungkan, dan melaksanakan Sabda Tuhan? Nabi Daud dalam Mazmur 119 yang terdiri dari 176 ayat, mengulas panjang-lebar tentang bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Ia mengatakan, “peringatan-peringatanMu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku.” (Mazmur 119:24).
Bagi nabi Daud, Taurat yang disampaikan Tuhan adalah baik baginya, melebihi ribuan keping emas dan perak. (ayat 72). Perintah Tuhan membuatnya lebih bijaksana dari pada musuh-musuhnya, lebih berakal budi dari pada semua pengajarnya, lebih mengerti dari pada orang-orang tua (ayat 98-100). Karena itu, nabi Daud mencondongkan hatinya untuk melakukan ketetapan-ketetapan Tuhan sampai saat terakhir (ayat 122).
Bagaimana dengan kita? Di zaman modern ini seberapa sering kita memakan kitab? Bisa jadi karena kemajuan teknologi yang memudahkan kita mengakses berbagai informasi, malah membuat kita lupa memakan kitab. Kita lebih asyik mencermati berita-berita politik, gosip-gosip selebritas, dan aneka hiburan lainnya.
Alkitab menjadi bacaan yang paling tidak populer dalam kehidupan pengikut Kristus. Lebih menarik membaca buku-buku motivasi, ajaran para guru spiritual, kiat-kiat hidup sukses dan bahagia; ketimbang merenungkan Sabda Tuhan setiap hari.
Tanda Cinta yang Membahagiakan
“Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)
Ketika mewartakan Injil semasa hidup-Nya di dunia, Yesus Kristus menyatakan firman yang didengar oleh murid-murid-Nya bukan berasal dari pada-Nya, melainkan dari Bapa yang mengutus-Nya (bdk. Yohanes 14:24). Dapat dikatakan, di satu sisi Alkitab adalah tanda cinta Allah kepada umat manusia.
Di sisi lain, dengan membaca, merenungkan, dan melaksanakan apa yang disabdakan Allah dalam Alkitab, membuktikan cinta kita kepada Allah seperti yang dikatakan Yesus Kristus, “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya.” (Yohanes 14:21)
Orang yang menaruh cinta akan selalu berusaha mengenal lebih dalam dan menyenangkan kekasihnya. Pikiran dan tindakannya selalu tertuju kepada yang dikasihi. Begitu pula jika kita menaruh cinta kepada Tuhan. Kita akan selalu berusaha mengenal-Nya dengan lebih baik dan menyenangkan hati-Nya. Pikiran dan tindakan kita mengacu pada hal-hal yang berkenan kepada-Nya. Alkitab menjadi acuan, pedoman untuk dapat mengenal pribadi Tuhan dan hidup layak di hadapan-Nya.
Seberapa besar cinta kita kepada Tuhan dapat diukur dengan seberapa sering kita membuka dan menghayati isi Alkitab. Tak cukup hanya pada saat mengikuti perayaan Ekaristi setiap Minggu atau pada Bulan Kitab Suci Nasional kita kita memakan kitab.
Jika setiap hari kita cermat memberi asupan gizi pada tubuh kita, demikian pula kita perlu memberi asupan rohani kepada jiwa kita setiap hari. Bersama nabi Daud kita berucap, “Mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku mendambakan perintah-perintahMu.” (Mazmur 119:131)
Seperti dijanjikan Yesus Kristus, jika kita tetap dalam firman-Nya, kita akan mengetahui kebenaran yang memerdekakan. Selanjutnya, kemerdekaan batin itu akan menghantar kita pada kebahagiaan hidup seperti yang telah dialami nabi Daud, sehingga ia dapat memberi kesaksian, “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatanNya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkanNya. (Mazmur 119:2-3)
Patricia Heinrica