Pada hari Minggu kemarin (22/7), Paus Benediktus mengungkapkan betapa ia sangat terkejut dan sedih mendengar tragedi kekerasan di Aurora, USA, dimana 12 orang terbunuh dan puluhan lain luka-luka. Termasuk salah satunya yang menjadi korban luka-luka adalah WNI Anggiat M Situmeang beserta keluarganya. Bapa Suci menyebut tragedi tersebut sebagai “Kekerasan yang tak masuk diakal.”Dalam tragedi itu dikisahkan seorang pria melepaskan tembakan secara membabi-buta selama film screening bioskop berlangsung.
Selain itu Beliau juga menyatakan empati yang sangat mendalam pada korban tragedi bencana tenggelamnya kapal Feri di Zanzibar, kepulauan semiotnomi yang masuk wilayah Tanzania. Peristiwa itu memakan korban jiwa 68 orang. “Saya turut berbagi penderitaan keluarga dan teman dari para korban dan, terutama anak-anak yang terluka dan dia meyakinkan bahwa semua orang yang menderita dalam tragedi itu akan dibawanya dalam doa.”
Paus Benediktus mengucapkan hal ini setelah pembacaan doa Angelus di halaman kediaman musim panas Paus di Castelgandolfo di perbukitan Roma. Dalam kesempatan itu tidak lupa beliau memberikan dorongan semangat kekeluargaan bagi mereka yang mengambil bagian dalam Olimpiade 2012 di London.
“Saya mengirim salam hangat kepada para atlet, panitia penyelenggara dan penonton semuanya. Saya berdoa bahwa dalam semangat sportif Olimpiade, muncullah niat baik yang dihasilkan melalui setiap peristiwa olahraga internasional ini yang tentunya membuahkan, terutama dalam hal, mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di seluruh dunia. Bagi semua yang hadir dan terlibat langsung maupun tak langsung dalam Olimpiade 2012 London, saya memohonkan berkat khusus dan berlimpah dari Allah Yang Mahakuasa.”
Sebelum Angelus, Paus Benediktus mengambil waktu sejenak untuk merenungkan Injil hari Minggu ini, di mana Yesus digambarkan di “Gembala yang baik”.
Bapa Suci menjelaskan kepada umat beriman yang berkumpul, bahwa Tuhan adalah Gembala umat manusia yang ingin membimbing kita ke padang rumput yang baik, yang disebutkan sebagai “Kepenuhan Hidup.”
Yesus, kata Paus Benediktus, menyajikan dirinya sebagai Gembala yang selalu mencari domba yang hilang.
Lebih lanjut, Bapa Suci menjelaskan bahwa penyembuhan tersembunyi dalam diri Allah bekerja melalui Yesus, yang membawa kedamaian sejati dan rekonsiliasi.
Menutup renungannya, Paus mengatakan, bahwa di tengah-tengah benih “kejahatan perang, Allah tetap hadir menciptakan perdamaian.” (http://www.news.va/).