Kpd: Yth. Dewan Paroki Harian (DPH)
Sesuai dengan Program Karya DKP KAJ 2016 yang telah direncanakan, Pertemuan DPH se-KAJ akan dilaksanakan sebanyak dua kali dalam tahun 2016, yaitu pada Februari dan Juli. Sebagai tindak lanjutnya, maka pertemuan yang kedua akan diadakan pada: Sabtu, 30 Juli 2016, Pk. 08.00 WIB, di Aula Ratna, Panti Asuhan Vincentius Putera, Jl. Kramat Raya 134.
Agenda pertemuan: Rekoleksi, pendalaman dan dialog bersama Uskup Suharyo.
Dalam rangka tersebut, kami mohon agar setiap paroki dapat mengutus 6 orang yang mewakili Dewan Paroki Harian termasuk Ketua Umum/Ketua Dewan Paroki. Konfirmasi kehadiran paling lambat 19 Juli 2016 kepada Sekretariat DKP KAJ melalui email: dkp@kaj.or.id dan dkp.kaj@gmail.com. Info: 021-3519193, eks. 210 (Sekretariat DKP KAJ). (*)
KAJ.or.id – Komisi Kateketik (Komkat) KAJ mengadakan pelatihan Kaderisasi Pelayan Pastoral bekerjasama dengan Seksi Katekese Paroki se-KAJ. Pelatihan ini diadakan di Wisma Samadi Klender, Jakarta Timur pada 30 Juli dan 6 Agustus 2016.
Sebelumnya pelatihan serupa juga telah dilaksanakan pada bulan April, Mei dan Juni. Bagi paroki yang belum mengutus perwakilannya diharapkan segera menghubungi Komkat KAJ (021-3519193, eks. 222) dan Hendro (0813.8585.0682). (*)
IMPLEMENTASI ARDAS KAJ KAJ.or.id – Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ), merupakan pelayanan pastoral yang dinaungi & dihidupi oleh mahasiswa Katolik di Keuskupan Agung Jakarta. PMKAJ terdiri dari berbagai unit, yaitu unit tengah, unit barat, timur, selatan & Pastoran Unika Atmajaya Jakarta.
Dalam rangka mempererat basis komunitas, memetakan kegiatan bersama, serta menumbuhkan kepedulian semangat nasionalisme kaum muda terhadap sesama, komunitas, gereja dan negara yang berlandaskan Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), maka dirancang kegiatan Temu Mahasiswa PMKAJ 2016 yang akan dilaksanakan pada September 2016 nanti.
Seminar Pra Temu PMKAJ 2016
Rangkaian acara tersebut dimulai dengan kegiatan Pra Temu Mahasiswa PMKAJ 2016, yang berbentuk seminar bertemakan “Muda dan Merdeka” di aula Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (26/6), yang dihadiri 100 peserta bersama romo moderator dan panitia . Seminar ini dibagi menjadi dua sesi yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Sesi pertama seminar ini mengenai “Arah Dasar KAJ dan Pancasila sebagai Dasar Negara dengan pembicara RP. Ignatius Ismartono, SY dan Rafael Udik Yunianto dan sesi kedua mengenai “Implemetasi Pancasila Dalam Kehidupan Mahasiswa Katolik” dan pembicara sesi kedua, yaitu Surya Tjandra dan Yuniarto Wijaya. Inti dari sesi pertama adalah memberikan penjelasan mengenai Arah Dasar (ARDAS) dan Pancasila sedangkan sesi kedua mengenai penerapan Arah Dasar dan Pancasila pada mahasiswa Katolik. Sesi Pertama: Kaum Muda Berciri Pancasila
Sesi pertama Romo Ismartono, SY sangat menekankan bahwa Pancasila seharusnya menjadi motivasi untuk menggerakkan komunitas agar terwujudnya kaum muda yang bercirikan Pancasila. Selanjutnya Romo Ismartono juga mengatakan, jika Pancasila dapat dilaksanakan dengan baik akan terwujud kaum muda yang lebih baik dari sebelumnya karena mereka dapat mengetahui hal yang baik dan buruk. Beliau juga berpesan agar kaum muda lebih peka terhadap keadaaan negara dan menegakkan keadilan bagi mereka minoritas yang mengalami diskriminasi.
Rafael Udik Yunianto yang biasa disapa Udi ini berkata, “kaum muda harus mempunyai aksi yang berasal dari diri sendiri agar bisa mempengaruhi sesamanya dan bersama mempraktekkan aksi tersebut dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila ini pada sekiatarnya”. Beliau yang merupakan seorang praktisi HR juga memberikan contoh seorang Mahatma Gandhi dalam memimpin bangsa India dimana dia selalu memberikan contoh atau aksi sehingga bangsa India mengikuti aksi tersebut. Udik juga memberitahukan Keuskupan Agung Jakarta merupakan Keuskupan pertama yang mempratikkan Pancasila sebagai Arah Dasar umatnya dalam menjalankan kehidupan. Intinya, KAJ mengharapkan gereja dapat berubah dari eksklusif menjadi inklusif dan dari pastoral menjadi evengelisasi. Sesi Kedua: Pancasila bagi Mahasiswa Katolik
Sesi kedua yang membahas mengenai “Implemetasi Pancasila Dalam Kehidupan Mahasiswa Katolik”, Surya Tjandra menjelaskan, sekarang dan dulu jauh berbeda. Ada jarak waktu yang tidak bisa terus diterapkan pada waktu berikutnya. “Kalau zaman dulu kita bermain kelereng saja sebagai sebuah permainan, beda ceritanya dengan sekarang, kalian bermain dengan gadget kalian. Adakah yang salah? Tentu tidak, justru kehadiran gadget memudahkan kita dalam berkomunikasi.” Tambahnya. Jadi, dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tentu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tetap mengindahkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Pada kesempatan yang sama Yuniarto Wijaya atau akrab disapa Toto ini, mengatakan seperti apakah Pancasila yang membekas diingatan kita. Pancasila bukan lagi membahas isinya, tetapi aksi nyata kita di lingkungan masyarakat. “Kita perlu memiliki sikap toleransi kepada sesama kita. Cara pandang kita terhadap suatu masalah bukan dari satu sisi saja, tetapi melihatnya dari beragam akspek. Ketika seseorang atau pun komunitas hingga suatu negara mengalami musibah perlu pula sikap simpati, meski dalam bentuk tulisan, dan ucapan melalui medsos. Dalam hal memilih pemimpin bukan asal pilih, tetapi terlibat langsung dalam proses pengusungan hingga pemilihan. Dan jangan jadikan kebiasaan yang buruk menjadi budaya sehingga menyusahkan kita dikemudian hari,” tegasnya.
Dapat disimpulkan bahwa implementasi Pancasila oleh mahasiswa Katolik adalah melakukan sikap toleransi antar umat beragama, menumbuhkan kepekaan dan simpati terhadap lingkungan sekitar, dan tidak melakukan kebiasaan buruk yang merugikan diri dan sesama. (PMKAJ)
Mgr. Ign. Suharyo tampil sebagai salah satu panelis bersama empat orang lainnya dalam buka puasa bersama.
Buka Puasa FKUB dan KAJ
1 of 6
Para peserta alumni Sekolah Agama dan Bina Damai (SABDA) saling bersapa sebelum acara diskusi mulai
Kakanwil Kemenag DR. Abdurrahman (berdiri) juga tampil sebagai panelis di acara buka puasa bersama
Kepala Badan Puskesbangpol DKI DR. Kardiono juga memberikan masukan dalam diskusi panel buka puasa bersama
Santap malam bersama seusai diskusi panel dan sebagian lagi menunaikan sholat di ruangan lain.
Para peserta buka puasa bersama mengajak Mgr. Suharyo untuk foto bersama
Mgr. Ign. Suharyo tampil sebagai salah satu panelis bersama empat orang lainnya dalam buka puasa bersama.
KAJ.or.id – Suasana di aula Katedral Jakarta sejak pukul 16 sudah mulai ramai pada 23 Juni 2016 lalu. Sebagai tuan rumah Uskup Agung Jakarta Mgr. Ign. Suharyo pun sudah berada di lokasi. Satu per satu para tamu khusus yaitu para pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Prov. DKI Jakarta, Rombongan Kepala Kanwil Kemenag DKI, rombongan Kepala Badan Puskesbangpol Prov. DKI serta para alumni Sekolah Agama dan Bina Damai (SABDA) angkat I, II dan III.
Suasana keakraban terlihat dengan saling memberi salam dan bergurau. Hingga akhirnya dimulai dengan diskusi singkat bertajuk: Merajut Persaudaraan dalam Perbedaan. Lima orang panelis mengambil posisi di panggung yaitu Mgr. Ign. Suharyo, DR. H. Abdurrahman (kakanwil Kemenag DKI), H. Taufik (FKUB DKI), H. Taufan dan DR. Kardiono Kepala Badan Kesbangpol DKI. Tampil sebagai moderator Bpk. Rudy Pratikno, SH. Mgr. Suharyo menegaskan bahwa perbedaan itu adalah hakikat dasar manusia.
“Demikian juga anak bangsa ini terdiri dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras. Sebagai bagian dari umat manusia di jagat ini kita pun memiliki rasa kemanusiaan. Rasa inilah yang mempersatukan kita seperti tertera dalam sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,” tutur Mgr. Suharyo.
Mgr. Ign. Suharyo tampil sebagai salah satu panelis bersama empat orang lainnya dalam buka puasa bersama.
Pertanyaannya, lanjut Mgr. Suharyo, bagaimana kita yang saling berbeda ini bisa merajut rasa persaudaraan bukan sebaliknya rasa permusuhan. “Kuncinya adalah mengedepankan dialog baik itu dialog kerja maupun dialog etis. Setiap manusia telah terlukai entah itu dalam skala kecil seperti anak kecil yang dimarahi ibunya maupun skala besar seperti para pengungsi yang terusir dari negaranya karena adanya konflik. Bagaimana kita menanggapi luka batin ini agar kita bisa hidup semakin manusiawi. Kasus-kasus luka batin itu sperti kemiskinan, konflik, atau masalah social lainnya harus didialogkan dalam karya yang disebut dialog karya,” terang Mgr. Suharyo.
Agar dialog karya ini bisa berjalan perlu adanya kepedulian. “Gereja Katolik peduli pada para buruh pekerja di Tangerang. Lantas siapa yang mengurus anak-anak mereka? Lahirlah gagasan mendirikan rumah penitipan anak agar orang tua mereka bisa bekerja seharian,” katanya memberi contoh.
Bagaimana dengan anggota DPR peduli dengan masalah kemanusiaan? “Mereka misalnya harus membuat peraturan, UU yang bisa menjamin terpenuhinya hak setiap warganya. Atau FKUB prihatin melihat semakin merosotnya kerukunan antar umat beragama maka dilahirkanlah program SABDA. Jadi semuanya karena ada kepedulian,” tandas Mgr. Suharyo. Kakanwil Kemenag DR. Abdurrahman (berdiri) juga tampil sebagai panelis di acara buka puasa bersama
Seiring dengan pernyataan Mgr. Suharyo hal serupa juga terungkap dari Kakanwil Kemenag DR. Abdurrahman. “Persaudaraan kongkrit itu telah terujud malam ini. Teman-teman dari non muslim menghargai kami yang berpuasa dan memasilitasi buka puasa. Contoh kongkrit ini sudah menjadi bahan rujukan bagi negara-negara non muslim lainnya dengan bertanya bagaimana Indonesia yang begitu majemuk bisa hidup berdampingan dengan rukun. Antara lain hal itu diceritakan oleh Dubes kita untuk negara Ajarbaijan kemarin ketika kami sama-sama buka puasa bersama,” tutur Abdurrahman.
Karena itupula Abdurrahman mengeaskan bahwa Kementerian Agama itu bukan milik satu agama tetapi semua agama yang diakui oleh perundang-undangan yang berlaku. “Di kementerian setiap agama punya perwakilan Pembina masyarakat katolik, budha, Kristen, hindu. Dan kini kami sedang mempersiapkan pembimas Kongfuchu,” ungkap Abdurrahman. Kepala Badan Puskesbangpol DKI DR. Kardiono juga memberikan masukan dalam diskusi panel buka puasa bersama
Hal ini pun dibenarkan oleh Badan Puskesbangpol DKI. “Saya hanya ingin menganjurkan kepada seluruh pemuka agama agar selalu mengingatkan umatnya tetap memelihara dan membangun persaudaraan di lingkungannya. Saya juga sangat mengapresiasi upaya FKUB DKI mengembangkan program SABDA. Program ini bisa menjadi perekat antar umat beragama,” tandas DR. Kardiono.
Para panelis yang sudah tampil ini tak sempat lagi menampung berbagai aspirasi maupun pertanyaan dari para peserta dan undangan yang hadir. Karena waktu berbuka puasa telah tiba dan dilanjutkan dengan makan malam bersama serta memberi kesempatan kepada para umat islam melakukan sholat.
ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016)
Ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016) KAJ.or.id – “Saling hubungan antar umat Islam dan Nasrani itu bukan barang baru. Justru antar umat beragama tidak saling berkomunikasi adalah hal yang aneh karena sejarah telah membuktikannya”. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.,MSE dalam memberikan ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016).
“Saling hubungan antar umat Islam dan Nasrani itu bukan barang baru. Justru antar umat beragama tidak saling berkomunikasi adalah hal yang aneh karena sejarah telah membuktikannya”
Nusron menegaskan bahwa hal yang menyebabkan kecurigaan – kecurigaan antar umat itu tidak lain karena warisan kolonialisme. Kolonialisme Belanda di zaman itu sangat erat dengan politik de vide et impera (pecah belah) maka agama menjadi isu yang paling mudah untuk diadu domba. Upaya adu domba itu bertujuan supaya bangsa Indonesia tidak akan pernah merdeka sebagai bangsa yang maju, beradab dan besar. “Saling hubungan antar umat Islam dan Nasrani itu bukan barang baru. Justru antar umat beragama tidak saling berkomunikasi adalah hal yang aneh karena sejarah telah membuktikannya”. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.,MSE
Pada awal acara Romo Antonius Suyata, MSF (Romo Paroki Rawamangun) memberikan sambutan pembuka yang intinya memberikan apresiasi dan menekankan silaturahmi antar umat beragama seperti ini penting dilestarikan karena memang sudah menjadi tradisi turun temurun.
AY. Suyoto selaku Ketua FKHK Dekenat Jakarta Timur juga menjelaskan bahwa acara yang bertema “Membangun Persaudaraan Sejati Dalam Mewujudkan dan Melestarikan Nilai – Nilai Pancasila” ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan mewujudkan kerukunan lintas agama di wilayah Jakarta Timur. AY. Suyoto berharap jalinan kebersamaan antar umat beragama ini dapat membangun kekuatan dan kesatuan di tengah keberagaman sebagaimana semboyan dalam Garuda Pancasila “Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa narasumber Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.MSE; Romo Antonius Suyata MSF; Ketua FKHK AY. Suyoto; Rm. Philipus Aditya Subono SCJ dan Rm. FX. Widyatmaka, SJ, Drs. AH. Yuniadi MM (Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta) & William Yani (Anggota DPRD DKI Jakarta)
Acara ini dihadiri sekitar 150 orang yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat diantaranya perwakilan dari pemerintah, aparat kepolisian dan tokoh masyarakat di Jakarta Timur. Turut hadir dalam acara Rm. Philipus Aditya Subono SCJ dan Rm. FX. Widyatmaka, SJ, Drs. AH. Yuniadi,MM (Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta) & William Yani (Anggota DPRD DKI Jakarta).
Nabi Elia menghadapi nabi palsu baal di Gunung Karmel (1 Raj 9). Nabi Elia merupakan Bapa Rohani para Petapa OCD
Selasa, 31 Mei 2016, delapan orang Suster kontemplatif dari Biara OCD Lembang datang mengawali pendirian Biara Kontemplatif OCD di kompleks Samadi, Klender. (foto-foto: Rm Antara, Rm Samuel dan Rm Ulun)
Kehadiran Biara Rubiah OCD di Samadi-Klender KAJ
KAJ.or.id – Dalam perjalanan sejarahnya Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) diberkati dan diperkaya dengan kehadiran para Imam, Biarawan serta Biarawati dari aneka Tarekat Religius serta pertumbuhan umat yang menggembirakan. Hingga saat ini KAJ dilayani oleh para imam Diosesan, 20 tarekat Imam, 42 tarekat suster dan 2 tarekat Bruder. Sungguh indah dan istimewa bahwa menjelang peringatan 210 tahun Gereja KAJ, Tuhan melengkapi dengan kehadiran Tarekat Suster Kontemplatif OCD (Ordo Carmelitarium Discalceatorum) untuk pertama kalinya di KAJ. Mereka hadir sebagai pendoa dan pertapa bagi Gereja, khususnya KAJ.
Pada 31 Mei 2016, delapan orang Suster kontemplatif dari Biara OCD Lembang datang mengawali pendirian Biara Kontemplatif OCD di kompleks Samadi, Klender. Setelah dua abad lebih Gereja KAJ berdiri, baru pertama kali ini telah hadir tarekat suster religius kontemplatif.
Para suster pertapa ini mengarahkan hidup untuk tugas berdoa. Berdoa bagi Gereja dan keselamatan jiwa-jiwa, para imam dan gereja lokal khususnya Gereja KAJ.
Kehadiran para suster rubiah ini juga menjadi tanda kesaksian kuat bahwa Tuhan diatas segala-galanya. Di tengah gelombang konsumerisme, sekularisasi kota metropolitan, kesaksian para suster rubiah sungguh memberi warna kedalaman iman dalam hidup keseharian. Nabi Elia menghadapi nabi palsu baal di Gunung Karmel (1 Raj 9). Nabi Elia merupakan Bapa Rohani para Petapa OCD
Mari kita haturkan syukur dan sukacita kepada Allah Maharahim dengan doa agar kehadiran Biara Pertapa OCD semakin menyuburkan gereja KAJ. Selain memperkaya khasanah para pelaya pastoral di KAJ, kehadiran para suster pertapa kontemplatif juga semakin melengkapi kesatuan para pelayan pastoral dalam doa dan kerasulan. Tuhan memberkati keluarga-keluarga dan komunitas kita sekalian (+ RD. Adi Prasojo – Sekretaris KAJ). (*)
Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD) acapkali disebut Karmelit Tak-Berkasut. Didirikan Santa Theresia dari Avilla & Santo Yohanes dari Salib yang membawa pembaharuan ordo Karmel. Ordo Karmel berasal dari para pertapa Gunung Karmel Palestina (1185). Mereka meneladani Nabi Elia (1 Raj 9:9-18) yang hidup dalam kesunyian pertapaan Gunung Karmel. (Rk)
KAJ.or.id – (Oslo – Norwegia, 21-23 Juni 2016) Saya menyambut para penyelenggara Kongres Menentang Hukuman Mati Sedunia ini, kelompok negara-negara yang mendukungnya, terutama Norwegia sebagai negara tuan rumahnya, dan semua perwakilan pemerintah tersebut, organisasi internasional dan masyarakat sipil yang mengambil bagian di dalamnya. Saya juga menyampaikan penghargaan pribadi saya, bersama dengan laki-laki dan perempuan berkehendak baik, atas komitmen Anda untuk dunia yang bebas dari hukuman mati.
Salah satu tanda harapan yakni opini publik sedang bertumbuh mewujudkan perlawanan terhadap hukuman mati. Memang, hukuman mati tidak dapat diterima, namun kejahatan para terpidana juga gawat sifatnya. Namun hukuman mati adalah suatu pelanggaran terhadap tak dapat diganggu gugatnya kehidupan dan terhadap martabat manusia; ia juga bertentangan dengan rencana Allah bagi perorangan dan masyarakat, serta keadilan-Nya yang penuh kerahiman. Ia juga tidak sejalan dengan tujuan hukuman seadil apapun. Ia tidak memberikan keadilan bagi para korban, melainkan memupuk dendam.
Perintah “Janganlah membunuh” memiliki nilai mutlak dan berlaku baik untuk orang yang tidak bersalah maupun orang yang bersalah.
Yubileum Luar Biasa Kerahiman adalah suatu kesempatan yang baik untuk mempromosikan seluruh dunia bentuk-bentuk rasa hormat yang sungguh lebih berkembang terhadap kehidupan dan martabat setiap orang. Tak boleh dilupakan hak yang tak dapat diganggu gugat dan yang diberikan Tuhan untuk hidup juga milik para pelaku kejahatan.
Hari ini saya akan mendorong semua orang untuk bekerja tidak hanya untuk penghapusan hukuman mati, tetapi juga untuk peningkatan kondisi narapidana, sehingga mereka sepenuhnya menghormati martabat mereka yang dipenjarakan. “Menyebabkan keadilan” tidak berarti mengusahakan hukuman untuk kepentingannya sendiri, tetapi memastikan bahwa tujuan dasar semua hukuman adalah rehabilitasi pelaku. Pertanyaan harus terhubungkan dalam kerangka yang lebih besar dari sebuah sistem peradilan pidana yang terbuka terhadap kemungkinan penempatan kembali pihak yang bersalah dalam masyarakat. Tidak ada hukuman yang pas tanpa harapan! Hukuman demi kepentingannya sendiri, tanpa ruang untuk harapan, adalah sebuah bentuk penyiksaan, bukan sebuah bentuk hukuman.
Saya percaya bahwa Kongres ini dapat memberikan dorongan baru terhadap upaya untuk menghapuskan hukuman mati. Karena alasan ini, saya mendorong semua orang ambil bagian untuk melakukan prakarsa besar ini dan saya meyakinkan mereka oleh doa-doa saya.
(dialihbahasakan oleh Peter Suriadi dari Radio Vatikan)
Ilustrasi (biomedical.pps.unud.ac.id) KAJ.or.id – Seminar ini akan diadakan oleh Komisi Kesehatan KAJ dan Komunitas Medik Katolik Indonesia. Pada 16 Juli 2016 di Gereja St. Yohanes Penginjil. Tema “Respecting The Unborn: Challenges of Catholic Doctors in Modern Technology Era”.
Pendaftaran: Dr. Ambarwati (0812.9614.513), Dr Wiwing (0816.194.1560). (Rk)
Ilustrasi – www.catholiccourier.com (Para Lansia Berdoa Rosario) KAJ.or.id – Para lansia di lingkungan St. Elisabeth, Wilayah III Paroki Pulomas, pada Sabtu, 18 Juni 2016, berkumpul bersama di kegiatan Bina Iman Lansia. Kegiatan ini merupakan salah satu program 2 bulanan dari lingkungan St. Elisabeth.
Mengangkat Tema Meningkatkan Hidup Doa, pertemuan ini diawali dengan cerita singkat oleh Bpk Martin. Setelah mendengarkan cerita singkat, dilanjutkan dengan sharing dari para lansia terkait cerita singkat tersebut. Semua yang diungkapkan merupakan pengalaman iman dari masing-masing orang.
Selain berbagi pengalaman iman, para lansia juga belajar Ibadat Adorasi Ekaristi dari buku yang sudah dibuat. Jadwal Adorasi bagi lingkungan St. Elisabeth sendiri jatuh pada hari kamis, 30 Juni 2016. Meski baru tahap “belajar” tapi para lansia ini tetap semangat untuk mengikuti tahap demi tahap dari buku Ibadat Adorasi Ekaristi tersebut. Bahkan sudah ada pembagian tugas bagi mereka yang dapat hadir pada saat Adorasi. Usia senja semakin bersemangat berdoa dan beramal kasih (pinterest.com)
Merasa diteguhkan dengan cerita singkat, pengalaman yang dibagikan, dan sedikit pembelajaran tentang Adorasi, para lansia ini antusias untuk hadir pada pertemuan berikutnya di bulan agustus. Ada beberapa ide yang muncul untuk pertemuan selanjutnya. Antara lain siraman rohani dari Romo Paroki, Pemeriksaan kesehatan dari umat lingkungan yang profesinya sebagai dokter dan konsultasi dengan Psikolog.
Semoga dipertemuan selanjutnya lebih banyak para lansia yang hadir sehingga lebih banyak pengalaman iman yang di teguhkan. Amin….
“SAAT MISA PUN KEHUJANAN”
Saatnya berbela rasa. Mari kita bantu saudara-saudari kita, umat PAROKI BEKASI UTARA untuk membangun GEREJA ST. CLARA agar umat dapat beribadah dengan layak. Izin telah dikeluarkan. Pembangunan sedang berjalan. Jangan biarkan terhenti karena persoalan biaya.
Saudara-saudari bisa langsung transfer ke rekening resmi Gereja Paroki St. Clara Bekasi Utara melalui:
BCA No. Rek 066 309 7749
a.n. PGDP Paroki Santa Clara.
Mohon transferan diberi informasi keterangan: PEMBANGUNAN GEREJA ST. CLARA Kalau sudah transfer silakan inbox bukti transfer ke FB KAJ: https://www.facebook.com/Keuskupan.Agung.Jakarta/ atau email ke hary.sulistyo@yahoo.com
Kami akan menyalurkannya. Terimakasih. Tuhan memberkati Anda. Amin
Info lengkap:
Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Jakarta (Komsos KAJ), telp: 021-3519193, eks. 241.
ttd,
Rm Harry Sulistyo Pr
(Ketua Komisi Komunikasi Sosial KAJ)