Home Blog Page 84

Temu Seminaris KAJ 2016: Keluargaku Pendukung Panggilanku

Sebanyak 100-an seminaris yang berasal dari Keuskupan Agung Jakarta bersama orang tua hadir dalam Temu Seminaris (Teris) KAJ 2016 yang diadakan Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II-KAJ (STKAJ)di Aula Katedral, Rabu, 28/12.
Tema Teris KAJ 2016 adalah “Keluargaku Pendukung Panggilanku”. Para peserta merupakan seminaris dari Seminari Wacana Bhakti (Jakarta), Seminari St. Petrus Canisius (Mertoyudan), Seminari Stella Maris (Bogor), Seminari St. Vincentius a Paulo (Blitar), dan Seminari Marianum (Probolinggo).

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Suharyo, Rm. Purbo, Rm. Uut, dan Rm. Yakin.

Mgr. Suharyo mengalungkan salib kepada salah satu duta Temu Seminaris yang baru.
Rangkaian acara Teris diawali dengan Misa Konselebrasi yang dipimpin Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup KAJ, sebagai selebran utama dan didampingi oleh RD. Yohanes Purbo Tamtomo, Rektor STKAJ, RD. Carolus Putranto, Staf STKAJ, dan RD. Antonius Yakin. Bertepatan dengan Pesta Kanak-kanak Martir, Mgr. Suharyo berpesan agar seluruh umat Allah menjadi martir yang setia menjalani panggilan-Nya dalam kesempurnaan kasih dan kepenuhan hidup Kristiani.

Keluarga tidak sekadar menjadi pendukung panggilan, tetapi juga panggilan menjadi imam mendukung keluarga.


Sesi bincang-bincang bersama Mgr. Suharyo, Rm. Andy, dan Rm. Purbo.
Pada saat sesi perbincangan dengan Uskup KAJ, Mgr. Suharyo mengundang pula Rm. Purbo selaku Rektor STKAJ dan Rm. Andi Gunardi, Rektor Seminari Wacana Bhakti. Fr. Antonius Arfin Samosir yang menjadi moderator perbincangan mengajukan bahan perbicangan yang digali dari seminaris dan orang tua berkaitan dengan sharing panggilan, gambaran imamat, dan situasi KAJ. Mgr. Suharyo berpesan kepada para seminaris dan frater yang hadir agar menjadi calon imam yang setia kepada Allah dan berbelas kasih. Bapak Uskup juga mengajak keluarga yang hadir untuk menyadari bahwa …

hidup merupakan anugerah, panggilan, dan perutusan.


Setelah menyanyikan theme song Teris KAJ 2016, acara diakhiri dengan santap siang dan foto bersama Mgr. Suharyo dan para imam yang hadir. Diharapkan dengan diadakan Temu Seminaris KAJ ini perjumpaan antara Uskup KAJ dan seminarisnya, persaudaraan antar seminaris dan frater, dan semakin banyak orang muda yang mau menanggapi panggilan sebagai calon imam diosesan KAJ.

Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II, KAJ

File Cetak XBanner 60x160cm “LOGO TAHUN KEMANUSIAAN KAJ 2017”

pilihan-master-revisi-banner-60cm-x-160cm-web
Berikut ini adalah Link Download:

File Asli HIGH RESOLUTION Cetak XBanner 60x160cm “LOGO TAHUN KEMANUSIAAN KAJ 2017” 

KAJ download

Memilih Pemimpin DKI JAKARTA yang ADIL dan BERMARTABAT

TALK SHOW: Memilih Pemimpin DKI JAKARTA yang ADIL dan BERMARTABAT
a32160f0-327e-46b4-9e7c-60ee8a182f0d

Download File Cetak: LOGO APP TEMA PASTORAL EVANGELISASI 2017

MATERI LOGO HIGH-RESOLUTION

DOWNLOAD FILE CETAK:

KAJ download
 

Talkshow PILGUB DKI

pilgub
Kepada Bpk Ibu
Pimpinan Redaksi
di Tempat
Dengan hormat
Bersama ini kami dari Sie HAAK Paroki Hati Kudus-Kramat akan menyelenggarakan kegiatan berupa :
Talkshow “Pemimpin DKI”
(Memilih Pemimpin Jakarta Yang Adil Dan Bermartabat)
Hari / tanggal : Minggu, 15 Januari 2017
Jam : 09.00 – 13.00 WIB
Tempat : Aula lantai 3, Paroki Hati Kuidus-Kramat
Narasumber :
1. Rm. Guido Suprapto, Pr (Sekretaris Komisi Kerawan KWI)
2. Yunarto Wijaya (Direktur Eksekutif Charta Politica Indonesia)
3. Muhammad Qodari (Direktur Eksekutif Indo Barometer)
Moderator : Yohanes Haryono ( Komisi Sie HAAK KAJ)
Biaya : 50.000,- (Konsumsi snack dan makan siang)
Pendaftaran Ditutup : 05 Januari 2017
Unfo lebih lanjut hubungi :
-Maria Clara : 0818 605 330 (wa, sms, Telp)
Atas bantuan dan kerjasama Redaksi, kami mengucapkan banyak terima kasih
Tuhan Memberkati
Hormat kami
Maria Clara

Sarasehan VIANNEY MUDA untuk INDONESIA


KAJ.or.id – OMK (Orang Muda Katolik) Paroki St Yohanes Maria Vianney Cilangkap berkumpul dalam Sarasehan “Vianney Muda untuk Indonesia” pada hari Minggu, 4 Desember 2016 di Aula Gereja Anak Domba. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Seksi Komsos dan Seksi Kepemudaan Paroki St Yohanes Maria Vianney. Tujuan dari acara ini adalah pertama, untuk merefleksikan peran kaum muda dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat; kedua, menyikapi perubahan sosial dan mendorong keterlibatan sosial orang muda dan ketiga, untuk membangun komitmen orang muda dalam pelayanan di gereja dan masyarakat.
Ruangan ditata secara apik dipenuhi aksen merah putih, foto para tokoh Pahlawan Katolik diantaranya Mgr. Soegijapranoto, IJ. Kasimo, Yos Sudarso, Romo Mangunwijaya, Ignatius Slamet Riyadi. Backdrop selain bertuliskan “Vianney Muda untuk Indonesia” juga ada yang bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika Simbol Pemersatu Bangsa Indonesia” dan “Pancasila Dasar Negara Pedoman Hidup Bangsa Indonesia”. Lebih tambah semangat dengan dikumandangkan lagu – lagu kebangsaan seperti Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Bangun Pemudi Pemuda, Di Bawah Tiang Bendera.
img_6258
Dalam Talkshow Interaktif “Dialog Pemuda Kebangsaan”, hadir Romo Angga Sri Prasetyo, Muhamad Ihsan (Penggiat Pendidikan NU) dan Andrie Prasetiyo (Penggiat Gerakan Sosial Lingkungan Hidup) sebagai narasumber.
Ihsan ini adalah orang muda NU kelahiran Sumatera Utara dan dibesarkan dalam kalangan pesantren. Ihsan membeberkan Ke-Indonesia-an yang begitu beragam dari suku, agama, ras dan golongan. Keberagaman ini menjadi satu kesatuan membentuk negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam menyikapi dunia globalisasi yang menuntut kompetisi Ihsan mendorong orang muda untuk tetap bersikap inklusif (terbuka), mengakomodasi pluralisme, tidak mencari menangnya sendiri dan rela berkorban.
Andrie yang pernah aktif menjadi Peneliti program lingkungan hidup PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) juga dibesarkan di kalangan keluarga NU di Kabupaten Pati. KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) merupakan organisasi yang pernah diinisiasi dirinya dan teman-temannya yang memfokuskan pada gerakan sosial lingkungan hidup. Andrie memandang bahwa gerakan sosial yang dilakukannya dapat menjadi salah satu alternatif bagi orang muda dalam menyalurkan energinya secara positif. Orang muda didorong untuk berjejaring bekerjasama dengan orang laintanpa memandang suku, agama, atau golongannya apa. Dimulai dengan gerakan – gerakan yang sederhana yang dapat dilakukan secara konsisten.
img_5982
Romo Angga menegaskan bahwa orang muda musti berbuat untuk Indonesia. Jangan lagi masih tersekat – sekat dalam perbedaan. Ia berharap ada tokoh – tokoh Katolik yang dilahirkan ke depan turut serta dalam melakukan perubahan yang lebih baik.
Pada sesi berikutnya, Talkshow “Testimoni Pegiat OMK Paroki St Yohanes Maria Vianney” menampilkan tiga narasumber yaitu Gerry Albert Lynecker (Panitia Pembangunan Gereja), Fani Natalia (Komunitas Sahabat Anak) dan Wahyu Haryo (Jurnalis Kompas).
Gerry dari Wilayah IX mengisahkan alasan keterlibatannya dalam Panitia Pembangunan Gereja yang notabene dominan diurus oleh orang-irang tua. Awalnya memang tidak tertarik tapi ada dorongan dari Romo Rochadi ia lalu mengiyakan dan Gerry mulai menyesuaikan diri. Gerry berpendapat tidak perlu menyalahkan orang lain tapi tuntutlah diri sendiri untuk maju.
Sedangkan Fani dari Wilayah III ini mengungkapkan awal ia “jatuh cinta” dengan anak jalanan, sehingga memilih komunitas Sahabat Anak Jalanan Indonesia sebagai tempat baginya untuk melakukan kegiatan sosial. Fani mendorong OMK untuk mengambil pilihan dalam gerakan sosial seperti dirinya.
img_1838
Aktivitas Wahyu sebagai wartawan tidak lain merupakan sebuah panggilan, sama halnya penulis Injil dulu apabila tidak menuliskan kabar tentang Yesus maka kita tidak akan tahu tentang kabar baik. Belum lagi sempat menjadi wartawan Kepresidenan selama kurang lebih 4 tahun. Pernah meliput pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden AS Obama secara lebih dekat menjadi salah satu sukacita buat dirinya. Wahyu bersyukur atas talenta menulis ini dan memberikan pesan kepada OMK untuk menggali potensi diri dan mengembangkan talenta secara maksimal.
Sesi terakhir ditutup dengan Ikrar Aksi Nyata Vianney Muda yang diucapkan oleh semua OMK di Paroki St Yohanes Maria Vianney. Sebelumnya didahului dengan diskusi per wilayah dan nantinya akan dikonkretkan di wilayah masing – masing.
Semoga OMK Paroki St Yohanes Maria Vianney semakin maju dan berkembang dalam Keindonesiaan dan Kekatolikan. OMK semestinya bekerjasama dengan semua pihak yang berkehendak baik untuk mewujudkan “Bonnum Commune” (Kesejahteraan Bersama). Bravo OMK Paroki St Yohanes Maria Vianney! (Theo Henakin – Komsos Cilangkap)

Seruan Pastoral KWI menyambut PILKADA Serentak 2017

seruan-pastoral-kwi-menyambut-pilkada_page_1

PILKADA YANG BERMARTABAT SEBAGAI PERWUJUDAN KEBAIKAN BERSAMA

Saudari-Saudara yang Terkasih,
Bangsa kita akan menyelenggarakan Pilkada Serentak untuk kedua kalinya. Jumlah daerah yang akan melaksanakan Pilkada adalah 7 provinsi, 18 kota dan 76 kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Tahapan penting yang harus kita ketahui adalah masa kampanya tanggal 26 Oktober – 11 Februari 2017, masa tenang tanggal 12 – 14 Februari. Waktu pemungutan dan penghitungan suara dilaksanakan tanggal 15 Februari. Masa rekapitulasi suara adalah tanggal 16 – 27 Februari dan saat penetapan calon terpilih tanpa sengketa adalah 8 – 10 Maret.

Selengkapnya, silahkan download Seruan Pastoral KWI menyambut PILKADA Serentak 2017:

KAJ download
 

PESAN NATAL BERSAMA PGI & KWI 2016

 
pesan-natal-bersama-kwi-pgi_page_1
Pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI)
dan
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
Tahun 2016

HARI INI TELAH LAHIR BAGIMU JURUSELAMAT, YAITU KRISTUS, TUHAN DI KOTA DAUD (LUKAS 2:11)

Saudari-Saudara umat Kristiani di Indonesia,
Setiap merayakan Natal hati kita dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Allah berkenan turun ke dunia, masuk ke dalam hiruk-pikuk kehidupan kita. Allah bertindak memperbaiki situasi hidup umat-Nya. Berita sukacita itulah yang diserukan oleh Malaikat: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota DAUD” (Luk 2:11).

Selengkapnya, silahkan Download PESAN NATAL BERSAMA PGI & KWI 2016:

KAJ download
 

Seruan Pastoral KWI tentang Perang Melawan KORUPSI 2016

korupsi_page_1

Stop Korupsi:
MEMBEDAH & MENCEGAH MENTALITAS
SERTA
PERILAKU KORUPTIF

Sidang KWI 2016 diawali dengan Hari Studi para Uskup yang juga diikuti oleh peserta Sidang KWI (31 Oktober – 2 November 2016) mengambil topik “Membedah dan Mencegaj Mentalitas serta Perilaku Koruptif”.

Silahkan Download Seruan Pastoral KWI tentang Perang Melawan KORUPSI 2016:

KAJ download
 

KUNJUNGAN KELUARGA: PERJUMPAAN WAJAH KERAHIMAN ALLAH

image1
KAJ.or.id – “Selamat datang, romo”, “Mari, silakan masuk dan duduk”, “Ya ampun romo, kami sudah menunggu dari tadi kedatangan romo dan teman-teman”, “Hari ini saya ijin pulang cepat karena mau ada kunjungan”, “O, maaf, bapak dan ibu belum pulang kantor”, “tok, tok, tok…”
Ungkapan-ungkapan ini kerap kali terdengar dan menjadi ungkapan yang begitu hidup dalam seluruh rangkaian kegiatan kunjungan ke rumah umat dari satu keluarga ke keluarga yang lain. Ini menjadi sebuah kegiatan rohani yang dilakukan oleh para romo di paroki Bintaro Jaya, Gereja Santa Maria Regina. Pastinya, di banyak paroki di Keuskupan Agung Jakarta, kunjungan keluarga ini juga pernah atau sedang dilangsungkan pula.
Memang, dalam konteks paroki Bintaro Jaya, nyatanya kunjungan keluarga yang dilangsungkan tiap hari Rabu setiap minggunya ini dilakukan dengan waktu yang padat. Tiap rumah dikunjungi selama kurang lebih 20 – 30 menit. Tiap minggu, ada sekitar 7—8 keluarga yang dikunjungi. Sistem kunjungannya adalah demikian; jumlah lingkungan yang ada dibagi dua mengikuti jumlah romo yang ada di paroki. Lalu, romo dan pengurus lingkungan mengunjungi satu lingkungan di tiap bulan. Bentuk acaranya, perkenalan anggota keluarga, bersharing singkat, dan ditutup dengan doa keluarga yang diakhiri dengan berkat dari Romo.
Kunjungan ini terasa begitu sederhana dan terkadang juga memunculkan beragam pertanyaan dari umat, “ada apa Romo ke rumah kami; rasanya, kami tidak ada masalah”; ataupun sejuta tanya yang lain muncul dalam diri umat beriman. Ada yang spontan berkomentar, “seumur hidup saya menjadi orang Katolik, baru kali ini ada romo yang mau singgah ke rumah kami”. Lalu, sebenarnya apa yang diperjuangkan dari kunjungan ini? Semangat apa yang mau dihadirkan? Inilah pengalaman iman kita semua.
Gema Kerahiman Allah
Awalnya, kegiatan kunjungan ini menjadi salah satu gerakan yang ingin diupayakan dalam menggemakan Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah. Semangat yang ingin dihadirkan adalah sebuah perjumpaan dari wajah ke wajah. Perjumpaan ini tidak bisa tergantikan dengan adanya ragam teknologi komunikasi yang ada kini. Perjumpaan wajah ini menghadirkan wajah kerahiman Allah sendiri.
St. Yohanes dari Salib, dalam pengalaman mistiknya, mengatakan bahwa perjumpaan paling membahagiakan adalah perjumpaan dengan Allah dari wajah ke wajah, seperti yang direfleksikan oleh Rasul Paulus dalam 1 Kor 13. Pengalaman rohani ini berangkat dari pengalaman manusiawi, betapa bahagianya seseorang berjumpa dengan orang yang dikasihinya dari wajah ke wajah. Ketika keduanya saling memandang dan bercakap-cakap, keduanya hadir dan menjadi satu.
Pengalaman rohani inilah yang ingin dihadirkan dalam kunjungan romo dan pengurus ke lingkungan ke rumah umat beriman dari keluarga ke keluarga. Dengan hadir, berjumpa, dan bercengkrama sejenak, kita semua dipersatukan dalam kesadaran iman bahwa kita adalah Gereja; kita adalah satu komunitas dalam nama Yesus Kristus yang memancarkan kerahiman Allah.
Memang, nyatanya kerahiman Allah itu akan sangat kita kenali jika ada sebuah pengalaman perjumpaan. Yang pertama-tama pastinya adalah perjumpaan kita dengan Allah sendiri dalam doa-doa kita. Lalu, wajah kerahiman itu akan nyata pula dalam perjumpaan kita dengan sesama kita dari wajah ke wajah. Mungkin, kata perjumpaan dari wajah ke wajah tidak mudah dipahami, tetapi secara sederhana, yang dimaksudkan adalah perjumpaan yang bertatapan muka dengan penuh perhatian. Yang satu menatap dengan penuh kasih dan sebaliknya tanpa ada hasrat untuk merendahkan yang lain atau menjadikan yang lain itu objek.
Kerahiman yang Tak Tergantikan
Dalam pengalaman kunjungan umat beriman, setidaknya, wajah Allah maharahim tampak jelas dalam diri umat beriman dan pengurus lingkungan. Menarik sekali rasanya mengenali perjumpaan dengan umat beriman di tengah seluruh perjuangan hidupnya setiap hari dan tempat mereka tinggal. Wajah kerahiman itu hadir nyata sedari mereka mempersilakan romo dan pengurus lingkungan datang dan masuk ke rumah mereka.
Kerahiman Allah itu makin terungkap nyata dalam kisah singkat dan pernyataan umat beriman ketika kunjungan. Tak jarang dari umat beriman merelakan waktu kerjanya sejenak untuk bercengkrama sejenak dengan romo dan pengurus lingkungan. Bahkan, ada yang sengaja tidak berangkat kerja karena takut pulang terlambat, mengingat begitu padatnya jalan di Jakarta. Wajah kerahiman itu nyata dalam untaian kisah yang singkat tentang perjuangan hidup keluarga; kisah-kisah suka duka, kisah-kisah membanggakan, kisah-kisah haru, dan ragam kisah dalam iman.
Kerahiman Allah itu juga terungkap dalam diri para pengurus lingkungan. Mereka dengan setia menghubungi umat beriman terkait dengan penjadwalan dan hal-hal teknis lainnya agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan penuh berkat. Mereka harus memberikan penjelasan kepada umat beriman tentang kunjungan ini dan juga memberikan penjelasan pengantar kunjungan kepada romo agar tidak muncul hal-hal yang sensitif terkait keluarga yang bersangkutan.
Tak jarang, ada pengurus lingkungan yang berkisah bahwa mereka ditolak oleh umat lingkungan. Bahkan, di satu titik ekstrim, ada umat beriman yang segera berkata, “saya tidak butuh Romo; saya tidak butuh Gereja”. Akan tetapi, pengurus lingkungan dengan setia tetap memberikan informasi dan mengunjunginya sebelum kegiatan kunjungan dilangsungkan. Inilah tanda kerahiman Allah yang hadir dan begitu nyata. Ya, alhasil, ada umat beriman yang tidak membuka pintunya saat romo dan pengurus lingkungan datang berkunjung. Tetapi, secara simbolis, di sini tampak wajah kerahiman Allah yang selalu menyapa dan merindukan sebuah perjumpaan. Allah yang maharahim pastinya tak pernah henti menyapa dan mengetuk hati umat kesayangan-Nya.
Selain itu, wajah kerahiman juga menyatakan diri dalam diri umat beriman yang kemudian tergerak untuk mengambil bagian aktif di dalam Gereja. Kunjungan membuahkan wajah kasih Allah dan kesadaran tentang identitas diri sebagai Gereja. Keterlibatan umat beriman menjadi penegasan identitas Gereja yang hidup. Ada pribadi-pribadi yang dengan tegas berkata, “saya siap hadir dan membantu”. Dan, nyatalah pintu kerahiman Allah sungguh terbuka lebar di dalam Gereja untuk menumbuh-kembangkan Gereja sebagai umat Allah.
Kerahiman yang terus berkobar
Memang, kunjungan seperti ini berada dalam tegangan antara jumlah umat beriman yang tidak sedikit dan keterbatasan waktu yang ada. Namun, perjumpaan yang diupayakan ini menjadi perjumpaan yang sungguh berkualitas dan penuh makna. Yang tertinggal hanyalah hasrat untuk saling menyapa dan meneguhkan serta menghadirkan wajah kerahiman Allah.
Benar rasanya pengalaman jemaat perdana itu menjadi pengalaman hidup berkomunitas yang sejati, “mereka duduk bersama, makan, berbagi, dan berdoa bersama” (Kis 2:41-47). Dalam perjumpaan wajah ke wajah, seluruh diri hadir dan terlibat; seluruh emosi dan empati tampak di dalamnya; seluruh kasih dan perhatian tertumpah dalam satu kesadaran iman sebagai Gereja. Semuanya menghadirkan wajah-wajah yang berjuang untuk setia dan memuliakan Allah dalam naungan Ibu Gereja yang kudus.
Memang, nyatanya—dalam konteks paroki—tidak begitu mudah untuk mengunjungi umat beriman di paroki yang lebih dari 1200 kepala keluarga dalam waktu satu tahun; butuh waktu yang relatif berjangka panjang agar semua umat bisa terkunjungi keluarga demi keluarga. Akan tetapi, komitmen dan kesetiaan itulah yang menjadi tanda kerahiman yang terus berkobar. Kobarannya terasa selalu hangat dan membakar hati untuk bersaksi tentang betapa baik-Nya Tuhan.
Kerahiman itu selalu Kerahiman
Akhirnya, perjumpaan wajah ke wajah dalam kunjungan ini memberikan sebuah pemaknaan baru akan arti kerahiman Allah. Kerahiman itu nyata dalam sebuah perjumpaan. Kerahiman itu nyata dalam pengorbanan. Kerahiman nyata dalam kertersediaan dan keterbukaan. Kerahiman itu hadir dan menyapa serta pada saat yang bersamaan, kerahiman itu adalah membuka hati dan menerima.
Gereja Katolik dibangun dengan dan dalam wajah kerahiman-Nya. Kerahiman-Nya melekat dalam diri kita semua. Dan, kita semua seketika diajak untuk membuka hati akan Tuhan dan seketika memberikan diri kepada Tuhan dan sesama. Ada dua gerakan yang tak tergantikan dalam kerahiman Allah. Ada yang memberi dan ada yang menerima. Ada yang menerima dan ada yang memberi. Dan, semuanya itu mengalir dari pemberian cuma-cuma dari kasih Allah. Gerakan yang saling bertautan ini diharapkan dapat diteruskan pula dalam dunia yang lebih luas, dalam keluarga dan hidup bermasyarakat serta keutuhan ciptaan. ***
Anton Baur, Pr

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?