Home Blog Page 80

IKUTI! LOMBA VLOG 2018: REKAM VIDEO PERTEMUAN/KEGIATAN APP DI LINGKUNGAN/WILAYAH ANDA

  1. Pertemuan atau Kegiatan APP di Lingkungan/Wilayah direkam dalam bentuk VIDEO (max. durasi 3 menit) menggunakan kamera Handphone atau Kamera Handycam atau Kamera apa saja.
  2. Hasil rekaman VIDEO wajib di Upload ke YOUTUBE dan LINK ALAMAT YOUTUBE-nya dikirimkan ke ALAMAT EMAIL PANITIA LOMBA, yaitu raka@hidup.tv dilengkapi identitas lengkap peserta (Nama Koordinator, Nama Lingkungan/Wilayah dan asal Paroki, Email, serta No Telp yang bisa dihubungi).
  3. LINK ALAMAT YOUTUBE-nya dapat disebarkan oleh peserta melalui berbagai media social lainnya seperti Facebook, Twitter, Instagram, dsb agar banyak yang menontonnya.
  4. JUMLAH VIEWER atau JUMLAH YANG MENONTON, JUMLAH LIKE DAN/ATAU JUMLAH KOMENTAR pada LINK YOUTUBE akan menjadi salah satu KRITERIA PENILAIAN LOMBA.
  5. Setiap peserta boleh melakukan usaha promosi apa saja agar LINK VIDEO YOUTUBE-NYA mendapat VIEW (PENONTON), LIKE DAN KOMENTAR sebanyak-banyaknya.
  6. Satu pertemuan/kegiatan APP hanya boleh 1 VLOG. Namun Setiap lingkungan/Wilayah, boleh mengirim lebih dari 1 VLOG asalkan dengan pertemuan/kegiatan APP yang berbeda-beda.
  7. Batas akhir pengiriman LINK ALAMAT VIDEO YOUTUBE ke email Dewan Juri lomba, MINGGU PALMA (25 MARET 2018).
  8. Dewan Juri akan mulai melakukan seleksi peserta pada 2 APRIL 2018
  9. SANG JUARA akan dihubungi langsung oleh Panitia
  10. Ada 3 Juara, yaitu: 1) VLOG yang memiliki VIEWER/LIKE TERBANYAK Youtube, 2) VLOG TERKEREN PILIHAN PARA JURI dan 3) VLOG Paling INSPIRATIF (hadiah @ Rp 3Juta)
  11. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  12. Info lengkap silahkan WA: 0812.8926.7548 atau Email: raka@hidup.tv

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018, “KITA BHINNEKA, KITA INDONESIA
(Disampaikan sebagai pengganti khotbah, pada Perayaan Ekaristi Sabtu/Minggu, 10/11 Februari 2018)
Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus
1. Bersama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu 14 Februari 2018 yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah. Kita semua tahu bahwa Prapaskah adalah masa penuh rahmat, masa dan kesempatan bagi kita untuk lebih membuka hati kepada Tuhan yang selalu menyertai, membimbing serta menguatkan kita.
Sebagai wujud keterbukaan hati kita kepada Tuhan, dalam masa ini kita diajak untuk semakin peduli kepada sesama, khususnya yang menderita, seperti selalu dicontohkan oleh Yesus. Membuka hati menjadi amat penting dalam hidup kita sehingga kita dapat semakin memahami sapaan-Nya dalam peristiwa dan pengalaman yang melintas dalam hidup kita. Sikap peduli pun menjadi semakin penting agar iman kita tidak mati. Itulah sebenarnya makna pertobatan kita.
2. Pada tahun ini kita memasuki masa Prapaskah ketika kita menjalani Tahun Persatuan dengan semboyan “Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Saya ingin menggarisbawahi gagasan pokok Surat Gembala menyambut Tahun Persatuan yang sudah saya sampaikan pada tanggal 6/7 Januari 2018 yang lalu. Kita ingin memaknai pengalaman hidup kita, khususnya dalam konteks kesatuan dan kebhinekaan bangsa kita, sebagai karya Allah. Kita bersyukur karena Tuhan menyapa kita juga melalui pengalaman keragaman berbangsa. Keragaman itu tercermin antara lain dalam angka-angka ini: Negara dan Bangsa Indonesia terdiri dari 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa dan 546 bahasa. Kendati begitu beragam, kita adalah satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Kita hidup dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai rumah kita bersama. Kesatuan dan sekaligus keragaman ini kita syukuri antara lain dalam Doa Prefasi Tanah Air: “Berkat jasa begitu banyak tokoh pahlawan, Engkau menumbuhkan kesadaran kami sebagai bangsa, … kami bersyukur atas bahasa yang mempersatukan, … dan atas Pancasila dasar kemerdekaan kami”. Sebagai bangsa yang beragam kita mempunyai cita-cita yang sama, yaitu mewujudkan negara yang berketuhanan, adil dan beradab, bersatu, berhikmat dan bijaksana serta damai dan sejahtera.
3. Di lain pihak, kita tidak bisa menutup mata terhadap peristiwa-peristiwa yang menjauhkan kita dari cita-cita sebagai bangsa. Secara khusus berkaitan dengan cita-cita Persatuan Indonesia, kita menyaksikan perbedaan yang seharusnya menjadi rahmat, seringkali justru tampak sebagai penghambat. Salah satu penelitian (Wahid Foundation bekerjasama dengan Lembaga Survei Indonesia, April 2016) menunjukkan bahwa 59,9% dari responden yang diminta tanggapannya, memiliki kelompok yang dibenci.
Kalau benar demikian, bukan persatuan dalam kebhinekaan yang tumbuh, tetapi kebencian yang menjadi wajah masyarakat kita. Penelitian lain (CSIS, Agustus 2017) menyatakan bahwa generasi muda (usia 17-29 tahun di 34 provinsi) menyatakan optimis mengenai masa depan Indonesia: 26,9% sangat optimis, 62,3% cukup optimis. Mereka juga tidak setuju (52%) atau kurang setuju (32%) mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Namun dalam penelitian yang sama diungkap bahwa 58,4% tidak menerima pemimpin yang berbeda agama. Angka-angka itu menunjukkan ada sesuatu yang tidak baik, tidak ideal dalam hidup kita sebagai bangsa.
Dalam kenyataan seperti itulah kita dituntut oleh iman kita untuk peduli. Kita ingin mewujudkan kepedulian dengan terus-menerus berusaha mengamalkan Pancasila. Kita ingin mengubah tantangan-tantangan ini menjadi kesempatan untuk mewujudkan iman dengan melakukan gerakan-gerakan nyata, mulai dari yang paling sederhana. Ketika kesatuan dan kebhinekaan kita syukuri, kita rawat, kita jaga, dan kita tumbuh kembangkan, akan semakin nyatalah kehadiran Kerajaan Allah – kerajaan kebenaran, keadilan, cita kasih dan damai sejahtera – di tengah-tengah masyarakat kita.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
4. Datang dan hadirnya Kerajaan Allah ini pulalah yang dimaklumkan oleh Yesus dalam tindakan-Nya menyembuhkan dan menyatakan orang kusta tahir, sebagaimana dimaklumkan dalam bacaan Injil hari ini (Mrk 1:40-45). Di balik peristiwa ini tersembunyi kehidupan bersama sebagai bangsa, atau mungkin lebih tepat sebagai umat Allah, yang tidak baik dan tidak ideal pula. Memang benar menurut peraturan yang berlaku pada waktu itu, orang kusta harus diperlakukan seperti yang tergambar dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Imamat (13:1-2.44-46).
Tetapi ketika sembuh, seharusnya dia juga dinyatakan “tahir” oleh yang berwenang menyatakannya, yaitu para imam. Dengan dinyatakan tahir, orang yang sembuh dari kusta dapat masuk lagi ke dalam masyarakat, merayakan ibadah dan menerima hak-haknya sebagai warga masyarakat. Tetapi rupanya menurut kisah Injil hari ini, mereka yang berwenang menyatakan tahir tidak begitu saja mau melakukan kewajibannya.
Oleh karena itu orang kusta itu berkata kepada Yesus, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (ay 40). Keadaan masyarakat seperti itulah – para pemimpin agama yang tidak menjalankan peranannya dengan baik dan benar – yang membuat hati Yesus tergerak oleh belas kasihan lalu mengulurkan tangan-Nya, menyembuhkan dan menyatakan orang kusta itu tahir (ay 41-42). Dengan tindakan-Nya itu, Kerajaan Allah yang Ia wartakan – kerajaan kebenaran, keadilan, cinta kasih dan damai sejahtera – menunjukkan wajahnya.
5. Kembali kepada tema tahun persatuan 2018, “Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Kita berharap semoga masa Prapaskah ini menjadi kesempatan istimewa bagi kita untuk makin mampu memahami kehendak Allah bagi bangsa kita, khususnya terkait dengan kesatuan dan keragaman bangsa kita.
Semoga kita makin mampu mengalami dan merasakan kehadiran-Nya yang menyelamatkan dan kita dikuatkan dalam upaya merawat dan menjaga persatuan dalam kebhinekaan kita dalam upaya menghadirkan Kerajaan Allah di tengah masyarakat kita.
Untuk itu banyak program ditawarkan oleh Panitia Penggerak Tahun Persatuan di lingkungan, paroki, sekolah, dan komunitas-komunitas yang dapat langsung dijalankan, misalnya : menyanyikan lagu “Kita Bhineka – Kita Indonesia”, mendaraskan Doa Tahun Persatuan, mengadakan kenduri paroki, buka puasa bersama, piknik kebangsaan mengunjungi tempat bersejarah nasional dan banyak hal lain yang terdapat dalam buku “Pedoman Karya dan Inspirasi Gerakan Pastoral-Evangelisasi Tahun Persatuan Keuskupan Agung Jakarta”.
Terbuka lebar pula kemungkinan untuk upaya-upaya lain sesuai kebutuhan setempat. Yang penting, kita berusaha untuk mempererat persaudaraan dalam masyarakat, tanpa membedakan agama, suku, etnis, dan perbedaan-perbedaan yang lain. Kita lakukan usaha itu mulai dari lingkup RT/RW secara berkesinambungan. Harapannya, dalam upaya yang berkesinambungan dan saling terkait, usaha-usaha kita membangun persatuan dalam keragaman akan berbuah dalam wujud habitus dan budaya yang baru. Ketika habitus dan budaya baru bertumbuh dan berkembang, bertumbuh dan berkembang pulalah Kerajaan Allah – kerajaan kebenaran, keadilan, cinta kasih dan damai sejahtera.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
6. Seperti biasa, untuk membantu kita mengisi masa Prapaskah telah disediakan berbagai bahan pertemuan. Bahan-bahan itu diharapkan dapat membantu kita untuk semakin membuka hati kepada Allah dan peduli kepada sesama kita. Semoga pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan dengan bahan-bahan yang disediakan, menjadi kesempatan bagi kita murid-murid Kristus yang juga beragam, untuk semakin sempurna menjadi satu “agar dunia tahu” bahwa kita adalah murid-murid Kristus (bdk. Yoh 13:35; 17:23).
Ketika hidup kita sebagai murid-murid Yesus semakin diwarnai kasih dan persaudaraan yang tulus, kehadiran kita di tengah masyarakat akan menjadi kesaksian yang berdaya. Bahan-bahan yang direnungkan akan membantu kita untuk semakin membuka hati kepada Allah dan mengasah kepeduliaan kita yang kita wujudkan antara lain dengan pengumpulan derma dan aksi nyata sesederhana atau sekecil apa pun. Kita ingin melakukan semua itu “demi kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31). Dengan cara ini kita juga berharap agar Kerajaan Allah – kerajaan kebenaran, keadilan, cinta kasih dan damai sejahtera – semakin menunjukkan wajahnya di tengah-tengah kita.
7. Akhirnya, segala yang sudah dan akan kita rencanakan dan lakukan untuk merawat dan menjaga kebhinekaan dan kesatuan, marilah kita lakukan “demi kemuliaan Tuhan” (1 Kor 10:31). Terima kasih untuk berbagai keterlibatan para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, kaum muda dan anak-anak sekalian dalam perutusan Keuskupan Agung Jakarta. Semoga segala pengorbanan dalam keterlibatan itu menjadi sumber kegembiraan kita karena boleh terlibat dalam karya kasih Tuhan. Selamat memasuki masa Prapaskah. Berkat Tuhan untuk Anda sekalian, keluarga dan komunitas Anda. Salam persatuan dalam kebhinekaan.
 

Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo [foto: HIDUP/Y. Prayogo]
Jakarta, 9 Februari 2018
† I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

KLIK DOWNLOAD PDF SURAT GEMBALA PRAPASKAH “KITA BHINNEKA, KITA INDONESIA”


 

SURAT KELUARGA JANUARI 2018: “MENGURANGI KECANDUAN MENAMBAH KETULUSAN”

 
Keluarga-keluarga terkasih, tahun 2018 telah hadir bagi kita sekeluarga. Allah memberi kita kesempatan untuk memasuki tahun yang baru dengan gembira. Selamat Tahun Baru untuk Anda dan keluarga besar. Semoga segala yang baik diberikan Allah kepada Anda untuk Anda nikmati dan bagikan kepada banyak orang melalui hal-hal yang mendukung hidup bersama. Semoga hidup bersama Anda semakin menggembirakan.
Kami, keluarga Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta mengawali kegiatan komisi dengan bepergian bersama seluruh keluarga kami. Berwisata naik Kereta Api. Anak-anak dan bahkan orangtua kami pun diajak ikut serta. Menyenangkan dan menenangkan karena seluruh keluarga jadi “dekat” dengan komunitas komisi kami. Saya membayangkan bahwa seandainya hal ini terjadi dalam keluarga-keluarga kita semua, maka kedekatan bisa dijalin dan kegembiraan menjadi milik bersama.
Semangat kota besar selalu membawa keluarga untuk terpisah-pisah. Kesibukan dan pilihan aktivitas membuat masing-masing anggota keluarga tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi. Anak-anak mencari pemenuhan kebutuhan di luar, terutama melalui teman-teman sebaya dan teman teman dunia maya. Kekeringan seperti terpenuhi dengan kehadiran orang-orang di luar rumah dan di luar pertemuan fisik. Fenomena ini berimbas pada semakin inginnya orang diterima dan mengumpulkan perhatian dari orang orang di sekitarnya.
Keluarga yang hangat dan dekat adalah kerinduan semua orang. Untuk itu kita perlu menghindarkan diri dari situasi yang menenggelamkan bahtera keluarga menuju kehancuran. Keterlibatan dalam pelayanan Gereja pun tidak bisa menjadi pelarian yang menolong jika kita menghindarkan diri dari keterlibatan kita bersama pasangan, anak-anak dan orangtua kita di rumah. Dukungan, sentuhan, membuat kesepakatan empat mata, memberi senyuman asli, adalah cara-cara klasik yang seharusnya dilanjutkan, karena terbukti hal ini tidak tergantikan oleh dukungan online yang tanpa emosi.
Memang menyenangkan dan membuat kecanduan juga membaca komentar-komentar positif dan memotivasi. Komentar ini membuat kita ingin lebih lama lagi di sosial media itu. Kondisi ini juga membuat kecanduan dan mengabaikan dukungan otentik keluarga di rumah. kecanduan itu mengacaukan kebutuhan dukungan personal dari orang-orang terkasih. Fenomena “online likes” seperti ini sedikit banyak mempengaruhi relasi dalam keluarga.
Hal lain sebagai akibat dari terlalubanyaknya relasi online dan kecanduan internet adalah masalah kemalasan yang menurut sharing banyak keluarga amat mengganggu, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Kemalasan dan penurunan prestasi pasti tidak mudah ditangani jika persoalan kecanduan ini tidak diselesaikan.
Di kalangan orang-orang dewasa, khususnya terkait dengan kehidupan menggereja, orang menjadi enggan terhubung dengan lingkungannya, karena merasa sayang meninggalkan aktivitas online-nya. Dunia religious mendapat pesaing dari dunia maya, karena banyak orang memilih aktivitas yang mereka kira sangat efektif dan “mengisi”. Kenyataannya, orang sibuk dengan dirinya sendiri, meninggalkan hidup bersama dan berjemaat, serta dikosongkan hidupnya karena dijerat waktu tanpa batas bersama jaringan elektronik itu.
Jika orang tidak terhubung dengan lingkungan sekitarnya, maka ia pun tidak memiliki hubungan emosional yang cukup untuk merasakan perasaan dicintai, diterima dan dibutuhkan. Selanjutnya, bisa saja ia kehilangan kerinduan untuk melibatkan diri, mengikatkan diri, dan akhirnya tidak mempunyai keinginan mempersembahkan diri secara tulus karena merasa kurang berguna.
Keluarga-keluarga yang terkasih, jika sebelum era digital, banyak keluarga Katolik kurang terlibat di lingkungannya, karena kesibukan pekerjaan, sekarang ini, jika kurang diperhatikan, maka semakin sulitlah melibatkan diri karena tantangan digital tadi. Kita berhadapan dengan situasi yang sangat tidak mudah. Anak-anak dan orangtua makin melek informasi, tetapi tidak selalu yang berguna. Mereka akan diarahkan untuk semakin rasional dan apatis pada lingkungan sekitarnya jika kita membiarkan mereka terlalu lama bermain games, media sosial, atau surfing internet.
Dalam pelayanan Gereja, dituntut juga suatu ketulusan atau keikhlasan sebagai dasar melayani. Kita perlu dengan tulus membuka diri pada pelayanan yang mengundang aksi nyata. Karya nyata ini tidak mungkin dilakukan sempurna dengan semangat “ingin tampil”, “ingin berkuasa”, apalagi “mencari untung”. Dunia digital mengarahkan kita kepada semangat itu. Media sosial membuat kita terkenal, menguasi orang lain, dan bahkan mencari keuntungan dengan lebih mudah. Barangkali renungan ini pantas kita cermati sebagai inspirasi bagi pelayanan terbaik kita.
Jangan tinggalkan rumah terlalu lama. Jangan abaikan perhatian bagi keluarga, fokus pada pasangan, anak-anak, dan orangtua tanpa terbagi. Dan selanjutnya, layanilah Tuhan dengan gembira melalui ketulusan dan keikhlasan yang murni. Saya percaya, kehidupan keluarga kita semua akan lebih baik dan seimbang jika kita memperhatikan hal-hal ini dengan baik. Segala sesuatu yang baik tidak boleh hanya ada di dalam konsep suci dan kata-kata bijaksana. Semua harus terwujud nyata.
Selamat memasuki Tahun Baru 2018, selamat melayani, semoga sebagai orang Katolik sejati, kita semakin kreatif mempersembahkan diri secara nyata, semakin manusiawi dalam berelasi, dan semakin rohani dalam melayani. Semoga seluruh keluarga diberkati. Amin
Rm. Alexander Erwin MSF

SURAT GEMBALA TAHUN PERSATUAN 2018 – MGR. SUHARYO

PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI) DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) TAHUN 2017

“Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!”

(Kol. 3:15a)

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Natal adalah perayaan kelahiran Sang Juru Selamat dan Raja Damai. Perayaan ini mengajak kita untuk menyimak kembali pesan utamanya. Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16). Putra-Nya itu mengosongkan diri sehabis-habisnya dan menjadi manusia seperti kita (bdk. Flp 2:7). Ia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Ia, yang adalah Raja Damai dan Imanuel, Allah-beserta-kita, datang untuk membawa damai sejahtera kepada dunia, seperti yang diwartakan para malaikat kepada para gembala,“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14).
Bagi kita umat Kristiani, kelahiran Sang Raja Damai merupakan suatu momentum untuk membaharui hidup pribadi maupun hidup bersama. Sebagai umat beriman, yang dilahirkan kembali, kita harus membuka diri agar damai sejahtera Kristus benar-benar memerintah dalam hati kita (bdk. Kol 3:15a). Kita mendambakan damai sejahtera, baik dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bersama. Kita merindukan suatu bumi yang penuh damai dan umat manusia yang makin bersaudara. Hanya dengan demikian, kita akan mengalami sukacita sejati.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Sudah sepatutnya kita semua berusaha menemukan makna dan relevansi perayaan Natal bagi kita umat Kristiani dan bagi bangsa Indonesia. Perayaan Natal seharusnya menjadi momentum indah bagi kita untuk menyadari  kembali tugas perutusan serta komitmen kita, sebagai elemen bangsa dan negara tercinta ini. Kondisi dan situasi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih seksama makna dari seruan Santo Paulus, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kol 3:15a). Kata-kata Paulus ini seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus mengupayakan terwujudnya damai sejahtera, karena hanya dengan demikian kita memahami makna sejati Natal.
Sebagai anak-anak Allah, sumber damai kita, kita harus mewujudkan komitmen kristiani kita, yakni menjadi pembawa damai (bdk. Mt 5:9).
Saat ini kita sedang cemas. Persatuan kita sebagai bangsa Indonesia sedang terancam perpecahan. Keresahan dan kecemasan itu semakin terasa beberapa tahun belakangan ini. Ada pihak-pihak yang, entah secara samar-samar atau pun secara terang-terangan, tergoda untuk menempuh jalan dan cara yang berbeda dengan konsensus dasar kebangsaan kita, yaitu Pancasila. Hal itu terlihat dalam banyak aksi dan peristiwa: dalam persaingan politik yang tidak sehat dan yang menghalalkan segala cara, dalam fanatisme yang sempit, bahkan yang tidak sungkan membawa-bawa serta agama dan kepercayaan, dan dalam banyak hal lainnya. Dengan demikian, hasrat bangsa kita untuk menciptakan damai sejahtera menjadi sulit terwujud.
Cita-cita luhur bangsa Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945, untuk menciptakan persatuan, keadilan sosial dan damai sejahtera, bukan saja di antara kita, tetapi juga di dunia, masih perlu kita perjuangkan terus bersama-sama. Sistem dan mekanisme demokrasi masih perlu kita tata dan benahi terus agar mampu mewujudkan secara efektif cita-cita bersama kita. Tentu saja hal ini tidaklah mudah.
Sebagai elemen bangsa, yang adalah kawanan kecil, kita, umat Kristiani tidak mampu menyelesaikan semua persoalan yang kita hadapi hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Inilah saatnya bagi kita untuk membiarkan damai Kristus memerintah dalam hati. Damai Kristus, yang memerintah dalam hati kita, merupakan kekuatan yang mempersatukan dan merobohkan tembok pemisah, “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Ef 2:14). Hanya dengan damai Kristus yang menguasai hati kita, kita akan dimampukan untuk membuka diri, merangkul dan menyambut sesama anak bangsa dan bersama mereka merajut kesatuan dan melangkah bersama menuju masa depan yang semakin cerah.
Inspirasi dan kekuatan spiritual yang mendorong kita untuk mewujudkan kesatuan dan  untuk sungguh-sungguh melibatkan diri dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang tercinta, kita timba dari kabar sukacita Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya”(Yes 9:5-6).
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Kita selalu mendambakan damai sejati, yang dilandaskan pada keadilan dan kebenaran. Isi kabar sukacita Natal adalah kelahiran Sang Messias, yang akan mengokohkan Kerajaan-Nya, yaitu kerajaan keadilan dan kebenaran, di mana kita semua adalah warganya. Sebagai warga Kerajaan itu kita ditantang untuk memperjuangkan kesatuan, persaudaraan, kebenaran dan keadilan serta damai sejahtera. Memperjuangkan keadilan, memperkecil jurang kaya dan miskin, memberantas korupsi, merobohkan tembok pemisah atas nama suku, agama dan ras adalah mandat Injili yang mesti kita perjuangkan di bumi Indonesia ini.
Ketika kita sendiri berusaha memberikan kesaksian dalam usaha mewujudkan keadilan, kebenaran, damai sejahtera dan persaudaraan, tentu kita patut mawas diri. Mungkin kita masih menutup diri dalam kenyamanan hidup menggereja, sehingga lalai mewujudkan diri sebagai garam dan terang dunia. Mungkin kita sendiri masih enggan mengulurkan tangan kasih dan persaudaraan kepada sesama anak bangsa, terutama kepada mereka yang kecil dan terpinggirkan. Bukankah damai sejahtera hanya dapat terwujud ketika kita berhasil mengalahkan kepentingan diri demi kebaikan bersama? Bukankah Raja Damai yang lahir ke dunia menyadarkan kita bagaimana Dia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2:7)?
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Sebagai warga Kristiani, kita sendiri ditantang untuk tak henti-hentinya mewujudkan damai sejahtera, kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Karena itu, kita patut bersyukur atas hasil kerja keras dari Komisi Gereja Lutheran dan Katolik untuk menggalang persatuan. Selama 500 tahun, kita merajut kerukunan dan kehangatan persaudaraan di antara kita dengan jatuh bangun. Dari Juru Selamat, yang adalah Jalan, Kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6), kita belajar untuk merendahkan diri dan membuka diri satu sama lain. Dalam semangat itulah, kita belajar mengulurkan kebaikan dan kasih kepada sesama. Kita belajar saling mengampuni dan memaafkan. Jika ada kasih dan damai dalam hati kita masing-masing, kita akan bersukacita dan dapat bersama-sama mewujudkan komunitas ekumenis. Dengan bersatu sebagai umat Kristiani, kesaksian kita tentang kerukunan dan persaudaraan kepada masyarakat majemuk di negeri ini lebih berarti dan meyakinkan.
Selain rukun dengan sesama, damai yang dibawa Sang Juru Selamat juga mengajak kita untuk berdamai dengan segenap ciptaan. Saat ini ciptaan sedang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya. Tanpa tanggungjawab kita menggunakan dan menyalah-gunakan kekayaan yang ditanamkan Allah di dalamnya. Mewujudkan damai sejahtera dengan alam ciptaan berarti bertanggungjawab memulihkan keutuhannya. Selain itu, kita wajib mewujudkan keadilan dalam hidup bersama, karena alam merupakan sumber hidup yang disediakan Tuhan bagi semua manusia, dan bahwa segala sesuatu bersatu dan tertuju kepada Kristus sebagai kepala (Kol 1:15-22).   Dengan demikian, masih ada banyak yang perlu kita kerjakan untuk menciptakan kerukunan dan persaudaraan, sementara dilain pihak kita patut selalu bersyukur karena karya besar Tuhan yang kita alami bersama.
Semoga perayaan Natal mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan menerima perbedaan dan menyukurinya sebagai kekayaan kehidupan bersama kita di negeri ini. Marilah kita menghidupi dan mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Allah, dengan jalan merangkul sesama, merawat ciptaan serta memajukan kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian bahwa damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Selamat Natal, Tuhan memberkati.

SELAMAT NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018

Jakarta, 22 November 2017

Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang

(Ketua Umum)

Pdt. Gomar Gultom

(Sekretaris Umum)

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

Mgr. Ignatius Suharyo

(Ketua )

Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC

(Sekretaris Jendral)

Menyambut Masa Adven 2017 bersama PDPKK Stasi Fransiskus Asisi


PDPKK St Fransiskus Asisi Taman Anggrek mengundang umat untuk menyambut masa adven 2017 dengan bersekutu memuji Allah, mendengarkan firman dan berdoa bersama setiap Kamis jam 19:30 (Tepat) mulai dari tanggal 23 November sampai dengan 14 Desember 2016.
Kegiatan ini memiliki tema yang berbeda-beda setiap minggunya dan dibimbing oleh para Romo, Pewarta dan Bruder dengan jadwal sebagai berikut:
23 Nov 2017 : Cinta Tanah Air
bersama Rm Agustinus Handoko , MSC
30 Nov 2017 : Menjadi Manusia dari Rumah
bersama Romo Andang L Binawan SJ
7 Des 2017 : Keluarga Bersikap Adi
bersama Ibu Cun Wahono
14 Des 2017 : Kebhinekaan Cermin Keadaban
bersama Bruder Petrus
Kegiatan ini diadakan di Ruang Anggrek 1 Mall Taman Anggrek, naik ke L7 melalui lift di belakang Mango/samping Gramedia/Metro.
Marilah hadir bersama-sama dan berpartisipasi. Tuhan memberkati Anda dan Keluarga.
Tanpa Tiket dan Gratis. Umat diundang untuk langsung datang dan hadir pada acara ini tanpa dipungut biaya.
Mohon bantuannya juga untuk menginformasikan kegiatan ini kepada keluarga, sahabat, rekan dan lingkungan masing2, agar menjadi berkat untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: https://www.fb.com/StasiStFransiskusAsisi/
Terima kasih.

Pameran Liturgi Paroki Pejompongan, Kristus Raja

SURAT KELUARGA NOVEMBER TANTANGAN MENGIKUTI YESUS SEKELUARGA


Keluarga-keluarga Katolik KAJ yang terkasih, memasuki bulan November selalu mengingatkan kita akan masa mendoakan arwah. Ketika mendoakan, kita tentu sadar juga bahwa suatu saat kita juga mengalami masa depan yang sama. Kita sebagai satu Gereja, Gereja berziarah di dunia dan Gereja yang sudah mulia di surga, dihubungkan dengan iman kita kepada Yesus kristus. Kita seakan menjadi satu komunitas anak-anak Allah yang disatukan dalam iman yang sama. Tetapi bagaimana menjalankan iman itulah yang membuat kita semakin terhubung, bukan hanya sekedar status atau label iman.
Melihat kenyataan dunia yang menjanjikan beragamnya kegiatan dan pilihan, maka kita perlu membuat prioritas aktivitas kita yang masih hidup di dunia ini. Keluarga perlu melatih setiap anggotanya untuk memberi prioritas pada kegiatan iman dalam hidup sehari-hari. Ketika orang memberi tempat istimewa pada peristiwa dan aktivitas iman, maka ia akan memberi tempat kegiatan Gerejani sebagai aktivitas yang penting.
“Banyak acara yang bisa menyibukkan, tetapi tidak semua acara itu baik.” Mari kita lihat bagaimana Yesus menegur umatnya dalam perikop ini. Dinamika percakapan dalam injil Lukas ini menarik untuk disimak.
(57) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” (58) Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (59) Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” (61) Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” (62) Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”( Lukas 9:57-62)
Bermula dari semangat seseorang untuk mengikuti Kristus dengan bertanya, itu membuat Yesus memberi jawaban yang inspiratif. Ternyata semangat orang itu adalah “coba-coba, siapa tahu baik…..”. Kita sering melakukan yang sama, mencoba mendekati Tuhan (dan ini sebenarnya sangat baik) dengan catatan “punya waktu”. Di sinilah kita dapat berkaca, apakah alasan saya berdasarkan juga kebutuhan saya akan Tuhan? Kita banyak acara, tetapi tidak semua acara kita ternyata benar benar baik.
Pernyataan ekstrim yang dijawab Yesus atas alasan para “calon pengikut”ini menarik. Yesus menjawab tidak ada hal lain yang lebih penting untuk diikuti selain mengikuti Dia. Bahkan kamatian kerabat pun dianggap “kelas dua” dalam rangka iman. Seandainya pernyataan ini disampaikan kepada kita, apa yang akan kita rasakan, Pikirkan, atau jawab? Saat Tuhan meminta kita untuk terlibat, tentu itu sesuatu yang paling berharga, sebab hidup kita dibangun dari keterlibatan kita pada karya Kristus di dunia ini.
Banyak hal yang dapat kita lakukan. Banyak kesempatan terbuka buat kita mengambil bagian. Di mana kita akan mengambil kesempatan itu? Keberanian kita untuk mengajarkan prioritas ini sangat penting disampaikan pada seluruh keluarga, khususnya pada anak-anak, agar hidupnya lebih lengkap dan seimbang. Kita tidak dituntut untuk setiap hari beracara dengan Gereja. Tetapi acara Gereja adalah bagian amat penting dalam hidup kita agar semakin seimbang.
Keluarga-keluarga yang terkasih, terutama para orangtua, kita membutuhkan kesadaran dan disiplin untuk membuat prioritas dalam hidup ini. Zaman mengajak kita untuk semakin sekular dan mengabaikan Allah. Berbagai urusan membuat kita merasa sibuk dan akhirnya hilang kesempatan untuk menemui-Nya. Hidup menjadi kering, kegembiraan menjadi makin material, akhirnya kita mencari sesuatu yang fana melulu dan kesepian.
Suasana di rumah selalu menjadi dasar untuk mengajak semua anggota dekat dengan Tuhan. Kedekatan satu sama lain memudahkan kita untuk saling mendidik dan mengingatkan. Ketika hubungan kita akrab, sesuatu yang sulitpun menjadi lebih mudah disampaikan. Sebaliknya, jika hubungan buruk, hal kecil bisa memecahbelah.
DominoQQ
PokerQQ

Hidup di dunia adalah sebuah perjalanan yang singkat untuk memberi yang terbaik. Kebanyakan orang memberikan dirinya dalam keluarga tidak lebih dari 60%, beberapa bahkan kurang dari 50% usianya. Apa yang akan Anda berikan untuk memberkati mereka? Anak-anak pun hanya 20 tahun di bawah pengaruh kuat Anda. Jika Anda tidak memulai sekarang, kapan akan membuat mereka merasa bersyukur memiliki Anda?
Mulailah beracara dengan seluruh keluarga. Dahulukan Tuhan dengan cara apa saja: doa bersama, doa sebelum makan bersama, doa ulang tahun, doa ulang tahun perkawinan, ke gereja setiap minggu bersama, dan mengikuti salah satu kegiatan Gereja yang rutin. Apakah hal-hal di atas terlalu sulit dilakukan? Semoga tidak. Saya percaya, jika ada kepercayaan sedikit saja dalam hati Anda akan kuasa Tuhan, Anda pasti akan melakukannya.
Semoga pada bulan arwah ini, kita tingkatkan hidup beriman kita dengan segala sesuatu yang membuat hidup kita sekeluarga benar-benar hidup. Semoga seluruh keluarga semakin merasakan bahwa hidup ini berharga bersama Tuhan yang kita abdi dan sembah. Semoga Anda sekeluarga rajin mengisi keluarga Anda dengan kegiatan yang penting di Gereja. Tuhan memberkati
Salam dalam Keluarga Kudus
Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

Download Logo High Resolution “Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia” dan Filosofi Logonya

image description

Ytk. Sdri/a dalam Kristus, berikut ini adalah:

File Logo High Resolution

“Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia”

KAJ 2018

Logo ini berukuran 18 Mb, pastikan internet anda kencang untuk mendownloadnya!

SILAHKAN KLIK ICON DOWNLOAD DI BAWAH INI!


File di atas ini bisa dipergunakan untuk keperluan cetak di paroki-paroki masing-masing. Jika ada kebingungan silahkan menghubungi Komisi Komsos KAJ di 021-3519193, eks. 241, atau email ke raka.kaj@gmail.com.
 

FILOSOFI LOGO TEMA 2018

“TAHUN PERSATUAN”

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

“AMALKAN PANCASILA: KITA BHINNEKA, KITA INDONESIA”

1. Bentuk oval adalah simbol dari ikatan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kokoh-kuat. Pelbagai unsur dalam konfigurasi oval membentuk: a) telur yang telah pecah menetas sebagai tanda kebangkitan bangsa Indonesia yang bersatu dan siap mengalahkan pelbagai kepentingan yang hendak memecah-belah; b) Siluet Bunda Maria yang mendekap burung Garuda menjadi simbol penyertaan dan doa-restu St. Maria, Bunda Segala Suku bagi NKRI yang berlandaskan Pancasila.
2. Garis silang warna kuning emas yang melintas di bagian atas, selain menjadi simbol garis khatulistiwa, juga menjadi tanda Salib sebagai bentuk kehadiran Tuhan yang telah memberikan pelbagai anugerah, memberkati, membimbing, dan menuntun perjalanan NKRI.
3. Bagian paling atas setengah lingkaran konfigurasi oval berwarna hijau merupakan representasi dari pohon beringin, lambang sila ketiga Pancasila yang menjadi fokus pastoral evangelisasi 2018, yaitu menghayati dan semakin mewujudkan serta menguatkan nilai-nilai “Persatuan Indonesia” di tengah masyarakat.
4. Di bawah setengah lingkaran hijau ada bagian berwarna merah dan putih yang menandakan warna bendera Indonesia dengan pulau-pulau berwarna warni untuk mengingatkan kita betapa luasnya tanah air Indonesia dengan 17.508 pulau dan dengan beragam kekayaan alam serta budayanya.
5. Siluet putih kepala burung Garuda menandai Dasar Negara yang mengikat pelbagai keragaman Indonesia.
6. Dua tangan dengan warna yang berbeda dan saling menggenggam adalah simbol semangat pelbagai komponen bangsa lintas budaya, suku, adat-istiadat, agama, dan golongan untuk bersatu dan bekerja sama membangun negeri ini dengan rasa, cipta, cinta kasih, karsa, dan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
7. Di sekeliling konfigurasi oval terdapat tulisan tema Tahun Pastoral Evangelisasi 2018 “AMALKAN PANCASILA: KITA BHINNEKA, KITA INDONESIA” dilengkapi bendera Merah Putih yang berkibar dan Garuda Pancasila. Tulisan “AMALKAN PANCASILA” abu-abu sebagai warna permanen bermakna komitmen dan ketetapan hati. Tulisan “KITA” berwarna hijau mengandung semangat menjaga keutuhan ciptaan. Tulisan “BHINNEKA” berwarna-warni sebagai simbol keberagaman. Tulisan “KITA INDONESIA” berwarna merah menandai semangat keberanian untuk bersatu-padu mempertahankan NKRI, Pancasila, dan UUD 1945.

Demikianlah filosofi atau makna tema Pastoral Evangelisasi 2018 KAJ.

 

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?