Home Blog Page 7

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIV, 15 September 2024

Bacaan Pertama, Yes 50:5-9a

“Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.

Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku beperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?

Bacaan Kedua, Yak 2:14-18

Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seorang mengatakan, bahwa ia beriman, tapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: ”Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?

Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: ”Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: ”Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.””

Bacaan Injil, Markus 8:27-35

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi.

Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Maka jawab Petrus: ”Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia.

Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: ”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”

RENUNGAN SINGKAT

Ada kata kerja “mengakui” dalam bahasa Indonesia yang berarti menyatakan. Kata itu berasal dari kata “aku” yang menunjuk pada saya sebagai orang pertama tunggal. Kata ini menarik utk dikenali. Artinya, secara tersirat, mengakui berarti menyatakan bahwa sesuatu itu menjadi bagian dari diriku. Pada saat bersamaan, mengakui juga berarti tentang penegasan diriku dan identitasku.

Dengan demikian, ketika Petrus “mengakui” Yesus sebagai mesias, berarti bahwa Petrus, dalam dirinya, menegaskan identitas Yesus sekaligus menegaskan identitasnya sebagai orang yang percaya pada Yesus. Petrus menyakini dengan sungguh bahwa Yesus adalah mesias. Pengakuan Petrus ini mengandung konsekuensi nyata. Pengakuan Petrus ini mesti utuh, tidak boleh setengah-setengah. Yesus yang mesias adalah Ia yang mesti menderita. Hal ini yang tidak mudah dipahami oleh Petrus. Ia menolak pemahaman bahwa mesias yang gagah perkasa itu harus menderita, wafat, dan bangkit. Bagi Petrus, ini tidak mungkin.

Dalam situasi ini, Yesus berkata “Enyahlah, Setan!” Sebenarnya, dalam teks Latin, yang tertulis bukanlah kata “enyah”, tetapi “pergilah ke belakang-Ku”. “Vade retro me” atau “Get behind me”. Artinya adalah bahwa Yesus tidak mengusir Petrus. Tetapi, Yesus meminta Petrus untuk mengikuti Yesus dan belajar memahami misteri Allah yang ingin ditunjukkan kepadanya. Para ahli Kitab Suci mengatakan, bahwa inilah momen panggilan kedua Petrus utk mengikuti Yesus setelah ia dipanggil di pinggir danau untuk ikuti Yesus.

Pada titik inilah, kita disadarkan bahwa kadang kala kita seperti Petrus yang berani berkata “Yesus adalah mesias. Yesus adalah andalanku” namun terkadang gagal mengakuiNya ketika kita dalam kesusahan dan bahaya. Mudah berkata “Iya” padaNya, tetapi tak mudah menghidupinya di tengah tantangan hidup ini. Ada momen derita, susah, dilupakan, ditinggalkan, cinta yang keliru, keinginan tak terarah, kesepian, dan sebagainya dalam hidup kita.

Di sinilah, Yesus mengajak kita untuk tak henti mengakui-Nya dan berada di belakang-Nya untuk mengikuti-Nya. Ia tak akan membiarkan kita masuk dalam jurang kematian dan kehancuran. Ia mengantar kita untuk lebih berani membuka mata pada misteri kehidupan yang kita hadapi. Ia mengajak kita untuk melihat secara lebih luas dan mendalam tentang kehadiran-Nya dalam setiap momen hidup ini.

Jangan berhenti mengakui-Nya. Jangan berhenti berharap dan berbuat baik. Lelah itu wajar, tapi jangan menyerah. Ia akan menyatakan semuanya tepat pada waktu terbaik untuk kita semua. Semoga pengakuan iman kita makin terus hidup dan berkobar seiring dengan tindakan-tindakan baik kita. Berjuang untuk banyak hal baik dilakukan karena kita paham persis bahwa pengakuan iman kita pada-Nya tak pernah sia-sia. Selamat hari Minggu. Selamat berbuat baik.

Anton Baur Pr

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIII, 8 September 2024

Bacaan Pertama, Yes 35:4-7a

Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ”Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air.


Bacaan Kedua, Yak 2:1-5

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.

Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: ”Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: ”Berdirilah di sana!” atau: ”Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!”, bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

Bacaan Injil, Mrk 7:31-37

Sekali peristiwa Yesus meninggalkan daerah Tirus dan lewat Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.

Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: ”Efata!”, artinya: Terbukalah!

Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: ”Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.””

EFATA

Saya kira, kita hari ini masih mengalami kegembiraan berkat Kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta, Indonesia. Saya yakin, kunjungan ini masih akan jadi pembicaraan di antara kita maupun di media sosial. Teladan kesederhanaannya menunjukkan kepada kita bahwa siapapun kita pada akhirnya tergantung dari pilihan-pilihan yang kita buat. Pilihan-pilihan itu juga tergantung dari bagaimana cara kita melihat. 

Paus Fransiskus adalah orang yang melihat, matanya terbuka akan realitas masih banyak orang miskin dan menderita. Menjadi Paus, dia berhak mendapatkan fasilitas terbaik dari Vatikan. Tapi dia menolak itu semua, justru karena matanya terbuka bahwa jabatan dan kehormatan bukan untuk dipamerkan. Banyak orang lebih membutuhkan beliau sebagai sahabat, saudara tanpa jarak – daripada seorang pemimpin tertinggi yang tak dapat digapai. Untuk itulah pilihan-pilihan sederhana beliau ambil. Pesawat komersial, mobil biasa, penginapan biasa, sepatu yang biasa dia pakai dan sebagainya. 

Sebaliknya, masih banyak orang buta akan apa yang ada di hadapannya. Banyak orang hanya melihat dengan mata fisik, tapi tidak melihat dan memperhatikan dengan hati. Yakobus dalam suratnya menegaskan itu, janganlah imanmu itu kamu amalkan dengan memandang muka. 

Tuhan datang menyembuhkan orang yang tuli dan gagap. Orang itu tidak mampu mendengarkan kabar gembira sehingga akhirnya sulit mewartakan kabar gembira karena gagap. Tuhan datang menghilangkan hambatan itu. Agar setiap orang mampu mendengarkan kabar sukacita yang masuk ke dalam hati. 

Mari kita memohon hikmat dan rahmat dari Allah agar kita memiliki keterbukaan hati. 

Kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XXII, 1 September 2024

Bacaan Pertama, Ul 4:1-2.6-8
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu. Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.

Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?”


Bacaan Kedua, Yak 1:17-18.21b-22.27
Saudara-saudaraku yang terkasih, setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”


Bacaan Injil Mrk 7:1-8.14-15.21-23
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.

Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: ”Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ”Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Renungan Singkat

Kalau anda membaca harian Kompas, di awal minggu ini disajikan reportase investigasi yang bikin emosi. Isinya tentang adanya sindikat penipuan para pencari kerja. Kelompok ini membuat lowongan kerja fiktif sedemikian rupa sehingga meyakinkan para korban. Alih-alih diterima kerja, para korban malah dimintai uang jaminan yang cukup besar. Lalu mereka diminta datang ke tempat-tempat tertentu untuk wawancara. Saat datang ke tempat wawancara, hanya gedung kosong yang mereka jumpai. Habis waktu, tenaga dan dana, sementara pekerjaan yang mereka harapkan hanya angan-angan belaka. 

Membaca reportase ini hati saya jengkel sekali. Kok bisa ada orang sejahat itu. Para pencari kerja adalah orang-orang membutuhkan pertolongan dan bantuan. Tapi masih ada segelintir orang yang memanfaatkan kebutuhan itu dan menipu mereka. Menipu orang biasa saja sudah jahat, ini lagi menipu orang-orang yang seharusnya dibantu. Jahat sekali. Tidak punya hati. 

Rekan-rekan sekalian, pada minggu ini Sabda Tuhan mengingatkan kita betapa pentingnya memurnikan hati. Hati yang baik menjadi pusat kebaikan hati manusia. Bukan apa yang dari luar yang masuk, tapi apa yang dari dalam hati yang keluar itulah yang menajiskan kita. Kalau hati di dalam sudah baik dan tulus, keburukkan apapun dari tidak akan menggoyahkan. Tapi kalau hati sudah busuk, kebaikan apapun akan dimanfaatkan untuk kepentingan jahat. 

Dalam Kitab Ulangan, Musa – berulang kali mengingatkan bangsa Israel, supaya ketetapan dan peraturan yang telah Tuhan berikan kepada mereka itu ditanam baik-baik dalam hati mereka. Jangan ditambah-tambah, jangan dikurangi. Lakukan dengan setia. 

Pun dalam bacaan kedua, Rasul Yakobus juga memberi pesan yang persis sama. Buang segala yang kotor dari dalam hati. Tanam Firman Tuhan baik-baik dalam hati. Tak cukup itu. Jadilah pelaku firman, bukan hanya pendengar. Jangan hanya jadi orang katolik wacana doang. Do the word of God!. 

Kritik Yesus kepada orang Farisi dan Ahli Taurat dalam Injil juga seputar iman lahiriah atau iman batiniah. Banyak aturan-aturan lahiriah yang sebetulnya tak ada substansinya dipelihara. Cuci tangan bersih-bersih baik demi higienitas kesehatan, tak perlu ditarik ke ranah iman. Apa gunanya rajin bersih-bersih yang kelihatan tapi hati penuh kebusukan. Bagi Yesus, jauh lebih penting kita menata juga apa yang ada di dalam setiap hati manusia. Hati yang bersih dan baik, apalagi penuh akan firman Tuhan akan mengeluarkan perbendaharaan kata dan tindakan yang baik. Sebaliknya, hati yang penuh dosa dan kejahatan akan menajiskan. 

Bulan September ini kita masuk dalam Bulan Kitab Suci Nasional. Inilah waktu yang disediakan bagi umat beriman untuk meluangkan waktu khusus menimba kekayaan mendalam Firman Tuhan dalam Kitab Suci. Tanamkan Firman Tuhan dalam hati, dan laksanakan dalam hidup sehari-hari. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXI, 25 Agustus 2024

Bacaan Pertama, Yos 24:1-2a, 15-17.18b
Menjelang wafatnya, Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Maka berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu, “Jika kamu menganggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!”

Lalu bangsa itu menjawab: ”Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain! Sebab Tuhan, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, Tuhan menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita.””

Bacaan Kedua, Ef 5:21-32
Saudara-saudara, hendaklah kamu saling merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

Bacaan Injil Yoh 6:60-69
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata: ”Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: ”Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: ”Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”

Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: ”Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.””
‭‭
Renungan Singkat

Terkadang perasaan cinta perlu dirasionalisasikan agar cinta menjadi sebuah kesadaran akal budi. Sehingga ketika perasaan memudar, kesadaran akal budi kita tetap menjaga kita untuk bertahan. Kesadaran itu yang menggerakkan kita untuk terus mengusahakan yang terbaik bagi yang mereka yang kita cintai. 

Keputusan saya untuk menjadi imam mendasar pada satu kesadaran akal budi – ingin mengikuti Yesus lebih dekat dan menjadi semakin serupa seperti Dia. Ini menjadi dasar sekaligus pondasi kokoh yang membuat saya tetap bertahan untuk setia. Meski menjumpai kegagalan, ketidakpahaman dan ketidakmengertian, penolakan, saya tidak menyerah. Bukan kesuksesan yang saya kejar, tapi sejauh mana lewat pengalaman itu saya terus bertumbuh menuju kesempurnaan kasih Kristus. 

Rasa cinta memampukan seseorang untuk memberikan yang terbaik bagi orang yang dicintainya. Apalagi kalau orang itu mau pergi pasti meminta jaminan agar orang-orang yang ditinggalkan untuk jaga diri. Dalam bacaan pertama, Yosua memperbarui perjanjian umat dengan Tuhan. Yosua hendak memastikan, sebelum wafatnya, agar umat Israel tetap memelihara iman kepada Tuhan, Allah Israel. Doa umat Israel sendiri baik untuk kita simak, ”Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!” Karena mereka mengingat betapa besar kasih karunia Allah bagi pembebasan bangsa mereka dari perbudakan Mesir. 

Paulus pun memberi refleksi yang sangat indah. Ia mengangkat relasi suami-istri serupa dengan relasi Kristus dengan jemaatnya. Sebagaimana Kristus mengasihi dan memberikan diri sepenuhnya kepada jemaat, demikian pula hendaknya suami dan istri saling memberikan dirinya satu sama lain. Sehingga nampaklah aspek sakramental perkawinan dalam diri suami dan istri. Kristus sungguh hadir dalam diri suami dan istri yang saling mencintai dengan sepenuh hati. 

Cinta yang sepenuh hati akan tahan uji akan segala rintangan dan tantangan. Tidak mudah menyerah dan meninggalkan. Para Rasul sungguh mencintai Yesus dan mengimani bahwa perkataan Yesus adalah hidup yang kekal. Atas dasar keyakinan itu, mereka tetap bertahan mengikuti Yesus. Padahal banyak orang yang tadinya mengikuti Yesus meninggalkan-Nya, karena iman mereka tergoncang begitu mendengar ajaran Yesus tentang roti hidup. 

Kita mohon, agar setiap dari kita dikaruniai kesadaran akal budi yang membawa kita pada lompatan keyakinan iman. Ya Tuhan, engkaulah yang kudus dari Allah dan perkataan-Mu adalah hidup yang kekal. Aku mau mengikuti-Mu apapun yang terjadi. 

Jadi, kamu gmana?

RA

HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA, Minggu 18 Agustus 2024

Bacaan Pertama Why, 11:19a, 12:1-6a.10ab
Aku, Yohanes, melihat Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu. Lalu tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung. Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit. Seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Ekornya menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.

Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Dan perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Tetapi tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Lalu perempuan itu lari ke padang gurun, di mana Allah telah menyediakan suatu tempat baginya.

Kemudian aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ”Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita! Sekarang telah tiba kekuasaan Dia yang diurapi Allah. Sebab para pendakwa yang yang siang malam mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah, telah dilemparkan ke bawah”.
‭‭
Bacaan Kedua 1Kor 15:20-26

Saudara-saudara, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.

Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.

Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
‭‭

Bacaan Injil Luk 1:39-56

Beberapa waktu sesudah kedatangan malaikat Gabriel bergegaslah Maria ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.

Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: ”Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Sungguh berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.

Lalu kata Maria: ”Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”

Kira-kira tiga bulan lamanya Maria tinggal bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.”
‭‭
Renungan Singkat

PENYERAHAN DIRI KEPADA ALLAH


Para saudara terkasih. Minggu ini kita merayakan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Perayaan ini sebetulnya jatuh setiap tanggal 15 Agustus 2024. Lantas dirayakan meriah oleh Gereja pada hari minggu terdekat. Melalui perayaan ini, kita merayakan iman dan keyakinan Gereja untuk menghormati Bunda Maria setinggi-tingginya. Bahwa setelah melaksanakan tugas mulianya di dunia, Bunda Maria dengan seluruh jiwa dan raganya tidak mengalami kebinasaan maut, tapi diangkat ke dalam kemuliaan surgawi. Keyakinan ini ditetapkan sebagai dogma ajaran iman oleh Paus Pius XII pada tahun 1950.

Saya kira, tidak ada satu pun dari kita orang beriman katolik yang menolak ajaran iman ini kan? Siapa meragukan bahwa Bunda Maria, Tabut Allah yang hidup, rahim suci tempat Sabda Tuhan menjadi manusia layak diangkat ke surga? Apakah yang meragukan itu lantas lebih layak lebih Maria? Bahkan orang-orang kudus bisa merasa diri tidak layak jika dibandingkan dengan jasa Maria.

Apa jasa Maria sehingga kita yakin Ibu kita ini layak? Kita bisa menemukan banyak alasannya. Tapi bagi saya, alasan yang paling utama adalah Maria menyerahkan seluruh kehendaknya, dirinya, tubuhnya kepada kehendak Allah. Maria menyerahkan itu dengan penuh pertimbangan dan akhirnya menyatakan dengan merdeka dan bebas, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”.

Sikap ini adalah cermin dari kata-kata suci Yesus sendiri bagi para murid-murid-Nya, “Inilah Tubuhku, yang diserahkan bagimu”. Ini sudah cukup. Kristus sendiri menjamin bahwa, “barangsiapa menyerahkan/kehilangan nyawanya demi Aku, Ia akan memperoleh kembali dalam kehidupan kekal”. Atas dasar syarat ini, sudah cukup.


Iblis tidak suka jika sikap Maria ini merajalela di muka bumi ini. Di mana setiap orang menyerahkan diri-Nya untuk Tuhan, dan memberikan Tubuh-Nya untuk dibagikan kepada sesama. Maka, si jahat, naga tua akan berusaha merampas itu dan menyebarkan kata-kata suci yang sama tapi dengan makna yang berlainan, “Ini Tubuhku, aku berhak menggunakannya seturut kehendakku”. Dengan demikian, semakin banyak orang terhasut untuk tidak menyerahkan diri-Nya untuk Tuhan. Semakin banyak orang ditarik dari perjalanan menuju surga.

Ajaran iman ini sekaligus menegaskan bahwa surga-kehidupan kekal adalah rumah akhir kita. Dan kita sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Sebagaimana Maria dilayakkan Tuhan karena penyerahan diri-Nya dengan bebas dan merdeka, kita umat beriman berusaha untuk hal yang sama.


Jadi kamu gimana?

RENUNGAN MINGGU BIASA XIX, 11 AGUSTUS 2024

Bacaan Pertama, 1Raj 19:4-8

Sekali peristiwa Elia masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ”Cukuplah sudah! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.” Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ”Bangunlah, makanlah!” Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring lagi. Tetapi malaikat Tuhan datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ”Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”

Bacaan Kedua, Ef 4:30-5:2

Saudara-saudara, janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”

Bacaan Injil, Yoh 6:41-51

Sekali peristiwa bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Yesus, karena Ia telah mengatakan: ”Akulah roti yang telah turun dari sorga.” Kata mereka: ”Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?”

Jawab Yesus kepada mereka: ”Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.

Renungan Singkat

Nabi besar seperti Elia pernah patah semangat juga seperti yang dikisahkan pada awal bacaan pertama hari ini. Itu terjadi justru ketika Elia baru saja menang pertarungan melawan Dewa Baal dan nabi-nabinya. Kemenangan Elia ini membuat ratu durjana, Izebel mengamuk. Istri Raja Ahab itu memerintahkan suruhannya untuk mengejar Elia dan membunuhnya. Elia lari sampai ke padang gurun. Baru sehari perjalanan Ia kelelahan. Capek lahir batin. Ia mau mati saja karena sudah kehabisan tenaga. Tapi malaikat Tuhan memberinya makanan dan minum. Roti bakar dan sekendi air itu rupanya cukup memberi tenaga bagi Elia untuk berjalan 40 hari 40 malam jauhnya sampai ke gunung Horeb. Betapa hebat makanan dan minuman dari Allah itu bagi kekuatan Elia, meskipun bentuknya sederhana. 

Allah menyediakan makanan surgawi bagi manusia. Roti itu adalah Yesus. Ia memberikan dagingnya untuk diberikan kepada kita di dunia. Barangsiapa yang makan daripadanya, ia tidak akan mati melainkan memperoleh hidup kekal. 

Roti santapan rohani itu hadir secara nyata dan Perayaan Ekaristi. Ia hadir seluruhnya dalam rupa sakramen. Kita mohon agar roti itu tidak berhenti hanya menjadi santapan saja. Tetapi menjadi rahmat yang berdayaguna agar kita hidup serupa seperti Kristus, Sang Roti dari Allah. 

RA

TEKS MARS LANSIA – Keuskupan Agung Jakarta

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XVIII, 4 AGUSTUS 2024

Bacaan Pertama, Kel 16:2-4.12-15

Di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan Gunung Sinai,  bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun. Mereka berkata, ”Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”

Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu. Maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari. Dengan cara itu aku hendak menguji apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.

Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel. Katakanlah kepada mereka: ’Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allahmu.’

Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan mereka. Pagi harinya terhamparlah embun sekeliling perkemahan itu. Setelah embun menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus mirip sisik, halus seperti embun yang membeku di atas tanah. Melihat itu umat Israel saling bertanya-tanya: ”Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu apa itu. Lalu berkatalah Musa: ”Inilah roti yang diberikan Tuhan menjadi makananmu.”

Bacaan Kedua, Ef 4:17.20-24

Saudara-saudara, di dalam Tuhan aku menegaskan hal ini kepadamu. Jangan lagi hidup dengan pikiran yang sia-sia, seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu jangan hdup secara demikian.

Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.

Sehubungan dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.

Hendaknya kamu mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah; hendaklah kamu hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”


Bacaan Injil, Yoh 6:24-35

Di seberang Danau Galilea, ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: ”Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”

Yesus menjawab mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.

Lalu kata mereka kepada-Nya: ”Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”

Jawab Yesus kepada mereka: ”Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

Maka kata mereka kepada-Nya: ”Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

Maka kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

Maka kata mereka kepada-Nya: ”Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: ”Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
‭‭

Renungan Singkat

Yang Lapar akan Dikenyangkan

Sebagai imam, saya selalu berusaha mempersiapkan perayaan ekaristi dengan baik. Meminimalisir ketidakberesan sehingga tidak panik dan bisa berkonsentrasi. Tapi terkadang ada juga momen yang bikin panik. Misalnya, kalau hosti yang tersedia ternyata tidak cukup untuk umat yang hadir. Saya pernah mengalami itu. Sudah hitung umat di dalam rumah dan memperkirakan cukup, ternyata saat selama misa umat masih berdatangan duduk di luar. Hosti sisa 2, umat di luar belum dapat. Sementara umat harus dapat semua. Akhirnya saya pakai hosti yang belum diberkati untuk menerimakan anggur darah Kristus. Pernah juga hosti yang ada dipecah-pecah sampai kecil sekali. 

Ini muungkin sepele. Tapi kita bisa melihat spirit dibalik kewajiban itu. Yaitu, bahwa berkat dari Tuhan harus cukup untuk semua orang. Akan menjadi cukup, kalau kita juga mau membagi-bagi berkat kepada yang lain.

Injil hari ini melanjutkan kisah minggu lalu saat Yesus memberi makan 5000 orang kepala keluarga. Rupanya kepergian Yesus dari sana tidak menggerakkan orang-orang itu untuk pulang. Mereka semakin mencari-Nya. Yesus tau motivasi mereka. Mereka mencari-Nya karena Yesus menjamin kekenyangan mereka. Mereka pikir, Yesus mau kesejahteraan jasmani. Mereka tinggal minta dan … boom.. mereka kenyang.

Yesus menasihati mereka, dan kita. Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, tapi makanan yang dapat menghantar kita kepada kehidupan kekal. Makanan itu hanya diberikan oleh Kristus sendiri. Yakni Sabda-Nya, Diri-Nya, Tubuh-Nya. 

Bukankah kita terkadang seperti orang-orang di Kapernaum. Mencari Tuhan hanya saat kita butuh. Beriman NaPas NikMat. NAtal PASkah NIKah MATi. Padahal seharusnya kita mencari Dia untuk mengalami persatuan dengan-Nya, setiap hari, setiap saat, setiap waktu. Berkat persatuan dengan-Nya kita tidak lapar lagi. Lapar akan pemenuhan dan pemuliaan diri. Haus untuk diakui. Haus akan penerimaan orang lain. 

Siapapun yang datang kepada Yesus mengalami persatuan hidup dengan-Nya. Orang itu mengusahakan hidup yang baru sebagai orang yang mengenal Allah, mengenal Kristus. Meninggalkan manusia lamanya yang penuh dosa, kejahatan dan membawa pada kebinasaan. 

Jadi, kamu gimana?
RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVII, 28 Juli 2024

Bacaan Pertama, 2Raj 4:42-44
Sekali peristiwa datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Elisa, abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa: ”Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan.” Tetapi pelayannya itu berkata: ”Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” Jawabnya: ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Lalu dihidangkannyalah roti itu di depan mereka. Maka makanlah mereka dan masih ada sisanya, sesuai dengan firman Tuhan.


Bacaan Kedua, Ef 4:1-6
Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan demi Tuhan, menasihati kamu, supaya  sebagai orang-orang yang telah terpanggil, kamu hidup berpadanan dengan panggilan itu.

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa kita semua, yang mengatasi semua, menyertai semua dan menjiwai semua.


Bacaan Injil, Yoh 6:1-15
Sekali peristiwa, Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: ”Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”

Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: ”Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”

Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: ”Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: ”Suruhlah orang-orang itu duduk. Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”

Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ”Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”

Renungan Singkat

Mewartakan iman – menegakkan keadilan

Tema keadilan menjadi salah satu tema penting dari ajaran iman Gereja Katolik. Apa itu definisi keadilan? Mungkin kita sering mengartikan keadilan adalah sama rasa – sama rata. Tapi apakah benar demikian?

Dalam Katekismus Gereja Katolik – Keadilan adalah kehendak yang teguh dan tetap untuk memberikan kepada Allah dan sesama apa yang menjadi hak mereka (KGK 1836). Kepada Allah, segala pujian, syukur, hormat dan kemuliaan bagi-Nya. Itu tidak perlu diperdebatkan. Kepada manusia adalah hak apa yang melekat dalam diri manusia. Pertanyaannya hak yang mana?

Secara tegas, setiap pribadi manusia berhak mendapatkan segala yang ia butuhkan agar tumbuh mencapai kesejahteraannya sendiri. Dan untuk memenuhi itu, dibutuhkan kesadaran bersama – kerja bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebab dalam kesejahteraan bersama diandaikan pribadi-pribadi di dalamnya juga sejahtera. 

Bacaan-bacaan hari ini memberikan kepada kita salah satu hak setiap pribadi manusia untuk tumbuh. Hak itu adalah hak untuk mendapat makanan. Makanan diperlukan untuk tumbuh, sebab di sana terdapat gizi yang diperlukan untuk tubuh kita. 

Elisa berhadapan dengan situasi kelaparan di Gilgal. Sempat ada keraguan apakah dua puluh roti jelai cukup untuk memberi makan 100 orang. Firman Tuhan, “Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya”. Kalau Tuhan turut campur memberi makan, berarti soal makan itu memang dikehendaki Tuhan. 

Yesus dan murid-murid-Nya juga menghadapi persoalan yang sama seperti Elisa. Di depan mereka ada 5000 orang laki-laki – kepala keluarga, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Dan mereka butuh makan. Hak dasar manusia.

Tuhan menghendaki mereka makan dan memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengusahakan itu.

Filipus  dan Andreas menyambut niat dan kehendak itu. Tapi mereka ragu, bisakah dengan sumber daya yang sedikit bisa memberi makan untuk sedemikian banyak orang. Sumber daya yang ada tidak sebanding dengan jumlah yang harus dilayani. 

Kristus mengambil sumber daya itu, mengucap syukur kepada Bapa-Nya, dan membagi-bagikannya kepada orang disana. Semua dapat makan, bahkan makanan itu sisa dua belas bakul. 

Ungkapan syukur kepada Allah diwujudkan juga melalui usaha untuk memenuhi hak-hak dasariah manusia. Mewartakan iman – mewujudkan keadilan. Kita orang beriman menunjukkan kasih dengan saling membantu. 

Zaman ini, banyak sesama kita belum mendapatkan hak-hak dasariahnya untuk tumbuh sebagai manusia yang utuh. Hak pendidikan, hak makanan, hak udara yang sehat, hak air yang bersih, hak jaminan kesehatan, hak bekerja dan berkreatifitas, dan lainnya. Semua itu tanggung jawab kita bersama demi kesejahteraan bersama. 

Lalu, kita gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVI, 21 Juli 2024

Bacaan Pertama, Yeremia 23:1-6

Beginilah Firman Tuhan, ”Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” Sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ”Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman Tuhan.

Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman Tuhan.

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: Tuhan-keadilan kita.
‭‭

Bacaan Kedua, Efesus 2:13-18

Saudara-saudara, di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ”jauh”, sudah menjadi ”dekat” oleh darah Kristus. Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan wafat-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya.

Dengan demikian, Ia mengadakan damai sejahtera. Dalam satu tubuh Ia mendamaikan keduanya dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ”jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang ”dekat”. Sebab oleh Dia kita, kedua pihak beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh.

Bacaan Injil, Markus 6:30-34

Sekali peristiwa Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan perutusannya, mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.

Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”
‭‭

Renungan Singkat

“Beristirahatlah Seketika”

Dalam Injil hari ini kita menemukan suatu hal yang tidak biasa dilakukan oleh orang zaman sekarang. Biasanya, kalau seorang berhasil dalam pekerjaan, pantang baginya untuk berhenti. Kalau bisa terus merencanakan apa yang bisa dikembangkan.

Dikisahkan Yesus hari ini berjumpa dengan kedua belas murid yang telah Ia utus. Para murid menceritakan apa yang mereka ajarkan dan kerjakan. Mereka cerita tentang keberhasilan dan kegagalan mereka. Anehnya Yesus tidak mengutus mereka lebih lanjut. Mumpung masih panas mungkin. Tapi cukuplah perutusan itu bagi mereka. Yesus malah mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi dan beristirahat seketika. Tidak selalu kerja keras yang berlebihan itu baik untuk diri sendiri. Murid-murid juga butuh digembalakan. Kristus melakukan itu kepada murid-murid-Nya.

Karya perutusan para murid baik untuk dilakukan. Tapi lebih penting dari itu adalah berani ambil waktu menyingkir, sendirian, beristirahat. Menjadi sungguh melegakkan ketika istirahat itu diambil bersama Kristus. Hadir dalam doa dan dalam penerimaan Sakramen, mendengarkan Dia dan menerima Tubuh-Nya sebagai sumber energi rohani bagi kita.

Allah sendiri yang akan menjadi Gembala bagi para domba. Sebab gembala-gembala dari pihak manusia mengecewakan. Mereka bukannya merawat dan menjaga, tetapi malah membuat domba-domba itu tercerai-berai. Begitulah Sabda Tuhan yang disampaikan lewat kritik Yeremia.

Dengan demikian, para gembala manusia harus memiliki roh Allah sendiri, yang sifatnya menjaga, merawat dan menumbuhkan. Roh Allah itu mempersatukan, yang lain menceraiberaikan.

Lihat bagaimana Kristus menghimpun kembali para rasul – calon-calon gembala itu – sepulang karya dan perutusan mereka. Mereka dihimpun, disegarkan kembali, diistirahatkan, diperhatikan. Pun ketika Yesus melihat banyak orang, ia berbelaskasih – karena melihat mereka seperti domba tak mempunyai gembala.

Mari kita mohon Roh Allah selalu memimpin kita. Sebab dimana pun dan bagaimana pun kita, pada akhirnya kita dituntut untuk menjadi gembala. Pertama mulai dari menggembalakan diri kita sendiri sebelum menggembalakan sesama. Menggembala bersama Roh Allah – menjaga, merawat dan menumbuhkembangkan menuju kesempurnaan.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

 

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?