Situasi pandemi COVID-19 membuat kita secara terbatas hingga tertahan mengikuti misa, ibadat, dan kegiatan rohani lain di (bangunan) gereja, hingga pernikahan dilakukan dengan protokol COVID-19 yang ketat, berlandaskan pemahaman bersama bahwa semua itu ditujukan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 dalam kegiatan (fisik) beraspek publik, banyak orang.
Sudah berapa lama kita tidak (misalnya: beribadat atau berdoa) ke (bangunan) gereja(?). Sesekali mungkin bisa saja kita beribadat ke gereja ketika pandemi ini, namun intensitasnya relatif kurang dibanding sebelum pandemi atau terbatas karena pandemi, hingga kita merasa “kangen”, atau merasa “butuh” ke (bangunan) gereja dengan alasan kerohanian masing-masing, lalu bertanya-tanya sampai kapan situasi ini berlangsung.
Misa dan ibadat-ibadat beraspek publik (diantaranya rosario, jalan salib, dll.) yang diadakan secara daring (online) apakah dapat menghilangkan rasa “kangen” kita atau menjawab ke”butuh”an kita akan pengalaman iman kita secara fisik (berkegiatan) menggereja(?), dalam konteks ini ke (bangunan) gereja atau kegiatan rohani di bangunan, kompleks, atau lingkungan gereja.
Sebagian dari kita mungkin merasa bahwa ibadat atau kegiatan rohani secara online kurang memenuhi rasa “kangen” atau ke”butuh”an kita akan “gereja”. Meski memang, “gereja” merupakan persekutuan orang yang beriman akan Kristus (“Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi umat Allah”, 1Ptr. 2:5-10), tapi pengalaman fisik umat dalam meng”gereja” sulit terpenuhi secara online, bahkan tidak tergantikan. Bangunan (fisik) “gereja” sebagai salah satu poros (fisik) bagi kegiatan (fisik) umat dalam mengekspresikan atau mengungkapkan keimanannya dan dalam mengambil bagian dalam tugas-tugas “gereja” (contoh: liturgia, misa, hingga koinonia, persekutuan kegiatan rohani di bangunan itu) jelas tidak tergantikan. Pengalaman meng”gereja” selama sebelum pandemi pasti begitu melekat di benak kita, umat yang selalu setia kepada “gereja”, sebut saja pengalaman itu, pembaptisan, komuni pertama, putra/putri altar, misa mudika hari Sabtu, pernikahan, perayaan Natal/Paskah, kegiatan-kegiatan komisi/kategorial, bahkan hingga pengalaman di luar meng”gereja”, sekadar obrolan santai dengan teman, kerabat selepas misa, jajan jajanan sekitar gereja, atau ajakan jalan setelah misa, dll.
Situasi pandemi bukan berarti ungkapan iman kita dalam meng”gereja” menjadi berkurang. (Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, Ul. 11:13). Meski kegiatan di (bangunan) gereja saat situasi pandemi ini terbatas atau sulit, namun hal tersebut bukan berarti mengurangi ungkapan iman kita (dalam hal ini secara fisik), melainkan merupakan tantangan iman umat Allah untuk tetap mengungkapkan, menyatakan, mengaktualisasi iman yang dalam situasi pandemi ini terbatas bahkan terhambat untuk dilakukan di (bangunan) gereja, untuk tetap diupayakan nyata, aktual di diri umat, lingkup terdekat umat, salah satunya dengan ruang doa-mu. (Di dalam Dia, kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh, Ef 2:22.)
Mungkin belum 100% umat membentuk ruang doanya, baik sebelum pandemi (misal dengan alasan bisa ke gereja), atau pada saat pandemi ini. Namun dukungan ruang doa dapat menjadi salah satu faktor penting dalam memelihara aktualisasi iman umat, keluarga, atau komunitas secara pribadi di tengah pandemi ini. Merujuk pada teladan Santo Alfonsus Maria de Liguori “jika kamu berdoa, kamu dapat menyelamatkan jiwamu; jika kamu tidak berdoa, kamu dapat kehilangan jiwamu”, menekankan pentingnya doa, terutama dalam keluarga karena pada zamannya banyak keluarga menghadapi tantangan berat. Dalam hal ini, situasi pandemi, merupakan salah satu tantangan zaman (kita) terhadap aktualisasi iman Kristiani.
Mewujudkan dan mengaktifkan ruang doa kita, keluarga kita, atau komunitas kita, merupakan salah satu alternatif agar kegiatan meng”gereja” kita tetap nyata di tengah pandemi ini meskipun secara terbatas. Sedemikian rupa ruang doa itu merupakan ungkapan masing-masing umat. Aspek fisik cenderung mempengaruhi bentukan (fisik) ruang doa, mengingat manusia memiliki kecenderungan berkaitan dengan bentukan fisik, namun aspek psikis paling utama untuk diperhatikan.
Misal ruang doa, suatu ruang semi-terbuka (semi-outdoor) yang tenang di rumah kita atau salah satu kerabat komunitas kita, bertaman/tanaman asri dengan gemericik air terjun mini, dan penempatan patung Bunda Maria dan/atau (salib) Yesus, lilin, bahkan hingga bunga dan hal-hal penunjang lain yang mana kesemuanya mampu menunjang kita untuk bertekun dalam doa dan mengaktualisasi “gereja” di tengah kita di tengah pandemi ini. Atau, jika tidak ada ruang memadai pun dapat diupayakan set benda-benda rohani dan fasilitas penunjang doa pada suatu meja/dudukan/sudut di tempat tinggal kita, selain menunjang kita untuk bertekun dalam doa, juga mewujudkan “gereja” kecil setiap saat kita kangen “gereja” di tengah pandemi ini, hingga mendukung misa online, rosario online, atau pertemuan pendalaman iman bersama secara online, bahkan mungkin pertemuan online komunitas/kategorial gereja yang diikuti dengan menggunakan fasilitas/dukungan ruang doa-mu, “gereja” kecil di tengah pandemi. (Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?, 1Kor. 3:16).
Andrey Mario Wahyu, umat Katolik di Jakarta.
Ruang doa-mu, “gereja” kecil di tengah pandemi.
Masker, Pelanggaran Kehendak Bebas?
Oleh: Darian Mulyana
Beberapa bulan terakhir, seluruh dunia dilanda pandemi covid-19. Pandemi ini memaksa kita untuk menaati berbagai protokol kesehatan. Salah satu protokolnya adalah menggunakan masker. Walaupun terbukti secara ilmiah menghambat laju penyebaran covid-19, protokol ini ditolak oleh sebagian orang karena menganggapnya sebagai pelanggaran atas kehendak bebasyang diberi Tuhan. Kehendak bebas merupakan salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Lantas, apakah benar bahwa menggunakan masker berarti menolak pemberian Tuhan?
“Manusia itu berakal budi dan karena ia citra Allah, diciptakan dalam kebebasan, ia tuan atas tingkah lakunya” (St. Ireneus, Against Heresies/Adv. Haeres. 4,4,3).
Pertama, kita harus ingat bahwa selain kehendak bebas, Tuhan juga memberikan manusia akal budi untuk berpikir dan hati nurani untuk menentukan benar dan salah. Ketiga hal tersebut harus digunakan secara bersama.
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, saya sungguh mengerti pentingnya kepaduan ketiga hal tersebut. Seorang dokter yang hanya memiliki hati nurani dan kehendak bebas tidak akan bisa mengobati pasiennnya 100% karena ia kurang dalam segi akal budi atau pengetahuannya. Seorang dokter yang hanya memiliki akal budi dan kehendak bebas akan memeras pasiennya dari segi biaya dan melakukan perbuatan-perbuatan keji. Begitu juga seorang dokter yang hanya memiliki akal budi dan hati nurani tanpa kehendak bebas. Dokter tersebut tidak bisa melakukan apapun pada pasien karena ia dibatasi pergerakannya.
Melalui akal budi, kita tahu bahwa menggunakan masker menekan laju penyebaran covid-19. Virus covid-19 menyebar melalui droplet-droplet di udara. Masker membantu kita tidak terkena droplet-droplet tersebut. Melalui hati nurani, kita tahu bahwa menggunakan masker adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dengan tidak terinfeksi covid-19, kita memberi ruang bagi para tenaga medis untuk menyelamatkan yang membutuhkan.
Kehendak bebas yang diberi oleh Tuhan merupakan kebebasan yang bertanggung jawab pada diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, marilah kita membiasakan untuk menggunakan masker sebagai cerminan dari citra Allah.
Penulis merupakan mahasiswa semester satu Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Belajar dari Sosok Gembala Yang Berjasa dalam Perjalanan Gereja Katolik di Indonesia
Gembala yang baik adalah kiasan untuk seorang pemimpin yang mampu menjadi panutan bagi domba-dombanya. Karl Edmund Prier atau yang kerap disapa sebagai Romo Prier — seorang pastor Katolik asal Jerman yang berkarya di Indonesia melalui musik-musiknya.
Beliau lahir di Weinhem, Jerman, 18 September 1937 dari pasangan Georg Prier dengan Else Prier. Tumbuh dewasa bersama dua adiknya, Werner Prier dan Rudolf Prier. Sampai suatu ketika di tengah kondisi Perang Dunia II (1939-1945), datanglah keluarga yang tak dikenal ke rumah Prier dan menemui ibunya untuk menitipkan sebuah piano di rumahnya sampai perang berakhir.
Namun, sangat disayangkan, piano tersebut tidak bisa diambil kembali dalam waktu dekat karena situasi yang bertambah parah. Dari situ, munculah inisiatif Else Prier supaya anak-anaknya mempelajari piano. Hal tersebut juga didukung karena kecintaan Else Prier terhadap keindahan alunan musik.
Else Prier meminta tolong kepada Ema Müller, adik dari penitip piano yang juga seorang guru piano untuk mengajari Edmund Prier dan adiknya. Edmund Prier sangat menikmati masa-masa pembelajaran itu, melalui berbagai musik Sonata dan Beethoven. Pada saat itu, Edmund Prier berumur 8 tahun dan selang 3 tahun setelahnya, setelah perang berakhir, sang pemilik piano tersebut kembali ke rumah Prier untuk mengambil kembali piano miliknya.
Perjalanan Edmund Prier mempelajari piano tidak berhenti sampai di sana. Ibunya berinisiatif menyewa piano di Heidelberg dan guru piano yang masih sama, Ema Müller sembari Prier tetap bersekolah formal di Gymnasium Albertus Magnus Schule Viernheim. Sampai pada saat berusia 15 tahun, Edmund Prier semakin tertarik dengan dunia musikal dan memutuskan untuk belajar organ pipa dan berbagai teori music di sebuah gereja Katolik terbesar di dekat rumahnya. Selang 5 tahun setelahnya, Edmund Prier memutuskan untuk menjadi seorang imam Katolik.
Selama bersekolah di Gymnasium, Prier senang membaca berbagai buku rohani. Salah satu buku yang berdampak terhadap perubahan hidupnya adalah buku yang menceritakan perjalanan seorang misionari menuju Alaska. Di sana, sang misionari memberitakan Injil kepada orangorang Eskimo.Hal itulah yang menjadi alasan bagi Prier memutuskan bahwa dirinya ingin menjadi seperti seorang misionari seperti misionari tersebut. Setelah lulus dari Gymnasium, Prier melanjutkan studi di Novisiat Serikat Jesus (SJ) yang memberikan jaminan untuk bisa menjadi misionari di luar negeri seperti impiannya.
Selepas dua tahun menempuh pendidikan di Novisiat, Karl Edmund Prier melanjutkan studi
filsafat di Hochschule für Philosophie. Di tempat itu terdapat organ pipa yang bisa menjadi
pelepas rindu nya bermain organ pipa yang tidak bisa Prier lakukan semasa menempuh studi di Novisiat.
PANGGILAN PERTAMA YANG DITERIMANYA
Pada tahun 1960, saat Prier masih menempuh studi filsafatnya, Prier mendapatkan tawaran dari sesseorang bernama Pater Karl Frank, SJ untuk menjadi misionari di Indonesia. Sebelum menerima tawaran tersebut, Edmund Prier benar-benar dilanda kebimbangan. Walau pada akhirnya, Prier menyanggupinya setalah menyelesaikan studi filsafatnya pada tahun 1962.
Sembari menunggu persetujuan visa, Prier mangajar musik di sebuah Gymnasium, yaitu
Gymnasium Stella Matutina, bertepatan di Austria yang ditugaskan oleh Provinsial SJ.
Pada awal tahun 1964, Prier mendapat kabar bahwa visa nya telah disetujui setelah menerima penolakan yang pertama. Lantas, Prier segera berangkat menuju Indonesia dan tinggal di sebuah tempat pastoran Wonosari, Gunung Kidul sebelum resmi menjadi seorang imam. Kurang lebih setelah setengah tahun, Prier berangkat menuju Yogyakarta, yang sering disebut sebagai “Kota Istimewa” dengan maksud melanjutkan studi pendidikan teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Kentungan sebagai syarat jenjang bila ingin menjadi seorang imam.
Namun, di luar dugaan, kondisi sosial politik Indonesia sedang tidak mendukung membuat
rencana studi Prier harus tertuda. Selama masa penantian itu, Prier manjadi guru drumband di SMA Kolose De Britto dan belajar bersama dengan tokoh-tokoh pemusik hebat di Yogyakarta, seperti Bapak Siswanto, Bapak Sukodi, dan Bapak Hardosubroto yang membuat wawasan dan pengalaman Prier mengenai permusikan semakin bertambah.
Pada tahun 1967, kondisi sosial politik di Indonesia sudah dinyatakan kembali kondusif dan
aman. Tidak seperti pada rencana awal, Prier bersama dengan frater seangkatannya melanjutkan studi Teologi baru dari Konsili Vatikan II. Di sana, Prier dan teman-temannya diajarkan mengenai inkulturasi musik liturgi oleh Romo yang akhirnya menjadi tonggak penting dalam kehidupan pelayanan Prier di kemudian hari.
TONGGAK PERTAMA MUSIK LITURGI
Romo Prier ditahbiskan menjadi imam oleh Kardinal Darmojuwono pada tanggal 1969 di Gereja Kotabaru Yogyakarta. Segera setelah itu, beliau mengusulkan pembentukan pusat musik liturgi untuk menindaklanjuti cita-cita Konsili Vatikan II kepada provinsial Serikat Jesus. Oleh karena idenya itu, berdirilah Pusat Musik Liturgi Yogyakarta pada tanggal 11 Juli 1971 dan menjadi asal-usul namanya tercantum dalam berbagai buku lagu gereja, seperti “Hendaklah Langit Bersuka Cita” yang sampai saat ini sering kita dengar.
Setelah berkarya begitu lama sebagai seorang romo Kategorial, tanggal 11 Februari 2018, Romo Prier menjadi korban pembacokan oleh seorang pria tak dikenal pada saat sedang memimpin misa pagi hingga harus menjalani serangkaian operasi. Puji Tuhan, meski mendapat luka yang cukup parah, Romo Prier dapat terselamatkan dan tetap mau memaafkan sang pelaku.
IMPLEMENTASI PEMIKIRAN DAN TELADAN KARL EDMUND PRIER TERHADAP
PERMASALAHAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19
1. Memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada
Kisah Karl Edmund Prier secara tidak langsung mengajarkan kepada kita untuk mau
memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada, mulai dari mengembangkan diri sendiri sampai dapat menghasilkan karya dan mampu memberi manfaat bagi orang lain. Siapa sangka jika dulu beliau menyerah saat kesusahan mempelajari piano, mungkin sampai hari ini, kita tidak akan pernah mengenal musik liturgi dalam dunia Gereja Katolik. Hal ini bisa kita terapkan dalam kehidupan New Normal yang sedang kita jalani. New Normal tidak kita jadikan sebagai alasan bahwa kita tidak bisa berkarya, melainkan melalui masa inilah kita bisa menggali dan menumbuhkan berbagai ide dan inovasi baru yang dapat membawa berbagai perubahan dan pengaruh positif bagi lingkungan sekitar kita.
2. Selalu bersyukur dan mengandalkan Tuhan dalam tiap situasi
“Selalu bersyukur dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah perjalanan kehidupan
kita.” Sikap inilah yang mendorong Karl Edmund Prier dalam masa-masa sulitnya berproses
menjadi seorang Romo. Tarik-ulur yang terjadi saat pengajuan visa, penolakan yang dihadapinya hingga saat hari pentahbisannya. Namun, di saat seperti itu, bukan menyerah yang ia pilih, namun berserah dan tetap mau menjadi tangan kanan Tuhan dalam berkarya di dunia melalui alunan dan pengajaran musiknya. Demikian pula dengan kita, di tengah pandemi seperti ini, marilah kita menyerahkan semua keresahan dan meletakkan segala ketakutan kita dibawa kaki Tuhan yang berkuasa atas segalanya. Jangan lupa untuk selalu bersyukur atas napas kehidupan yang masih boleh kita hirup sampai saat ini di tengah masa kritis “hidup dan mati” . Perlu diingat bahwa banyak di luar sana yang kini terbaring lemah dengan infus di tangan sebelah kirinya menginginkan anugerah yang dilimpahkan ke kita, yaitu kesehatan dan dapat berkumpul dengan keluarga.
3. Menyadari bahwa kita sama-sama dipanggil untuk mau mengembangkan talenta yang
diberikan kepada kita Sepeti yang tertulis dalam injil Matius 25:14, “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.” Demikian kita juga dipanggil untuk mau mengembangkan talenta sebagai “harta” yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk dikembangkan. Seperti Karl Edmund Prier yang mengembangkan talenta bermusiknya untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
4. Hidup dengan penuh cinta kasih
Sadar atau tidak, lewat pandemi ini, Tuhan seperti ingin mengingatkan kepada kita bahwa kita terlalu sibuk dengan keduniawian. Sibuk bekerja hingga lupa terhadap anak, sibuk belajar hingga lupa membantu orang tua. Pandemi COVID-19 yang terjadi memicu adanya lockdown dimanamana sehingga mengharuskan kita berada di rumah. Inilah menjadi tiitk balik untuk kembali mendekatkan yang jauh. Bahkan, yang tadinya merantau, kembali ke rumah kediamannya untuk bertemu sanak keluarganya. Bumbu cinta kasih pun dapat kita tanamkan pada kesempatan berharga ini. Seperti Karl Edmund Prier, meskipun sudah mendapatkan bekas luka pembacokan, beliau masih mau memaafkan sang pelaku
Kuatkan Iman, Kuatkan Imun
Kuatkan Iman, Kuatkan Imun
Di masa Pandemi yang sekarang sedang terjadi, banyak sekali tantangan yang kita hadapi. Mulai dari segi ekonomi, politik sosial, dan Kesehatan. Penghimbauan dari pemerintah untuk melakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar mewajibkan kita untuk mematuhi protokol Kesehatan serta membatasi seluruh kegiatan mulai dari akademik di sekolah, kantor-kantor tempat orang bekerja, mall dan fasilitas umum lainnya hingga keagamaan di tempat ibadah.
Sekarang, hampir semua kegiatan kerohanian dilaksanakan secara online atau daring. Pemanfaatan teknologi ini tentunya bersifat positif karena dapat mempertemukan dan mempersatukan kita meski secara virtual atau online dalam dunia maya.
Lalu bagaimana esensi atau intisari dari misa yang seharusnya secara langsung bertatap muka hingga menjadi misa virtual dengan hosti yang imajiner? Saya mendengarkan podcast dari Pusat Pastoral KAJ yang dibawakan oleh Romo Almo, Romo Bekti, Romo Vano, dan Romo Graha di channel Youtube mereka. Banyak sekali hal yang dapat saya pelajari.
Kita tentunya harus memahami betul mengenai esensi keberadaaan misa online sebagai pengganti sementara misa tatap muka. Ada yang mengatakan misa online tidak sah karena kita tidak berada di gereja dan tuhan tidak hadir namun Romo Bekti mengutip sebuah injil, “ Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” – Matius 18:20.
Misa online diadakan agar kebutuhan kerohanian kita terpenuhi meskipun di masa pandemi sekarang ini. Biarpun tidak ada Tubuh Kristus, Tuhan masih beserta kita dalam merayakan misa secara online.
Muncul lagi pertanyaan, bagaimana dengan Tubuh Kristus ? Memang misa online tidak bisa memenuhi kebutuhan itu, mengingat misa online hanyalah pengganti temporer untuk misa tatap muka.
Sekarang sudah ada beberapa bagian daerah yang angka positif covidnya merendah. Beberapa gereja sudah membuka misa tatap muka dengan mempertimbangkan protokol Kesehatan, jumlah umat yang akan datang hingga kondisi demografi umatnya. Umat yang umurnya sudah tua atau mengidap sebuah penyakit yang berpotensi menjadi comorbid apabila terinfeksi dihimbau untuk tidak mengikuti misa tatap muka.
Bagaimana dengan daerah yang masih rawan akan covid?
Setelah 5 bulan lamanya merasakan misa online, kita tentu merindukan Tubuh Kristus atau hosti yang ada pada misa tatap muka. Kerinduan atas Tubuh Kristus ini didasarkan pada keinginan kita agar terasa keberadaan Yesus dalam diri kita.
Namun, kita tidak boleh memandang buruk kerinduan itu. Justru, sebaliknya kita gunakan kerinduan itu untuk menyemangatkan diri kita dan iman yang kita miliki untuk berdoa menghadirkan diri-Nya. Iman yang kita miliki merupakan anugrah dan karunia yang luar biasa dan sekaligus sebagai panduan hidup kita.
Penumbuhan iman yang kuat akan mengakibatkan kita melihat dunia dan keadaan di sisi yang baru. Pandemi ini merupakan cobaan dan badai pasti berlalu. Pemikiran seperti ini akan menumuhkan sikap optimistik yang membantu kita menghadapi situasi seperti sekarang ini.
Rasa optimisme yang tumbuh dari iman kepercayaan kita dapat menjaga kita dari virus corona ini. Optimisme dapat membantu kita meningkatkan sistem immunitas yang ada dalam tubuh kita, Seperti yang dilansir lewat kompasiana.com :
Hal ini diperkuat dengan temuan sejumlah riset yang menyimpulkan bahwa sikap optimis dapat meningkatkan imunitas secara drastis. Selain itu, jurnal ilmiah internasional yang ditulis Elsevier yang berjudul Personality and Individual Differences juga menyatakan bahwa sikap optimis berpengaruh terhadap peningkatan kualitas imunitas seluler dan mampu menekan stress tubuh.
Maka dari itu, kita perlu menekankan iman kita, percaya pada-Nya bahwa kita akan selalu dilindungi dan dijaga kesehatannya. Jauhkan diri kita dari segala pikiran negatif dan selalu berpikir positif agar sistem imun kita tidak menurun.
Penulis adalah Mahasiswa semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2020
Jadwal DOA ROSARIO MISIONER bersama Para Uskup Secara Relay Bergantian antar Keuskupan se-Indonesia
SETIAP HARI pukul 18.00 WIB
Mulai tanggal 1 hingga 31 OKTOBER 2020
Dipimpin oleh para bapa uskup secara bergiliran
Ditayangkan pada media sosial KOMISI KARYA MISIONER KWI, KARYA KEPAUSAN INDONESIA, KOMISI KOMSOS KWI, HIDUPTV, Youtube Channel
Setiap KEUSKUPAN & PAROKI
“Ini aku, utuslah aku” (Yes 6:8) adalah tema Minggu Misi Sedunia ke-94 yang berlangsung pada 18 Oktober 2020. Pada bulan yang sama, kita juga merayakan Hari Pangan Sedunia dan Bulan Rosario.
Untuk semua itulah Komisi Karya Misioner KWI dan Karya Kepausan Indonesia menyelenggarakan DOA ROSARIO MISIONER yang setiap harinya dipimpin oleh SATU USKUP bergantian dari seluruh Keuskupan di Indonesia.
Doa ROSARIO MISIONER ini bertujuan untuk:
1) memelihara semangat misioner umat di masa pandemi dan
2) menggiatkan doa Rosario Misioner di bulan Rosario.
- Kamis, 01-10-2020 PEMBUKAAN: Keuskupan Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC
- Jumat, 02-10-2020 Keuskupan Weetebula, Mgr. Edmund Woga, CSsR
- Sabtu, 03-10-2020 Keuskupan Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi
- Minggu, 04-10-2020 Keuskupan Agats – Asmat Mgr. Aloysius Murwito, OFM
- Senin, 05-10-2020 Keuskupan Tanjung Karang, Mgr. Harun Yuwono
- Selasa, 06-10-2020 Keuskupan Surabaya, Mgr. Vincensius Sutikno Wisaksono
- Rabu, 07-10-2020 Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat
- Kamis, 08-10-2020 Keuskupan Tanjung Selor, Mgr. DR. Paulinus Yan Olla, MSF
- Jumat, 09-10-2020 Keuskupan Amboina, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC
- Sabtu, 10-10-2020 Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko
- Minggu, 11-10-2020 Keuskupan Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung
- Senin, 12-10-2020 Keuskupan Sintang, Mgr. Samuel Oton Sidin OFM Cap.
- Selasa, 13-10-2020 Keuskupan Timika, RD. Marthen Ekowaibi Kuayo (Administrator Diosesan)
- Rabu, 14-10-2020 Keuskupan Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, OFM Cap.
- Kamis, 15-10-2020 Keuskupan Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm.
- Jumat, 16-10-2020 Keuskupan Denpasar, Mgr. Silvester San
- Sabtu, 17-10-2020 Keuskupan Sibolga, Mgr. Anicetus B. Sinaga, OFMCap (Administrator Apostolik)
- Minggu, 18-10-2020 HARI MINGGU MISI KE-94: Keuskupan Palangkaraya, Mgr. Aloysius M. Sutrisnaatmaka MSF
- Senin, 19-10-2020 Keuskupan Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada
- Selasa, 20-10-2020 Keuskupan Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM
- Rabu, 21-10-2020 Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus
- Kamis, 22-10-2020 Keuskupan Atambua, Mgr. Dominikus Saku
- Jumat, 23-10-2020 Keuskupan Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM
- Sabtu, 24-10-2020 Keuskupan Bogor, Mgr. Pascalis Bruno Syukur, OFM
- Minggu, 25-10-2020 Keuskupan Samarinda, Mgr. Yustinus Hardjosusanto, MSF
- Senin, 26-10-2020 Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang
- Selasa, 27-10-2020 Keuskupan Manado, Mgr. Rolly Untu, MSC
- Rabu, 28-10-2020 Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Bodeng Timang
- Kamis, 29-10-2020 Keuskupan Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ
- Jumat, 30-10-2020 Keuskupan Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu
- Sabtu, 31-10-2020 PENUTUP: Keuskupan Agung Jakarta, +Ignatius Kardinal Suharyo
Download File Katalog Pelayanan Sosial KAJ Edisi Tahun 2022
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memiliki ARDAS 2022-2026 yang berbunyi: Keuskupan Agung Jakarta sebagai persekutuan dan Gerakan Umat Allah yang berlandaskan Spiritualitas Ekaristis berjuang untuk semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi demi cinta pada tanah air dengan melaksanakan nilai-nilai Ajaran Sosial Gereja dalam setiap sendi kehidupan. “Karena itu, berdirilah teguh, janganlah goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan (1 Kor 15:58) Bunda Maria dan Santo Yusuf, Doakanlah kami”.
Inilah jalan kekudusan umat KAJ di masa sekarang. Kekudusan itu diwujudkan dengan semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi dalam hidup sehari-hari. “Tuhan menghendaki kita kudus, dan tidak mengharapkan kita puas diri dalam sikap tawar hati, suam-suam kuku, tidak konsisten” (Seruan Apostolik Paus Fransiskus, Gaudete et Exultate, art. 1).
Dasar utama perjuangan kita untuk semakin mengasihi adalah pengalaman iman kita akan kasih Allah, sumber sukacita kita. “Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima tawaran penyelamatan-Nya dibebaskan dari dosa, penderitaan, kehampaan batin dan kesepian” (Bdk. Ensiklik Paus Fransiskus Evangelii Gaudium art.1). Bagi kita orang beriman, “Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh. 4:10). Pengalaman bahwa kita dikasihi Allah yang mengutus PutraNya untuk menebus kita pendosa mendorong dan menyemangati kita untuk berjuang mengasihi Allah yang sudah mengasihi kita.
Pengalaman dikasihi itu menyadarkan kita bahwa diri kita adalah orang-orang yang dipilih oleh Tuhan, bahkan diangkat sebagai sahabat-sahabat-Nya, suatu martabat yang sangat mulia (Yoh. 15:14-15). Ciri sahabat Yesus adalah orang yang tidak melepaskan diri dari relasi dengan Yesus yang mengasihi kita, seperti Yesus tidak melepaskan hubungan-Nya dengan Bapa dengan senantiasa mengasihi. Relasi itu diumpamakan seperti relasi Yesus sebagai pokok anggur dan kita ranting-rantingnya, dan Bapa adalah pemilik pokok anggur yang memberi hidup (lih. Yoh. 15:5-8). Relasi saling mengasihi dengan Tuhan itu perlu semakin kita bangun dengan semakin mengasihi sesama kita.
Kunci kebahagiaan sejati adalah hidup saling mengasihi. Kita harus berjuang semakin mengasihi juga karena bagi iman kita hidup saling mengasihi itu adalah perintah Tuhan sendiri. “Inilah perintah-Ku: Hendaklah kamu saling mengasihi, seperti Aku mengasihi kamu”(Yoh. 15:12). Kita juga diundang untuk semakin mengasihi bukan hanya keluarga atau sesama orang beriman kristiani, tetapi juga saudara-saudari lain sesama manusia. Hal itu diungkapkan Yesus ketika ditanya hukum yang utama dalam hukum taurat. ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 22:36-40). Sesama yang harus kita kasihi seringkali adalah orang yang jauh hubungan dari kita, Sebagaimana digambarkan dalam kisah orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37). Kisah ini menjadi dasar pengajaran Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tuti (3 Oktober 2020), yang mengajarkan persaudaraan dan persahabatan sosial.
St. Ignatius Loyola memberikan suatu catatan menarik mengenai perwujudan cinta atau kasih. Kasih harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata (Buku Latihan Rohani St. Ignatius No.230). Itulah yang dibuat Allah yang mengasihi dengan kepedulian: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Mari kita belajar dari kisah orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37) yang dijadikan pijakan biblis Paus Fransiskus untuk Ensiklik Fratelli Tutti (Bab II). Perlu diingat bahwa orang Samaria dan orang Yahudi yang dirampok itu tidak saling kenal dan bahkan bisa dikatakan sebagai pihak yang saling “bermusuhan”.
Mewujudkan kasih dalam perbuatan itu dimulai dengan kepedulian. Kepedulian itu digambarkan oleh orang Samaria itu dengan melihat orang itu (yang baru saja dirampok habis-habisan, dipukuli sampai setengah mati), merasakan penderitaan itu dalam hatinya, tergerak oleh belas kasihan, lalu mengambil tindakan: membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, menaikkan ke atas keledai tunggangannya, membawa ke tempat penginapan dan merawatnya, membayari penginapan dan perawatannya. Inilah kepedulian orang yang mengasihi, gambaran Yesus yang mengasihi kita. Sebagai murid, kita dipanggil mengikuti contoh Yesus sang Guru, untuk mengasihi dengan kepedulian yang perlu kita latih. Latihan kepedulian itu bisa dilakukan mulai di rumah, sekolah, asrama dan lingkungan terdekat kita lainnya. Latihan itu juga bisa dilakukan dengan mengirimkan orang muda berlatih melayani di lembaga-lembaga sosial untuk melatih mereka mengasihi dengan kepedulian itu: pada anak berkebutuhan khusus, anak penyandang disabilitas, penghuni panti lansia, panti asuhan, tempat perumahan kumuh, pelayanan untuk orang dengan gangguan jiwa dsb.
Mengapa semakin mengasihi dengan kepedulian itu penting? Semua berakar dari penghormatan kita akan martabat manusia, sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Bagi orang kristiani, martabat manusia itu amat berharga sehingga Allah sendiri mengutus putra-Nya untuk menyelamatkan manusia dan mengajari serta memerintahkan untuk hidup saling mengasihi dan saling peduli satu sama lain. Karena martabat manusia itu penting bagi kita orang kristiani, hidup sejahtera bersama atau bonum commune itu harus diperjuangkan supaya tidak ada satu orang pun yang hidup tanpa martabat manusia, entah hidup dalam kemiskinan atau tertindas, tidak mendapatkan hak-hak dasarnya sebagai manusia (sandang, pangan, papan, Pendidikan, Kesehatan, termasuk upah pekerja yang layak), juga hak atas lingkungan hidup yang sehat dan layak (Lihat Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si).
Yesus bersabda, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:35). Ajakan Yesus untuk memberi kesaksian dengan saling mengasihi itu diperjuangkan oleh para pengikut Kristus sejak jaman Gereja perdana. Mereka mengumpulkan dan membagikan harta miliknya, berkumpul dan berdoa bersama, setia pada ajaran para Rasul, tidak egois, rukun antara satu dan lainnya, hidup dalam kasih karunia Tuhan (Kis. 2:41-47). Menarik sekali bahwa dampak dari kesaksian itu disebutkan juga, “Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Untuk bisa berkembang dalam kasih dan kepedulian, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk keluar, untuk pergi, untuk menjumpai orang terpinggir dan tersingkir di dunia yang penuh persaingan yang menimbulkan korban ini. Perjumpaan dengan mereka mengubah pandangan kita dan menggerakkan hati kita untuk bisa lebih berbelas kasih.
Tindakan kasih dan kepedulian Paus Fransiskus kepada orang yang menderita menjadi kesaksian yang kuat, yang menunjukkan siapa itu orang katolik, pengikut Kristus. Paus Fransiskus menjadi inspirasi bagi banyak orang melalui kesaksian itu, menghargai martabat manusia yang tersingkir. Demikian juga berbagai contoh pelayanan kasih di KAJ yang disajikan dalam buku ini menunjukkan siapa pengikut Kristus, siapa orang katolik. Mereka adalah orang yang mengasihi dan peduli pada orang lapar, haus, telanjang, terpenjara, sakit, umat berkebutuhan khusus, transpuan, difabel, orang di perkampungan kumuh, orang dengan gangguan jiwa, orang yang stress, dan semua orang yang membutuhkan kasih dan kepedulian sosial beserta lingkungan hidup keseluruhannya.
Arah kesaksian itu adalah selalui misioner yaitu semakin terwujudnya kerajaan Allah melalui transformasi atau perubahan dunia yang semakin sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja. Pusat-pusat pelayanan social KAJ dan keterlibatan semua umat demi hidupnya pelayanan di pusat-pusat pelayanan KAJ semoga semakin membantu umat untuk semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi akan kasih Allah yang maharahim tanpa batas.
Daftar berbagai lembaga pelayanan sosial di Keuskupan Agung Jakarta ini, meski tidak bisa mencantumkan semuanya, dimaksudkan untuk melengkapi karya sosial paroki, baik itu yang dikelola oleh Seksi Sosial Paroki maupun Gerakan Ayo Sekolah yang sudah mulai tumbuh dimana-mana. Dalam katalog ini dicantumkan beberapa kategori pelayanan baik yang dilakukan sebuah lembaga berbentuk yayasan maupun komunitas kategorial. Selain itu, dicantumkan juga beberapa pelayanan yang dikerjakan umat KAJ tetapi bertempat di luar keuskupan. Pembagian dalam beberapa kategori itu diharapkan bisa lebih membantu.
Lebih jauh, diharapkan, dengan daftar ini upaya berbelarasa kita pada mereka yang membutuhkan menjadi lebih merata, lebih terkoordinasi, dan tentunya diharapkan menjadi lebih berkualitas. Kemudian, dengan adanya daftar ini pun diharapkan belarasa kita bisa lebih terkoordinasi. Belarasa yang lebih berkualitas atau lebih baik juga bisa dilakukan dengan tidak menghentikan perhatian pada sekali kunjungan.
Salah satu maksud dari menuliskan daftar pelayanan sosial di KAJ ini adalah membantu umat KAJ yang sering bertanya apakah suatu lembaga yang memakai nama ‘berbau’ Katolik itu di bawah payung Gereja atau tidak. Jika masih ragu-ragu atau ada pertanyaan, silakan menghubungi sekretariat Pemikat di GKP KAJ, Jl. Katedral No.7, Ps. Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat 10710, Telepon: (021) 3519193.
Jakarta, 1 Januari 2022
Yusup Edi Mulyono SJ
Vikaris Episkopalis Kategorial Keuskupan Agung Jakarta
DOWNLOAD KATALOG PELAYANAN SOSIAL KAJ 2022
PAROKI CIKARANG ANTISIPASI COVID-19
Wabah Covid-19, merupakan keprihatinan dunia dan bangsa kita khususnya Indonesia.
Gereja sebagai persekutuan umat beriman hadir dalam membantu umat untuk memahami masalah kebutuhan ekonomi dalam segala dimensinya. Paroki Cikarang Gereja Ibu Teresa yang berslogan “Menjadi Paguyuban Umat Beriman Yang Mau Berbagi dan Merakyat di Bumi Cikarang”, bergerak bersama untuk menangani wabah ini.
Romo Paroki Cikarang, Rm. Antonius Suhardi Antara, Pr (Romo Aan) dan Wakil Ketua Dewan Paroki Harian Antonius Dandi Purwanto, membentuk Tim Aksi Bantuan ( TAB) Covid-19. “Semoga dengan gerakan ini kita sebagai Gereja Paguyuban Beriman, mampu ikut ambil bagian dlam keprihatinan bangsa dan masyarakat Indonesia,” ucap Rm. Aan.
Dalam kesempatan yang sama, Dandi Purwanto mengatakan bahwa aksi ini sebagai peduli Paskah dan antisipasi dampak pandemi Covid-19, terhadap keluarga pra sejahtera yang merujuk Surat KAJ No. 158/3.5.1.2/ 2020 tentang protokol aksi bantuan umat pra sejahtera.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Paroki Cikarang mengambil sikap untuk mengkoordinir kegiatan TAB. Sikap yang diambil diantaranya memastikan umat Paroki Cikarang terpenuhi kebutuhan pangan yang mengalami dampak pandemi Covid -19, dan membantu masyarakat terutama paramedis, dengan cara menggalang donasi berupa alat APD medis, dana , vitamin, sabun dan hand sanitizer untuk disumbangkan ke Puskesmas dan rumah sakit yang berada Kabupaten Bekasi. Juga bekerja sama dengan Ormas Ansor dan Banser dalam distribusi sembako bagi masyarakat kecil, lemah, miskin, tersisih dan disabilitas yang berada di Kabupaten Bekasi.
Pada 7 April 2020, TAB telah memberikan bantuan sembako sebanyak 1.050 paket yang didistribusikan melalui Dewan Paroki Harian Lingkungan melalui sembilan sektor yang berada di Kabupaten Bekasi, selanjutnya didistribusikan oleh Dewan Pendamping Harian Lingkungan melalui ketua lingkungannya, yang disesuaikan dengan data dan kriteria yang diberikan dalam kategori pra sejahtera dan KLMTD.
Dalam proses penyaluran bantuan bekerja sama dengan Mini Market AlfaMidi di Bekasi.
(Robert G)
Team Aksi Bantuan Umat Prasejahtera
Tanggal 12 april 2020, di tengah pandemi covid 19, Team Aksi Bantuan (TAB) paroki Mangga Besar – Gereja St.Petrus & Paulus membagikan paket sembako kepada umat prasejahtera di wilayah dan lingkungan paroki, kegiatan ini juga termasuk dalam kegiatan penggerak Tahun Keadilan Sosial untuk semakin beriman, semakin bersaudara dan semakin berbela rasa. Tuhan memberkati ? Selamat Paskah bagi saudara semua.
LOMBA VIDEO PENDEK “DIAM DI RUMAH KELUARGA INSPIRATIF” KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
Dalam situasi pandemi virus Corona, keluarga diminta tinggal di rumah sampai ketetapan “social distancing” berakhir. Selama di rumah, ada banyak yang bisa dilakukan tetapi tidak sedikit keluarga yang bingung bahkan stress. Bisa jadi lantaran “beban” keluarga semakin meningkat.
Apa yang Anda sekeluarga lakukan untuk mengisi hari-hari selagi diam di rumah? Mungkin aktivitas Anda sekeluarga bisa menginspirasi keluarga lainnya. Rekamlah itu dalam bentuk video pendek durasi 2-3 Menit dan kirimkan untuk diikut-sertakan dalam LOMBA VIDEO PENDEK “DIAM DI RUMAH KELUARGA INSPIRATIF”.
Selain memberi inspirasi, lomba ini juga menjadi sarana keluarga berefleksi. Memaknai masa “diam di rumah” untuk meningkatkan fungsi kediaman, sehingga bukan sekedar “house” tetapi menjadi lebih “home sweet home”.
DAFTAR DAN UPLOAD VIDEO ANDA MELALUI FORM DIBAWAH INI:
[wpforms id=”13701″ title=”true” description=”false”]
.
KETENTUAN SELENGKAPNYA:
ISI VIDEO PENDEK 2-3 MENIT
- Video berisikan kegiatan di dalam dan bersama keluarga yang memberikan inspirasi kepada keluarga lain, kreatif, unik, bernilai, dan menghibur.
- Tema bebas saja. Pesan yang mau disampaikan tidak perlu terkait langsung dengan pandemi Corona.
- Yang penting, tidak boleh mengandung unsur yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti kesusilaan, moral, kekerasan, dan tidak mengandung unsur pornografi, serta bertentangan dengan SARA (suku, agama, dan ras).
SYARAT DAN KETENTUAN
- Peserta tidak hanya terbatas keluarga-keluarga di Keuskupan Agung Jakarta.
- Video mencerminkan aktivitas yang insipiratif “diam di rumah” maka
- lokasi video hanya di di dalam rumah dan maksimal di halaman rumah.
- Harus dilakukan bersama seluruh anggota keluarga yang sekarang tinggal di rumah termasuk di dalamnya asisten rumah tangga.
- Bisa juga partisipasi anggota keluarga yang sedang tidak di rumah melalui aplikasi komunikasi
- Yang tinggal sendirian di rumah, tidak bisa mengikuti lomba ini.
- Pengambil gambar/kameraman dan editing dilakukan oleh anggota keluarga sendiri, dengan kewajiban, semua anggota keluarga terlibat dan terlihat di dalam video yang dikirim.
- Semua unsur dalam video harus original. Tidak ada satu pun bajakan, termasuk ilustrasi musik, dll.
- Durasi 2-3 menit dengan kamera hp jenis apapun pun.
PROSEDUR LOMBA
- Salah satu anggota keluarga, silakan mengirim data keluarga (Nama Ayah, Ibu, anak-anak, asisten rumah tangga, dan anggota keluarga lainnya yang terlibat dalam pembuatan video, alamat rumah, lingkungan, paroki, keuskupan, alamat mail, no wa), Judul video dan mengupload Video yang dilombakan melalui FORMULIR DI ATAS.
- Setiap keluarga boleh mengirimkan maksimal 5 (lima) video tetapi bukan video serial.
- Panitia akan menerbitkan Video peserta ke Channel Youtube HIDUP TV, dan link-nya akan dikirimkan ke peserta lomba untuk dipromosikan agar mendapat view, like dan comment sebanyak-banyaknya.
- Kapan pun waktunya, video bisa langsung dikirim. Setiap video yang dikirim, akan langsung diupload panitia, Batas akhir video yang bisa diterima oleh Panitia adalah Kamis, 30 April 2020 Pk.23.59 wib
- Peserta lomba video wajib mem-Followdan Subscribe akun media sosial KAJ, yaitu:
- Wajib Subscribe dan Like Youtube HIDUPTV (menggunakan email Gmail yang didaftarkan). Silakan klik: https://www.youtube.com/HidupTV
- Wajib Like Facebook KAJ: https://www.facebook.com/KeuskupanAgungJakarta
- Follow Instagram Komsos: (@d_sancta)
PENILAIAN
- Unsur penilaian terdiri dari: keterlibatan seluruh anggota keluarga, inspiratif, unik, kreatif, dan menghibur.
- Jumlah viewers dan likes terbanyak di youtube akan sangat diperhitungkan oleh Juri yang terdiri dari Rm. Harry Sulistyo, Pr; Rm. Erwin Santoso, MSF; dan Rm. Andang Binawan, SJ.
- Keputusan juri tidak dapat diganggu-gugat.
PENGUMUMAN DAN HADIAH
- Tim Juri akan menentukan para juara dengan hadiah dari Panitia sbb:
- JUARA I berhadiah IDR 5 Juta + Gratis Langganan MAJALAH “HIDUP” 1 TAHUN
- JUARA II berhadiah IDR 3 Juta + Gratis Langganan MAJALAH “HIDUP” 6 BULAN
- JUARA III berhadiah IDR 2 Juta + Gratis Langganan MAJALAH ‘HIDUP” 6 BULAN
- JUARA HARAPAN (3 Pemenang) berhadiah @ IDR 1 Juta. Gratis Langganan MAJALAH HIDUP 3 BULAN
- Sekalipun ada keluarga yang mengirim video lebih dari satu, Juri hanya akan memberikan kepada satu keluarga untuk salah satu juara.
- Pengumuman akan disampaikan melalui web KAJ pada tanggal 8 Mei 2020, bertepatan dengan HUT ke-213 Keuskupan Agung Jakarta.
JIKA ANDA KESULITAN DALAM MENGIKUTI LOMBA INI DAPAT MENGHUBUNGI WHATSAPP: RAKA (0812.8926.7548)