Home Blog Page 40

RENUNGAN HARIAN 12 MARET 2023, Minggu Prapaskah III

Keluaran 17:3-7
Roma 5:1-2.5-8
Yohanes 4:5-42


“Adakah Tuhan di tengah-tengah kita”



Judul kalimat itu adalah kalimat dari umat Allah yg mencobai Tuhan. Di padang gurun, mereka bersungut-sungut. Apa yang diperbuat Tuhan bagi mereka tidak mengenakkan. Mereka kehausan. Padahal mereka telah dibebaskan dari perbudakan. Tapi masih kurang.

Kurang, selalu kurang, itu yang kadang kita rasakan akan kebaikan Tuhan. Padahal apa yang Dia sudah berikan terlalu banyak untuk kita.

“Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita oleh karena KRISTUS telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” Begitu tulis Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma – bacaan kedua.

Kristus tinggal di tengah-tengah kita, hadir untuk kita bahkan mati untuk kita, padahal harusnya kita yang berdosa ini menerima hukuman dari Allah, tetapi Kristus mengambil hukuman itu.



Perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria menjadi tanda bahwa Kasih Allah hadir untuk semua orang. Juga bagi mereka yang “disingkirkan”.

“Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria”. Dalam sejarah, orang-orang Samaria dianggap tidak murni, keturunan campuran dari bangsa-bangsa non Yahudi. Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Tapi Yesus tetap menawarkan diri-Nya sebagai Air Kehidupan kepada siapapun yang haus.

“Kehausan” perempuan Samaria nampak dalam hidupnya. Dia sudah mempunyai lima suami, dan yang ada sekarang padanya pun bukan suaminya. Perempuan ini dalam hubungan yang tidak resmi. Yesus datang berbicara kepadanya, menawarkan jalan keselamatan baginya. 

Yesus menawarkan hidupnya sebagai air kehidupan bagi kita yang haus. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 11 MARET 2023, Sabtu Prapaskah II

Mikha 7:14-15.18-20
Luk 15:1-3.11-32


“Kasih Bapa tanpa batas”


Kisah dalam Injil hari ini lebih dikenal dengan kisah “Anak yang hilang”. Tapi sebetulnya lebih tepat adalah kisah seorang Bapa yang murah hati. Kisah ini diceritakan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut karena melihat Yesus makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. 

Semua manusia sama martabatnya di hadapan Allah. Kita dianugerahi kehidupan dan dilimpahi kasih Allah. 

Seperti anak bungsu, terkadang kita lalai. Kasih Allah yang begitu besar kita anggap biasa saja. Lalu dengan dalih “kebebasan” kita mau menentukan apa yang menyenangkan untuk diri kita sendiri. “Bapa berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku”. Padahal kepunyaan Allah adalah kepunyaan kita juga. 

Seperti anak sulung, terkadang kita tidak bersikap seperti Allah sendiri. Dia yang kasihnya tanpa batas, menerima pertobatan pendosa seberat apapun. Tapi yang mengaku dan berlaku sangat dekat dengan Allah, malah tidak mencerminkan sifat Allah sendiri. Jadi mudah menghakimi, sulit mengampuni dan murah hati.

Allah akan selalu mengampuni dosa-dosa kita, seberat apapun. Itu terjadi jika memutuskan untuk bertobat, kembali kepada-Nya. 

Dia tidak pernah menghukum. Pergi meninggalkan Allah, adalah juga keputusan kita. Kehilangan rahmat dan segala berkat-Nya. 

 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN HARIAN 10 MARET 2023, Jumat Prapaskah II

Kej 37:3-4.12-13a.17b-28
Matius 21:33-43.45-46



“Yang Dibuang, Menyelamatkan”



Kisah Yusuf dan saudara-saudaranya dalam bacaan pertama, dan perumpamaan tentang kebun anggur dalam bacaan Injil memiliki kemiripan inti kisah.

Yusuf “dibuang” – dijual oleh saudara-saudaranya sendiri. Yusuf lebih disayang oleh ayahnya. Hal itu membuat iri saudara-saudaranya. Yusuf diam saja, tidak melawan, sampai akhirnya dia pergi ke Mesir. Dia jadi terkemuka di sana, bahkan kelak menjadi penyelamat keluarga manakala bencana kelaparan menerjang Israel.

Terkadang, kehidupan memang aneh seperti itu. Karna iri, antar saudara bisa saling sikut, bahkan membunuh. Tapi justru yang dibuang menjadi penyelamat. Bukan karna Yusuf kuat, tapi karna Yusuf setia pada imannya, dan Tuhan menyertainya.



Batu yang dibuang menjadi batu penjuru.
Mereka yang terbuang atau dibuang justru dipakai Allah untuk menyelamatkan sesamanya. Injil sedang berbicara tentang Yesus, yang dibuang, disalib oleh bangsa-Nya sendiri tapi justru menjadi juruselamat. Allah menyertai-Nya.

Kamu sedang merasa disingkirkan? Dibuang dan dipinggirkan? Setia dan tetap berharaplah kepada Tuhan. Bisa jadi pengalaman itu bisa menjadi pengalaman yg menyelamatkan, bagi dirimu atau orang-orang terdekatmu.

Jadi, kamu gimana?
RA

RENUNGAN HARIAN 9 MARET 2023, Kamis Prapaskah II

Yer 17:5-10;

Mzm 1:1-2.3.4.6;

Luk 16:19-31.

 

Harapan Kosong

 

Seorang pemuda berkisah tentang kisah cintanya yang kandas. Pujaan hatinya meninggalkan dirinya. Padahal menurut rencana, mereka hendak beranjak ke jenjang serius. Pacarnya lebih memilih pilihan orang tuanya. Mengandalkan harapan pada manusia belaka memungkinkan rasa kecewa. Banyak korban yang jatuh akibat tergoda iming-imaing keuntungan besar dalam sebuah investasi, menjadi gambaran lain juga bahwa begitu mudah kita hanya mengandalkan harapan dari manusia saja.

Yeremia memberi peringatan kepada bangsa yang hanya mengandalkan kekuatannnya sendiri (Yer 17:5). Hidup yang hanya mengandalkan manusia akan hidup dalam kekeringan. Hari-harinya menjadi gersang. Setiap orang yang hanya mempercayakan hidupnya kepada sesama manusia adalah orang-orang yang malang. Untuk itu, manusia perlu mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya, Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering (Yer 17:8).

Lalu?
Orang kaya dalam injil, akhirnya menyadari bahwa dirinya perlu mengandalkan Tuhan, “sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini” (Luk 16:28). Mengandalkan Tuhan memang bukan berarti hanya mendengar janji manis, ada kalanya Ia memperingatkan, menegur, atau bahkan mengarahkan kita kembali. Harapan manusia kepada Tuhan tidak pernah kosong.

PHW

RENUNGAN HARIAN 8 MARET 2023, Rabu Prapaskah II

Bacaan I          : Yer 18: 18-20

Mazmur Tgp   : Mzm 31: 5-6.14.15-16

Injil                 : Mat 20: 17-28

 

“Tidak Tahu Malu: Hilangkan Kepekaan akan suatu Kebaikan”

Dalam Injil, Yesus mengatakan bahwa diri-Nya akan menderita, wafat dan kemudian akan bangkit. Namun, perkataan Yesus ini dipahami secara keliru oleh ibu anak-anak Zebedeus. Sang ibu meminta kepada Yesus agar kedua anaknya dipilih sebagai pengganti dan penerus-Nya. Permintaan si ibu membuat situasi kala itu menjadi canggung dan terkesan lancang. Dikatakan, bahwa kesepuluh murid lainnya menjadi marah.

Yang menarik bagi saya, situasi ini mengaburkan makna kehadiran Yesus sesungguhnya. Yesus hadir membawa cinta kasih, memperkenalkan Bapa, mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan bertindak belas kasih. Itu semua dilakukan Yesus untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Sementara di mata anak-anak Zebedeus, Yesus hanyalah seorang pemimpin dan posisi kepemimpinannya sangat berpengaruh di tengah masyarakat. Maka, jika mendapatkan posisi sebagai pengganti Yesus, sudah pasti akan mendapat kehormatan.

Kalau kita merenungkannya dalam konteks upaya pertobatan kita, mungkin kita juga pernah bertindak „tidak tahu malu“ ini. Kita mengupayakan segala cara untuk mendapatkan keinginan. Atau, bisa juga, kita menggampangkan sesuatu. Misalnya, kita berbuat dosa yang sama, bahkan setelah mengaku dosa, dosa itu tetap dilakukan kembali. Lalu kemudian kita berpikir, “ya sudah tidak apa-apa, khan nanti masih bisa mengaku dosa.” Artinya, kita sudah diberikan kesempatan berkali-kali dan tak terbatas pengampunannya, namun sikap kita justru menggampangkan. Padahal, rahmat tobat adalah kekuatan iman untuk memperbaharui diri terus menerus.

Mungkin, di hadapan Allah, kita pernah menggampangkan karunia Tuhan. Kita bertindak tidak tahu malu. Kita hanya ingin Tuhan mengikuti keinginan kita. Kita menjadi kurang bersyukur atas semua yang telah disediakan Tuhan bagi kita. Kita sibuk mengikuti ego tanpa mencari tahu makna dan tujuan kebaikan Tuhan dalam hidup. Dengan hanya mengikuti ego, kita akan kehilangan kepekaan akan kebaikan dari Tuhan. Maka, di masa tobat ini, kita mulai memeriksa batin, apakah aku selama ini menjadi orang yang tidak tahu malu di hadapan Tuhan? Apa yang telah aku syukuri? Dan bilamana aku kurang bersyukur kepada Tuhan?

Selamat mengalami perjalanan bersama Tuhan.

AL

RENUNGAN HARIAN 7 MARET 2023, Selasa Prapaskah II

Yesaya 1:10.16-20
Matius 23:1-2



“Belajarlah Berbuat Baik”




Homo sapiens. Manusia adalah mahkluk yang cerdas.
Karna manusia cerdas, ia mampu mempelajari sesuatu, menjadi bisa lalu menjadi ahli.

Sepanjang hidup kita berusaha keras belajar. Belajar supaya menjadi kuat, menjadi bisa, agar dalam kegiatan dasarnya manusia dapat melakukannya secara mandiri. Semakin kuat dan semakin ahli seseorang semakin membuka peluang juga untuk bisa menolong dan membantu orang lain.

Kalau seseorang tidak bisa apa2, tidak mau belajar. Apa yang bisa ia berikan bagi dirinya sendiri, juga bagi orang lain dan masyarakat dia hidup?

Maka belajar, perlu guru. Guru bisa apa dan siapa saja. Bisa orang yang lebih ahli. Bisa juga sebuat alat. Bisa juga pengalaman yang mengoncang hidup. Bisa juga orang yg membenci kita, menganiaya bahkan memusuhi kita. Mereka semua guru yang mengajari untuk kita lebih baik. Pilihan untuk mau menjadi lebih baik atau lebih buruk ada di tangan kita.


“Berhentilah berbuat jahat, BELAJARLAH berbuat baik. Usahakan keadilan, kendalikan orang-orang kejam”. Itu nasihat Nabi Yesaya untuk manusia Gomora. Buat kita juga ya kayanya.

Berbuat baik perlu belajar. Keadilan perlu diusahakan. Yang indah-indah dan baik-baik memang perlu diusahakan. Diam-diam saja tanpa berbuat apa-apa hanya mengundang apa-apa yang buruk semakin merajalela.



“Tetapi kamu, janganlah suka disebut Rabi, hanya satu Rabimu, dan kamu adalah saudara”.

Sebagai orang beriman, hanya satu Guru kita, Tuhan Yesus. Dia yang mengajar kita. Seorang guru ahli Teologi sekalipun, semestinya membawa murid-murid-Nya kepada sang Guru Sejati Kristus. Dia pun harus terus menjadi murid yang belajar dari Sang Guru.

Sangat disayangkan kalau orang tinggi hati, merasa sudah bisa, dan tidak mau membuka diri belajar sesuatu yg baru.



Rendah hatilah, belajarlah selalu dalam setiap kesempatan.

Jadi kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 6 MARET 2023, Senin Prapaskah II

 

“Gagal dan Salah”


Gagal, salah, sakit, dan kalah adalah kenyataan pahit yang ada dalam hidup. Pastinya, tiap dari kita pernah punya pengalaman seperti ini. Orang bijak memperindah pengalaman gagal dan kalah itu dengan peribahasa, “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Ia ingin memberikan penghiburan bagi mereka yang gagal dan kalah. Namun, nyatanya, tetap saja gagal dan kalah itu telah terjadi dalam hidup kita.

Lalu, kita mesti bagaimana? Ya, rasanya, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah menerima dan mengakui bahwa aku gagal dan aku kalah. Pasti tidak enak rasanya. Mengakui kegagalan dan kesalahan adalah hal yang tak mudah, tetapi mesti dilakukan sebagai langkah awal pemulihan. Bahkan, istilah “sakramen pengakuan dosa” pun tak ayal menjadi istilah yang tak mudah untuk dihidupi oleh umat beriman. Mungkin, lebih nyaman untuk dikatakan “sakramen pengampunan dosa”. Nuansanya lebih baik dan terbuka pada harapan untuk sebuah kebangkitan.

Ya, tidak keliru pandangan itu. Namun, yang perlu disadari kembali adalah kebangkitan dan pengampunan itu diawali oleh pengakuan akan kegagalan dan kesalahan. Pengakuan dan penerimaan bahwa aku gagal dan salah, akan membuka sudut pandang baru tentang hari ini dan esok. Yang gagal itu telah berlalu. Yang salah itu telah terjadi. Bukan untuk meratapi itu semua, namun mengakui itu semua untuk sebuah langkah pertobatan dan kebangkitan.

Allah kita itu Allah yang murah hati (Luk 6:36). Ia mengampuni kita dan Ia mengajak kita untuk bangkit bersamaNya dan membuka lembar baru hidup. Allah memberi kita kesempatan untuk berjuang kembali dan Ia memberikan kepercayaan besar kepada kita.

Semoga kita berani mengakui kegagalan/kesalahan dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan Allah.
Mari bersaksi. Mari berbahagia sebagai orang beriman.

Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 5 MARET 2023, Minggu Prapaskah II

Kej 12:1-4
2Tim 1:8-10
Matius 17:1-9


“Allah Memanggil Kamu”



Biasanya karena apa kita melakukan panggilan?
Karena orang yang ingin kita temui atau ajak bicara berada di tempat yang jauh. Kita bisa panggil dengan agak teriak, panggil lewat telpon atau chat via aplikasi medsos. Yang dipanggil pun memiliki kebebasan, mau menanggapi atau tidak. Datang atau tidak, ya terserah dia. Tapi biasanya kalau dia dipanggil untuk sesuatu yang menarik hati, hampir pasti jawabannya adalah ya!

Kalau posisinya dekat, apakah butuh kita panggil. Ngapain? Langsung aja kita yang mendekat, dan utarakan apa yang ingin disampaikan.


Abraham dipanggil Allah untuk pergi meninggalkan tanahnya menuju tanah asing. Namun lebih daripada itu, Abraham dipanggil Allah untuk menjadi berkat.

“Dialah yang menyelamatkan kita, dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri”. Begitu kata Paulus kepada Timotius dalam bacaan kedua.

Iya, Tuhan memanggil kita. Karna kayanya posisi kita sedang jauh dari-Nya. Dia memanggil kita menawarkan kehidupan kudus, suci dan mulia.



Dalam Yesus jarak hidup kudus, suci dan mulia yang jauh itu semakin terasa dekat. Kemuliaan jadi lebih dekat, bisa digapai oleh siapapun. Bukan karna perbuatan kita, tapi karna kasih karunia-Nya. 

Meski dekat, tapi tidak berarti mudah. Harus dicapai dengan perjuangan dan kesetiaan. Seperti Yesus dengan tiga murid-Nya naik ke atas gunung. Naik gunung tidak mudah. Butuh semangat, kesabaran, dan kesetiaan. Seberapa banyak pun kita ingin menyerah untuk sampai ke puncak, kaki tidak pernah boleh berhenti melangkah.

Allah memanggil kamu menuju hidup kudus dan mulia. Jalannya sekarang dekat. Butuh perjuangan semangat, kesetiaan untuk menggapainya. Karna itu tidak mudah.


Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 4 MARET 2023, Sabtu Prapaskah I

Bacaan I: Ul 26:16-19; 

Mzm 119:1-2.4-5.7-8;
Bacaan Injil: Mat 5:43-48.

_Diligite inimicos vestros, benefacite his qui oderunt vos, et orate pro persequentibus et calumniantibus vos: ut sitis filii Patris vestri, qui in caelis est_ ; “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga”.

Tidak ada manusia yang sempurna, tiap dari kita pasti memiliki keterbatasan. Melalui keterbatasan itulah kita menyadari keterpautan kita kepada Allah. Kita dipanggil untuk senantiasa hidup dengan dan bersama Allah. Di dalam Kasih-Nya, kita yang terbatas akan disempurnakan. Dengan Kasih-Nya, Allah mengajak kita untuk senantiasa menjalankan ketetapan dan perintah-Nya. Dan Ia akan menjadi Allah dan Bapa kita, dan kitapun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Hidup dan mengamalkan Kasih-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Itulah yang disuarakan oleh Musa di padang gurun seberang Sungai Yordan. Musa berbicara kepada bangsanya, “Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu”. Melalui Kristus, ketetapan dan peraturan dari Hukum Taurat digenapi/disempurnakan dengan hukum Kasih. Kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia. Bahkan Yesus mengatakan: “Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Doa menjadi titik pemersatu antara kasih pada Allah dan bagi sesama.

Dengan mendoakan sesama, kita telah mengungkapkan kasih yang sempurna, baik kepada manusia maupun bagi Tuhan. Doa menjadi perwujudan kasih yang menghidupkan sebagaimana Bapa mencipta melalui Sabda Kehidupan. Kitapun bisa menata perkataan yang baik sebagai perwujudan Sabda yang menghidupkan di dalam doa-doa kita. Sebagaimana diungkapkan Theresia Lisieux: “Dengan berdoa, kita disadarkan pada kerapuhan manusiawi sekaligus kemuliaan ilahi, karena panggilan untuk berdoa melampaui kemanusiaan, dan hanya dapat dilakukan melalui bantuan ilahi. Dengan demikian kitapun diilahikan dan menjadi anak-anak Bapa di surga, yang sempurna dalam tindakan dan kasih”.

AY

RENUNGAN HARIAN 3 MARET 2023, Jumat Prapaskah I

“Sebuah Pemberian Diri”

Kisah dari Papua

Dalam perjalanan pulang dari Stasi Ugida (salah satu nama sebuah kampung dekat Bomomani), Pater Joseph melihat sekelompok babi di pinggir jalan yang berjalan mengikuti pemiliknya. Menariknya lagi, ada satu babi yang tertinggal karena mencari makan sendiri sehingga berjalannya lebih lambat dari kelompoknya. Apa yang dilakukan pemilik babi itu? la tetap terus berjalan karena yakin babi yang tertinggal itu tetap akan kembali ke pemiliknya. Kawanan babi ternyata sudah terbiasa bersama dengan pemiliknya dan tentu mengenal betul pemiliknya.

Kisah Yesus, Sang Gembala yang Baik, menceritakan bahwa Yesus mengenal dan dikenal domba-domba-Nya. “Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Mengenal di sini bukan sekadar tahu nama, rumah, keluarga, dan apa-apa saja yang kelihatan. Yesus sungguh mengenal diri kita apa adanya. Tidak ada yang bisa ditutup-tutupi dari diri kita di hadapan Than Yesus. Sudahkah kita mengenal Yesus yang kita ikuti sebagai Gembala kita?

Mengikuti Yesus berarti lebih dari sekadar mengenal Dia, melainkan mengasihi-Nya lebih sungguh. Gembala kita telah memberikan nyawa-Nya, sehabis-habisnya bagi kita. Kini, beranikah aku memberikan diriku sepenuh-Nya untuk Yesus, Gembalaku? Ketika musim kemarau tiba, masyarakat Papua diajak untuk memberikan diri dengan berjuang lebih giat untuk mengairi kebun. Anak-anak yang akan menghadapi ujian atau ulangan juga perlu memberikan diri dengan belajar lebih giat lagi. Pemberian diri ini ditempatkan semata-mata bersama Yesus, Gembala Baik yang mengenal kita sebagai domba-domba-Nya.
Tuhan memberkati. Amin.

JBM

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?