Home Blog Page 2

BEKAL PERJALANAN PULANG Seminar Lansia Simeon Hana Dekenat Jakarta Timur

Di dunia ini tidak ada yang pasti kecuali kematian. Apakan kematian itu menakutkan ? Sebagian orang menganggap kematian itu menakutkan karena tidak siap, tidak tahu bagaimana nanti setelah rohnya terpisah dengan tubuh dan kuatir dengan keluarga yang ditinggalkan. Tetapi ada juga yang merasa siap untuk pulang ke Rumah Bapa.

Untuk itulah Komunitas Lansia Simeon Hana Dekenat Jakarta Timur menyelenggarakan seminar pembekalan bagi para lansia/warga senior agar menghadapi kematian dengan penuh pengharapan, sukacita, dan siap secara batin.  Seminar berjudul BEKAL PERJALANAN PULANG diselenggarakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2025 pukul 09.00-14.00 bertempat di ruang Maria Yosep GKP Paroki Rawamangun Gereja Keluarga Kudus Jl. Balai Pustaka Baru Jakarta Timur.

Seminar ini cukup menarik dan diminati dengan kehadirian 100 orang dari 10 paroki di Keuskupan Agung Jakarta ini menampilkan narasumber dalam 3 topik

  1. Topik 1 : Pulang Kepada Bapa dengan sukacita, penuh pengharapan dan bahagia oleh Rm BS. Mardiatmadja, SJ (dosen teologi STF Driyarkara). Menjelaskan makna kematian dalam ajaran Gereja Katolik, kremasi, api penyucian, bekal rohani atau sakramen yang cukup. Tidak takut menjadi tua dan meninggalkan dunia menuju Rumah Bapa.
  2. Topik 2 : Mengantar Pulang Dengan Tenang oleh Ibu Bernadette Ania Desliana (Direktur Utama Rumah Duka Oasis Lestari). Topik ini menekankan kesiapan secara duniawi dan prosedur mengurus dokumen legal untuk kematian. Dijelasakan pula informasi mengenai jasa rumah duka dan fasilitasnya, pemulasaran jenazah dll
  3. Topik 3 : Yang Tercecer dari Bekal Pulang : pengalaman dari kita untuk kita oleh Ibu Nani Sukasediati (pengurus Simeon Hana KAJ) menampilkan sharing pengalaman dari beberapa teman Komunitas Lansia dalam pelayanan membantu orang sakit, menanggani pemakaman korban covid dan kegiatan lingkungan hidup. Pengalaman luar biasa dan menginspirasi dari lansia untuk lansia.

Diharapkan seminar ini memberi pencerahan menghadapi hari akhir. Penuh semangat dan optimis dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat dan membantu sesuai kapasitas. Persiapan batin lebih khusus berdoa, persiapan materi dan peduli pada orang sakit, kesepian dan berkekurangan

Hari Komunikasi Sedunia ke-59: Paus Fransiskus Ajak Sebarkan Harapan Lewat Kata-Kata!

Hari Komunikasi Sosial, Paus Fransiskus, komunikasi lembut, komunikasi harapan, pesan Paus, komunikasi positif, komunikasi damai, media Katolik, harapan dunia, komunikasi modern, budaya kepedulian, Yubelium 2025, polarisasi informasi, perpecahan sosial, pesan positif, Hari Komunikasi Sosial ke-59

Kalau ngomongin komunikasi di zaman sekarang, rasanya nggak bakal jauh-jauh dari yang namanya disinformasi dan polarisasi. Nah, tepat di peringatan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59, Paus Fransiskus angkat bicara soal masalah ini. Dengan penuh makna, beliau mengajak semua orang untuk mengubah cara berkomunikasi yang selama ini penuh agresi jadi sesuatu yang lebih adem dan bikin damai.

Tema yang diangkat tahun ini adalah “Berbagilah dengan lemah lembut harapan yang ada di hatimu,” yang diambil dari Surat Pertama Santo Petrus. Dari tema ini aja udah kelihatan banget kalau Paus pengen ngajak orang-orang buat ngejalanin komunikasi yang lebih lembut dan membawa harapan, bukan malah bikin ketakutan atau kebencian.

Dalam pesan yang disampaikan Paus dan dikutip sama Komsos Bunda Teresa Dari Calcutta dari Vatican News pada Jumat (24/01/2025), beliau bilang kalau komunikasi zaman sekarang sering banget bukannya membawa harapan tapi malah bikin orang takut dan putus asa. Ya, kadang kata-kata yang dilontarkan orang tuh malah jadi senjata yang bikin perpecahan.

Menurut Paus, salah satu masalah utamanya adalah pola pikir yang bikin realitas jadi sederhana banget dan mendorong permusuhan. Nah, yang kayak gini nih yang harus dihindari. “Semua konflik dimulai ketika wajah-wajah individu mencair dan menghilang. Kita nggak boleh nyerah sama pola pikir kayak gitu,” ucap Paus Fransiskus.

Jadi, beliau ngajak para komunikator buat lebih mengutamakan kebenaran dan kedekatan manusiawi. Artinya, bukan cuma soal ngomong yang benar, tapi juga ngomong dengan hati yang tulus dan niat baik.

Paus Fransiskus juga nyorotin tren komunikasi modern yang sayangnya lebih banyak soal persaingan dan keinginan buat jadi yang paling dominan. Ya, semacam bikin musuh supaya kita kelihatan hebat. Tapi, menurut Paus, yang kayak gitu justru bikin hubungan sosial rusak dan bikin kita makin susah buat saling paham dan punya empati satu sama lain.

Terus, gimana dong solusinya? Paus bilang harapan adalah kuncinya. Dengan harapan, komunikasi yang penuh agresi bisa disembuhkan. Beliau juga ngutip kata-kata Georges Bernanos yang bilang kalau, “Harapan adalah kebajikan tersembunyi, ulet, dan sabar.” Jadi, punya harapan tuh butuh usaha dan keberanian, tapi hasilnya pasti bikin hidup jadi lebih baik.

Paus Fransiskus juga ngajak para komunikator Kristiani buat menyampaikan pesan dengan kelembutan dan rasa hormat. Ini penting banget buat membangun keterbukaan dan persahabatan. Paus bahkan nyaranin kita buat bikin budaya kepedulian lewat “kisah-kisah yang sarat harapan” yang bisa menginspirasi solidaritas dan kepercayaan di antara kita.

Di akhir pesannya, Paus Fransiskus nggak lupa buat ngingetin semua orang supaya tetap menyebarkan harapan, meskipun keadaan lagi sulit. Menurut beliau, perayaan Yubelium adalah waktu yang tepat buat membangun komunikasi yang lebih reflektif dan penuh perhatian. Terus, beliau juga ngajak semua orang buat nyari dan menyebarkan kebaikan di tengah dunia yang sering kali lebih banyak berita negatifnya daripada positifnya.

Beliau juga bilang kalau kita bisa nyari “benih-benih harapan” dan membagikannya. Dengan begitu, dunia ini nggak akan jadi terlalu tuli sama suara orang-orang miskin, nggak akan acuh tak acuh, dan nggak menutup diri dari lingkungannya.

“Jadilah saksi dan pendukung komunikasi non-agresif; bantu menyebarkan budaya kepedulian, bangun jembatan, dan hancurkan hambatan yang ada, baik yang kelihatan maupun yang nggak kelihatan,” begitu pesan Paus buat para profesional media Katolik.

Paus Fransiskus juga bilang kalau komunikasi yang kayak gini tuh bisa bikin kita lebih dekat, nggak ngerasa sendirian, dan sadar lagi betapa pentingnya berjalan bersama-sama. Ya, pada intinya, komunikasi yang baik itu harusnya bikin kita makin terhubung, bukan makin terpecah belah.

Download Pesan Paus Fransiskus Pada

Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59, 2025

RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH I TAHUN C, 9 Maret 2025

Bacaan Pertama, Ul 26:4-10
Pada waktu itu Musa berkata kepada bangsanya tentang hal-ikhwal persembahan, katanya,

“Imam harus menerima bakul itu dari tanganmu dan meletakkannya di depan mezbah Tuhan, Allahmu. Kemudian engkau harus menyatakan di hadapan Tuhan, Allahmu, begini:

Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya. Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, maka kami berseru kepada Tuhan, Allah nenek moyang kami, lalu Tuhan mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami. Lalu Tuhan membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat. Ia membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya Tuhan. 

Bacaan Kedua, Rom 10:8-13
Saudara-saudara, Inilah yang dkatakan Kitab Suci: ”Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.”

Itulah firman iman yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Karena Kitab Suci berkata: ”Barangsiapa yang percaya kepada Dia tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, dan Dia kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. 


Bacaan Injil, Luk 4:1-13
Sekali peristiwa, Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.

Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” Jawab Yesus kepadanya: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.”

Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: ”Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: ”Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus menjawabnya, kata-Nya: ”Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. 

Renungan Singkat

Sebutkan godaan zaman skarang yang sulit anda taklukan! 

Saya rasa pertanyaan ini bisa menghasilkan jawaban yang beragam. Tapi kalau saya ditanya begitu, ada jawaban yang cocok. Bukan hanya buat saya, tapi mungkin kita juga. 

Godaan itu adalah, godaan untuk sukses, berhasil secara cepat dan instan. Tidak sabar. Tidak mau ikuti proses. Tidak mau bersulit-sulit dan berjuang langkah demi langkah. Kalau bisa langsung sampai garis finish, cepat sampai dan selesai. Mungkin itu godaan dunia yang tak pernah habis, dan kalau tidak disadari dengan baik bisa membawa kita ke buah-buah dosa yang lebih gawat. 

Orang ingin cepat-cepat kaya, cepat-cepat punya banyak uang, dengan usaha dan tenaga seminimal mungkin. Kalau bisa sambil tiduran. Orang lalu jatuh dalam jerat pinjol, jerat korupsi dan keserakahan. Orang ingin cepat-cepat lulus sekolah/kuliah, tanpa berproses, dengan usaha minim, kalau bisa sambil bersenang-senang. Orang lalu jatuh dalam mencontek, plagiat, mengambil hak cipta orang lain. 

Untuk sampai ke satu tempat, orang tergoda untuk membeli dan memakai kendaraan pribadi. Supaya cepat, katanya. Daripada harus berjalan, pakai kendaraan umum, gonta-ganti moda, kepanasan lalu sampai. 

Sabda Tuhan pada minggu prapaskah I ini memuat pesan utama tadi. Ada alasan mengapa dalam bacaan pertama Musa meminta umat Israel memanjatkan doa syukur saat mereka mempersembahkan kurban kepada Imam. Isi doa syukur adalah mengenang kembali bagaimana Allah menyelenggarakan keselamatan bagi seluruh bangsa Israel sampai akhirnya mereka bisa tinggal di tanah berlimpah susu dan madu. Umat Israel diajak untuk menyadari bahwa kondisi sejahtera yang mereka peroleh sekarang ini tidak dianugerahkan secara instan begitu saja. Ada proses yang perlu dilalui. Dalam proses perjalanan itu Allah hadir terlibat dan bertindak dalam perjalanan bangsa mereka. 

Puasa dan Pantang Prapaskah adalah sebuah proses yang kita jalani selama 40 hari. Kita mungkin tergoda, ngapain sih pakai ada prapaskah? Kenapa tidak langsung kita rayakan aja paskah. Nah, mau cepat sampai atau mau menikmati proses perjuangannya?

Skali lagi, godaan yang sama muncul juga saat Yesus berpuasa di padang gurun. Ketika sedang lapar, ubah batu jadi roti. Butuh pengakuan dan pujian, sembah iblis. Membuktikan perlindungan Allah, ya terjun dari bait Allah. Iblis menggoda Yesus dengan cara instan dan cepat semua, agar Yesus teralihkan dari tujuan-Nya semula datang digerakkan Roh Kudus ke padang gurun. 

Selain itu, iblis menggoda Yesus agar Ia menyalahgunakan kekuatan dan kemuliaan untuk kepentingan-Nya sendiri. Padahal, sejak semula semuanya dimaksudkan untuk menjadi berkat dan sarana keselamatan umat Manusia. Sekali lagi, Iblis akan menunggu waktu yang baik untuk melancarkan godaannya, mengacaukan arah tujuan hidup kita dan membuatnya seolah-olah benar. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

FORUM BONUM COMMUNE Serial 2: EKOLOGI DAN PERWUJUDAN SDG’S INDONESIA

Ekologi bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga panggilan untuk merawat sesama manusia dan bumi yang kita tinggali. Dalam perjalanan mencapai SDG’s Indonesia, bagaimana kita bisa menyeimbangkan pembangunan dan keberlanjutan?

Mari berdiskusi bersama para ahli di Bonum Commune Forum – Serial 2: “Ekologi dan Perwujudan SDG’s Indonesia” dan temukan inspirasi untuk berkontribusi dalam merawat kehidupan!

📅 8 Maret 2025

📍 Grha Pemuda lt. 4, Katedral Jakarta

🕰️ 09.00-11.45

Saatnya bertindak, saatnya menjaga bumi untuk generasi mendatang! 🌱✨

Pendaftaran bisa melalui link di bio. Tempat terbatas!

#BonumCommuneForum #SDGsIndonesia #Ekologi #MerawatBumi #Sustainability

 

JADWAL IBADAH RABU ABU 2025 DI SEMUA PAROKI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KATEDRAL:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI MATRAMAN:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI SUNTER:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KRANGGAN:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI DANAU SUNTER:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KALVARI:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KEMAKMURAN:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI BEKASI:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI RAWAMANGUN:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI VILLA MELATI MAS:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI CIPUTAT:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI ALAM SUTERA:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KAPUK:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KAMPUNG DURI:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KAMPUNG SAWAH:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI THERESIA:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI PULOMAS:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KALIDERES:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI CILILITAN:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI PASAR MINGGU:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI TEBET:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI GROGOL:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KEDOYA:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI TANJUNG PRIOK:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI PIK:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI BIDARACINA:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI BINTARO JAYA:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI CIDENG:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI CILANDAK:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI CILANGKAP:

 

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KOSAMBI BARU:

 

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KRAMAT:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KRANJI:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI PEJOMPONGAN

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI MERUYA:

 

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI KELAPA GADING:

 

JADWAL RABU ABU 2025 PAROKI TOASEBIO:

 

Renungan Minggu Biasa VIII tahun C – 2 Maret 2025

Bacaan Pertama, Sir 27:4-7

Kalau ayakan digoyang-goyangkan maka sampahlah yang tinggal, demikianpun keburukan manusia tinggal dalam bicaranya. Perapian menguji periuk belanga penjunan, dan ujian manusia terletak dalam bicaranya. Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh di situ, demikian pula bicara orang menyatakan isi hatinya. Jangan memuji seseorang sebelum ia bicara, sebab justru bicaralah batu ujian manusia.

Bacaan Kedua, 1Kor 15:54-58

Saudara-saudara, sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: ”Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.’

Bacaan Injil, Luk 6:39-45

Sekali peristiwa, Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya: ”Dapatkah seorang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu. Tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Sebab yang diucapkan mulut, meluap dari hati”.

Renungan Singkat

Pengajaran Yesus bagi murid-muridNya berlanjut. Setelah minggu lalu Yesus berbicara mengenai sabda Kasih, minggu ini Ia mengajak kita lebih dalam lagi. Masuk ke dalam inti hati diri kita. Sebelum kita melihat keluar, menilai dan menghakimi orang lain Yesus mau agar kita lebih dulu melihat diri kita sendiri. Hati adalah letak segala motivasi dan kehendak diri kita.

Segala yang baik yang kita lakukan berasal dari hati yang baik. Sebaliknya, hati yang jahat akan mengeluarkan buah yang jahat.

Maka, jagalah hati. Selidiki gerakan-gerakan yang muncul di dalam hati.

.

RA

 

 

 

 

RENUNGAN MINGGU BIASA VII TAHUN C, 23 Februari 2025

Bacaan Pertama, 1Sam 26:2.7-9.12-13.22-23

Pada waktu itu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun Zif. Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancung di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat itu berbaring sekelilingnya. Lalu berkatalah Abisai kepada Daud: ”Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini, dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali.” Tetapi kata Daud kepada Abisai: ”Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan, dan bebas dari hukuman?”

Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi itu dari sebelah kepala Saul, lalu mereka pergi. Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya, tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur, karena Tuhan membuat mereka tidur nyenyak. Setelah Daud sampai ke seberang, berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung, sehingga ada jarak yang besar antara mereka. Tetapi Daud menjawab: ”Inilah tombak itu, ya tuanku raja! Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya. Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab Tuhan menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan.

Bacaan Kedua, 1Kor 15:45-49

Saudara-saudara, seperti ada tertulis: ”Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi. ‘

Bacaan Injil, Lukas 6:27-38

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Dengarkanlah perkataan-Ku ini: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.

Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.

Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

”Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” ‘

Renungan Singkat

Kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada mereka yang membenci kamu.. dan seterusnya. Sabda ini dahsyat. Melawan arus perintah dunia yang meminta kita justru balas benci dengan benci, lawan musuhmu.

Yesus mau agar kita memiliki kehidupan ilahi. Manusia Rohani. Seperti Allah yang terus dan tak pernah henti mengasihi kita. Kita, manusia ciptaan-Nya yang paling mulia, yang dikasihi – yang justru malah sering menyakiti Allah. Kita menyatakan diri memusuhi pencipta kita. Kita dengan sadar menolak Dia.

Tapi dia tetap mau mencintai, mengasihi, menjalankan karya keselamatan-Nya sampai selesai. Sebagaimana Allah berbuat untuk kita, Dia kehendaki juga agar kita melakukan hal yang sama kepada saudara lain.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

LENGKAP Link Download Bahan APP 2025 KAJ

Romo / Suster / Bruder / Ibu / Bapak / Sdr/i ytk,

Berikut adalah Bahan APP 2025 yg sudah lengkap:

Link Download Bahan APP 2025 KAJ

Termasuk softcopy file spanduk / standing banner utk dicetak di paroki dan surat perihal pengumpulan dana app di Paroki dan Sekolah.

Tuhan Berkati pelayanan dan karya kita semua yah 😇🙏.

Terima kasih,
Divisi APP KAJ

Renungan Minggu Biasa VI C, 16 Februari 2025

Bacaan pertama, Yer 17:5-8

‘Beginilah firman Tuhan : ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan , yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. ‘

Bacaan kedua, 1Kor 15:12.16-20

Saudara-saudara, jika kami wartakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Sebab andaikata benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Dengan demikian binasa pulalah orang-orang yang meninggal dalam Kristus. Dan jikalau kita berharap pada Kristus hanya dalam hidup ini, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Namun ternyata, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal dunia. 

Bacaan Injil, Luk 6:17.20-26

Sekali peristiwa, Yesus turun dari sebuah bukit bersama dengan kedua belas rasul dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. 

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: ”Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” 

Renungan Singkat

Jika kita setia dan berpegang kepada Tuhan, bisa jadi bukan kekayaan ataupun kesuksesan yang kita dapat. Mungkin juga bukan kelancaran dalam setiap apa yang kita lakukan. Tetapi, yang kita miliki – dan tidak akan diambil oleh siapapun – adalah pengharapan. Harapan ini yang membuat kita terus berjuang dan berusaha yang terbaik. Karena yakin, kita hidup bukan hanya untuk hari ini. 

Orang yang seperti itu, menurut Yeremia, adalah seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Hidupnya tak pernah kering, dan tak pernah berhenti menghasilkan buah. Sabda ini bisa kita temukan juga dalam Mazmur 1. 

Paulus membangkitkan harapan yang sama kepada jemaat Korintus. Harapan kita tambatkan pada Kristus yang bangkit setelah kematian. Bahwa pada saatnya, kita pun boleh mengalami kemuliaan yang sama seperti Kristus. 

Dan pada akhirnya, Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, yakni mereka yang telah mengikuti-Nya. Empat sabda bahagia untuk mereka yang miskin, yang lapar, yang menangis dan yang dibenci dan dihina karena imannya. Untuk tidak khawatir akan apa yang mereka alami sekarang, karena kebahagiaan bukan dinilai dari situ. Sebaliknya, Yesus juga memberikan empat sabda celaka, untuk mereka yang kaya, kenyang, tertawa, dan menerima pujian. Juga karena apa yang mereka alami sekarang tidak akan berlangsung selamanya. 

Rendah hatilah, setialah selalu kepada Tuhan. 

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA V C, 9 Februari 2025

Bacaan Pertama, Yes 6:1-2a, 3-8

Dalam tahun wafatnya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap.

Mereka berseru seorang kepada yang lain, katanya: ”Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.

Lalu kataku: ”Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.”

Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ”Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ”Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: ”Ini aku, utuslah aku!” ‘

Bacaan Kedua, 1Kor 15:1-11

Saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang sudah kuwartakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu – kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.

Selanjutnya Yesus menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab itu, entah aku maupun mereka, begitulah kami mengajar dan begitu pulalah kamu mengimani. 

Bacaan Injil, Lukas 5:1-11

Sekali peristiwa, Yesus berdiri di pantai danau Genesaret. Banyak orang mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Yesus melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: ”Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: ”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: ”Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab Simon dan teman-temannya takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap. Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon.

Lalu Yesus berkata kepada Simon: ”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Sesudah menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. ‘

Renungan Singkat

Kalau ditanya, apa persamaan antara Yesaya, Simon Petrus, dan Paulus? Dari teks-teks minggu ini kita bisa menjawab ada banyak persamaannya. Mereka sama-sama berjumpa dengan Tuhan – meski dengan cara yang unik dan berbeda. Yesaya berjumpa dengan Allah di bait-Nya, bahkan lidahnya disentuh bara yang dibawa oleh serafim. Simon berjumpa pada saat ia bekerja mencari ikan. Yang lebih mantap, Paulus berjumpa dengan Tuhan saat ia sedang berjalan mencari dan menganiaya pengikut Tuhan. 

Reaksi mereka juga sama. Seketika mereka merasa takut, tidak pantas, dan lebih baik mati saja. Yesaya merasa dirinya najis bibir, Simon tersungkur merasa tak berdosa, dan Paulus merasa paling hina dan tidak layak. 

Namun, rupanya Allah memilih mereka – dengan segala kondisi ketidaklayakan dan ketidakpantasan. Allah tidak memilih yang suci dan layak, atau sempurna. Tapi mereka yang bersedia dan tersedia. Ia memilih dan memanggil kita pada saat kita masih berdosa. 

Dengan demikian, kita bisa melihat, kalau Yesaya berhasil, Simon Petrus setia, dan Paulus menjalankan tugasnya sampai selesai itu bukan karena kekuatan manusia semata. Semua terjadi karena kasih karunia Allah. 

Paulus menilai bahwa segala yang hal yang ia miliki, yang ia bagikan, itu semua adalah karena kasih karunia Allah. Apapun akan dia kerjakan dan usahakan supaya kasih karunia itu tidak sia-sia. 

Jadi, kamu gimana?

RA

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?