Hari Biasa Pekan IX (H) Tb.6:10-11;7:1,6,8-13;8:1,5-9; Mzm.128:1-2,3, 4-5; Mrk.12:28b-34.
Derek
Di suatu pagi, terjadi perdebatan antara petugas derek dengan seorang pemilik kendaraan. Pemilik mobil tidak terima kalau mobilnya diderek petugas. Pasalnya, menurut petugas, ia parkir di zona larangan parkir. Pemiliki mobil bersikukuh bahwa ia hanya parkir sebentar untuk mampir ke toko. Dalam kesalahan, pemilik mobil tetap mencoba membenarkan diri.
Pembicaraan Yesus dan ahli Taurat sangat menarik. Ahli Taurat itu memahami semua hukum dan dasarnya. Ia juga mengakui dasar hukum yang diberikan Yesus, yakni kasih kepada sesama dan Allah. Pemahaman ahli Taurat yang tinggi ini mendapat reaksi bagus dari Yesus. Orang ini tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Lalu? Tahu banyak hal tentu sangat bagus. Namun lebih bagus lagi, jika ia tidak hanya sekedar tahu, tetapi juga melakukan.
Istanbul, Turki, 25 Mei 2005. Ini adalah tanggal final Liga Champion Eropa antara AC Milan melawan Liverpool. Pada babak pertama, AC Milan telah unggul 3-0 atas Liverpool. Banyak orang berpikir bahwa final malam itu telah usai dan piala itu akan menjadi milik Milan. Bahkan, pemain Liverpool sendiri sempat khawatir bahwa mereka akan kebobolan lebih banyak. Tapi, kemudian situasi berbalik, para pemain Liverpool berhasil menang lewat perjuangan yang luar biasa. Menariknya, tolok ukur yang dipakai untuk memprediksi pertandingan ternyata tidak sesuai dengan hasil akhir.
Pada Injil hari ini, Yesus mengangkat kembali kisah perjumpaan Allah dengan Musa dalam rupa semak duri yang terbakar. Mengapa? Pada umumnya, sesuatu yang terbakar dengan api akan terbakar dan hancur, apalagi waktu itu adalah sebuah semak. Logikanya, semak akan terbakar dan hancur. Tetapi, pengalaman Musa tidaklah demikian. Selain itu, Musa berbicara langsung kepada Tuhan. Pada masa Musa, melihat dan berbicara kepada Tuhan adalah hal yang sangat tidak mungkin. Seseorang pasti akan mati. Tetapi, Musa tetap hidup dan mendapat berkat. Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah yang hidup adalah Allah yang memberikan, memelihara dan tidak merampas kehidupan manusia.
Mungkin dalam pengalaman hidup, kita pernah menghakimi seseorang dengan tolok ukur yang kita miliki. Bahkan, bisa jadi itu menjadi stigma yang kita berikan kepadanya, seakan-akan penilaian kita benar dan valid. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa tidak sepenuhnya tolok ukur manusia selalu benar. Kita belajar untuk mewartakan Allah yang hidup. Allah yang hidup tampak dalam pemberian kesempatan, pengampunan, dan memberikan dukungan untuk perubahan yang baik. Tolok ukur yang dipakai Allah senantiasa memberi ruang untuk tumbuh dan berbuah kembali.
Terkadang situasi sulit bisa mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Satu sulutan kejadian sepele saja dapat membuat kita marah-marah? Kamu pernah begitu?
Kisah Tobit dalam bacaan pertama hari ini bisa jadi pengalaman kita juga. Tobit seorang yang saleh, namun matanya menjadi buta secara tiba-tiba karena kejadian yang acak. Kejatuhan tahi hangat burung pipit yang bertengger di tembok, di atas pelataran tempat ia tidur. Random sekali bukan?
Kondisinya itu rupanya mempengaruhi bagaimana ia merespon situasi di luar dirinya. Sampai-sampai istrinya ia tuduh mencuri anak kambing. Padahal itu adalah tambahan upah kerja kerasnya.
—
Dalam Injil, Yesus pun dicobai. Kali ini dari orang-orang Farisi dan golongan Herodian. “Bolehkah kita membayar pajak kepada kaisar atau tidak?”. Tapi Yesus tetap tenang, dan menjawab dengan bijaksana. Jawaban-Nya malah justru membuat mereka berpikir.
Selama ini mereka pusing-pusing dengan masalah membayar pajak terhadap kaisar. Tapi, pernahkah mereka juga berpusing ria melakukan apa yang menjadi hak Allah? Yang sakit disingkirkan, yang berdosa dipinggirkan, yang bersalah dihukum.
Bukankah Allah memiliki hak kehidupan yang harus kita bela dan perjuangkan?
—
Lalu, ketika suatu kali kita dicobai? Apa respon kita? Emosi menjadi tak teratur, atau tetap tenang dan menghadapinya dengan bijaksana?
THANK GOD IT’S MONDAY! 5 Juni 2023 – Pw St Bonifasius
Jika Tuhan itu sayang kepada kita dan memberi kita kebebasan sebagai anak-anak-Nya, mengapa Ia memberi kita banyak perintah untuk ditaati-Nya? Bukankah itu berarti, Tuhan tidak percaya kepada kita? Bukan itu berarti, Tuhan tidak sayang kepada kita?
Logika mudahnya adalah bahwa cinta dan kebebasan dari Tuhan itu menuntut sebuah tanggung jawab. Ia menantang kita untuk bisa mempertanggung-jawabkan cinta dan kebebasan dari-Nya. Ia memberikan kita panduan agar kita tidak binasa. Panduan dan perintah-Nya ini adalah tanda cinta dari-Nya seperti seorang ibu yang mengajari bayinya berjalan. Pasti ibu itu tetap menggandeng bayinya yang belajar berjalan sampai akhirnya bayinya bisa berjalan dengan baik.
Dengan demikian, “Berbahagialah kita yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya” (Mazmur 112:1).
Semoga kita makin mencintai-Nya dan bersyukur atas kebebasan yang Ia berikan untuk kita. Mari bersaksi. Mari berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Tritunggal diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Trinity.Three in unity. Tiga Pribadi dalam satu hakekat Allah. Kita tentu tau hakekat/sifat macam apa yang masuk dalam definisi “Allah”. Menjelaskannya sampai benar-benar paham memang tidak mudah. Apalagi jika menjelaskannya kepada mereka yang memang tidak mau percaya. Makin tidak mudah.
Bagi kita yang percaya, Allah Tritunggal adalah jalan-Nya untuk selalu mengasihi kita sampai akhir. Bapa menciptakan segala sesuatu, Sang Putra datang menjadi jalan dan penebus kita, Roh Kudus menyertai, menyucikan, meneguhkan sampai selamanya. Allah Tritunggal bukan tiga Allah, yang berdiri sendiri dan bertentangan satu sama lain sehingga harus disatukan. Sejak awal mula mereka adalah satu, dan hadir dalam tiga pribadi. Bukan belakangan Allah dalam tiga pribadi menyatakan diri, tapi sudah ada sejak awal mula ciptaan.
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.” Kejadian 1:1-3 .
Allah sebagai pribadi disebut Bapa, Roh-nya yang melayang-layang, dan Firman-Nya menjadikan segala sesuatu – dan pada saat menjadi manusia bernama Yesus.
—
Dalam kisah Keluaran, Tuhan sendiri menjumpai Musa layaknya seorang manusia. Di Gunung Sinai, Tuhan berjalan lewat di depan Musa. Pada zaman itu, saat itu ada kepercayaan, siapapun yang melihat Allah pasti mati. Musa menyembah yang lewat itu, tapi tidak mati. Kok bisa?
—
Penyebutan Allah Tritunggal sudah menjadi doa dan kalimat penutup dari surat-surat Paulus, khususnya di dalam suratnya kepada jemaat Korintus. “Kasih karunia Tuhan Yesus, kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”. Paulus berdoa supaya jemaat hidup dalam Kasih sebagaimana Allah Tritunggal bertindak dalam kasih.
—
Kristus menjadi pusat rencana keselamatan Bapa bagi manusia. Ia adalah Anak Tunggal Allah. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum tetapi diselamatkan. Seluruh kuasa diberikan Bapa kepada Anak, yang duduk dalam singgasana Kerajaan untuk selama-lamanya.
Berani bener bongkar-bongkar lapak, dekingan lo sapa? dalil nya mana? hukumnya pasal berapa? Kira-kira demikian para ahli taurat dan tua-tua Yahudi menggugat Yesus atas pengusiran pedagang di depan bait Allah. Yesus bisa saja menjawab dan jadi perdebatan panjang berseri-seri. Tapi Yesus tak hendak lakukan itu, “gak nambah viewer” kalau menurut istilah YouTubers.
Alih-alih berdebat soal wewenang dan dasar hukum, Yesus malah menyebut nama tokoh viral jaman itu, Yohanes pembaptis, sepupu-Nya. Benar saja, hal itu membuat para haters terdiam. Mereka juga hendak mendebat wewenang Yohanes pembaptis tapi takut karena pengaruh Yohanes sudah demikian besar, banyak fansnya.
Siapa dekingan anda? Kalau saya sudah jelas: Yesus Kristus Tuhanku, Allah besertaku, Roh Kudus kekuatanku, aku tidak takut… apa yang bisa dilakukan manusia terhadapku? Paling-paling bikin ujaran kebencian di medsos… cuaks…
Hallo teman2 apa kabarmu hari ini? Doa dan harapan ku, semoga Anda semua bahagia dan sehat ya.. 👍😘❤🧁🍞🥑🍜🍎🍐🙏😆
Inspirasi dan Motivasi : Rumah Doa vs Sarang Penyamun
Yesus marah dan mengusir para pedagang sebagaimana terkisah di Markus 11:11-26 // Lukas 19: 45-48, yang menjadikan rumah doa ( Yesaya 56:7), Bait Allah, Tabernakel, Beit Kneset, Kenisah ( Ibrani nya) atau Sinagoge, ( Yunaninya: sin = bersama, agoge = belajar, pertemuan, ngaji , berdoa, dll) dijadikan sarang penyamun ( Yeremia 7:11), dinhabah ( Ibr) atau sphlaion ( Yun).
Yesus bebas masuk ke tempat suci itu, karena Ia seorang Yahudi yang wajib berjiarah ke sana paling tidak sekali setahun pada pesta Paskah. Ingat ketika Yesus berumur 12 diajak oleh Yosef dan Maria berziarah.
Ia juga disebut keturunan Daud. Orang buta Yerikho, Bartimeus menyebut- Nya begitu pula. (Awal dari Injil Matius dan Lukas mengulas banyak tentang hal itu).
Sebuah fakta sejarah atau tradisi, bahwa di Yerusalem ada Kolam Betesda, sebelahnya ada Gereja Megah Santa Anna, dan di bawah basilika ada rumah st. Anna orang tua Perawan Maria.
Dikatakan bahwa disitulah Santa Perawan Maria dilahirkan dan dididik oleh orang tuanya ( Anna – Yoakhim). Santa Perawan Maria adalah putri Zion sejati. Dari fakta itu, sehingga para imam, ahli Taurat, dan pemuka Bait Allah tidak bisa menolak kehadiran Yesus.
Waktu datang ke Bait Allah, bisa jadi Ia mengambil sebagian ruangan luar untuk mengajar orang Yahudi dan bangsa lain yang berziarah ( ay. 47).
Ya, Bait Allah adalah tempat suci bagi bangsa Israel. Di sana menjadi pusat hidup keagamaan dan politik. Bagi orang Yahudi disitulah Yahwe bersemayam dan bertahta bersama bangsa pilihan.
Namun Yesus marah, karena penuh toko2 tempat berjualan bahan persembahan seperti binatang korban, dupa, minyak, gandum, dll dengan cara ” mafiaisme”. Orang luar lingkungan keluarga imam dan pejabat Bait Allah tidak bisa membawa barang dari luar ke dalam. Atau bisa membawa tetapi belum tentu diterima boleh imam 2 kelompok 24 yang bergilir dan bertugas kepala ke -24 minggu atau petugas harian.
Sehingga Baitullah dikuasai oleh keluarga mereka. Mereka dianggap oleh Yesus sebagai para penyamun, tersembunyi di suatu tempat, tetapi bekerja untuk keuntungan diri sendiri dan kelompoknya.
Yesus marah dan mengusir mereka, menghendaki Tempat Suci berfungsi sebagai mana mestinya untuk segala bangsa menyembah kepada Yahweh, Tuhan.
Allah adalah Bapa bagi setiap orang.
Sekarang ini bisa jadi di Gereja Paroki 2 ada praktek penyamun seperti itu. Kita perlu memawas diri.
Bacaan I: Sir 44:1.9-12; Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b; Bacaan Injil: Mrk 11:11-26.
Dico vobis, omnia quaecumque orantes petitis, credite quia accipietis, et evenient vobis ; ”Aku berkata kepadamu, apa saja yang kalian minta dan doakan, akan diberikan kepadamu, asal kalian percaya bahwa kalian akan menerimanya”.
Putra Sirakh dalam bacaan pertama mengajak kita, setiap orang tua ataupun pemimpin, untuk berani memberikan teladan kebajikan kepada anak-anak dan pengikutnya. Bila mereka hanya bisa memerintah tanpa melakukan apa yang diperintahkan, maka anak dan pengikutnya akan banyak yang protes dan meninggalkannya. Tetapi bila orang tua berani memberi teladan keutamaan dengan tindakan nyata, maka dirinya akan dikenang dan dihidupi terus oleh anak-cucunya sebagai warisan baik yang tidak pernah mati. Teladan keutamaan inilah yang diberikan Kristus kepada para rasul-Nya. Yesus mengajak kita untuk teguh dalam iman di dalam doa. Permohonan yang disampaikan dengan keteguhan hati pasti akan terlaksana, maka kita mesti menjauhkan diri dari kebimbangan hati.
Hal senada diungkapkan oleh Rondha Byrne dalam bukunya: The Secret . Rondha menjelaskan bahwa alam semesta diatur oleh hukum alam yang disebut hukum tarik-menarik yang dikatakan bekerja dengan menarik ke dalam hidup seseorang sebagai pengalaman, situasi, peristiwa, dan orang-orang dari pikiran dan perasaan seseorang. Oleh karena itu, berpikir dan merasa positif diklaim dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik seperti Kesehatan, kebahagiaan dan kekayaan akan meningkat. Seperti yang kita pikirkan dan rasakan, frekuensi yang bersangkutan akan dikirim ke alam semesta yang menarik kembali ke arah kita dengan keadaan pada frekuensi yang sama.
Jika Anda berpikir positif dan merasa baik, Anda akan menarik kembali peristiwa positif dan keadaan baik kepada anda. Pikiran kita adalah sebagai magnet yang bisa menarik apapun, peristiwa, kejadian, pengalaman, baik yang kita inginkan atau tidak kita inginkan melalui frekuensi yang dipancarakan oleh pikiran. Inilah inti dari ajaran Yesus tentang doa: 1. Apa saja yang kalian minta dan kalian doakan, akan diberikan kepadamu, asal kalian percaya bahwa kalian akan menerimanya. 2. Jika kalian berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.
Ada pesan pastoral Presiden Signis Indonesia, RD. Steven Lalu, dalam Rapat Anggota Tahunan Signis Indonesia diawali dengan perayaan ekaristi di tempat ziarah rohani Keluarga Kudus, Sa’pak Bayobayo Tana Toraja, (Rabu, 31/5/2023). President Signis Indonesia, RD. Steven Lalu, yang hadir dalam misa ini menyampaikan syukur dan kebanggaannya karena rapat anggota bisa terlaksana. “Ini tempat yang nyaman untuk pelaksanaan kegiatan ini. Juga dengan perayaan hari ini bertepatan dengan pesta Maria mengunjungi Elisabeth saudarinya, kita juga saling berjumpa dengan berbagi sukacita,” kata Romo Steven.
Peserta Rapat Anggota Signis ke-49 Toraja berfoto bersama setelah Misa Pembukaan.
Selanjutnya bagi Romo Steven, perjalanan sampai ke Toraja menempuh perjalanan cukup jauh dan melelahkan. Namun paling penting dari kegiatan ini adalah perjumpaan penuh cinta di tempat ini. “Kita memang datang dari tempat yang jauh tapi sangat menyenangkan karena sebuah perjumpaan. Ini yang paling utama. Bukan saja pertemuan tapi di atas semuanya perjumpaan kekeluargaan dan persauadaraan memang luar biasa,” ucapnya lagi.
Lebih dari itu kata sekretaris Komsos KWI saat sambutannya dalam misa, hendaknya sebagai pegiat media kita harus belajar dari Bunda Maria untuk bisa saling berbagi sukacita dan bersikap solider di mana saja berkarya. “Mari kita belajar dari Bunda Maria. Setia dalam berbagi kabar sukacita bagi sesama, ini yang perlu dikembangkan dalam karya pewartaan lewat media massa dan menjadi bentuk solider yang harus dibagikan satu sama lain,” sambungnya.
Misa Pembuka Rapat Signis dipimpin secara konselebrasi dengan selebran utama Pastor Vikep Toraja, Pastor Bartholomeus Pararak, Pr
Vikaris Episkopal Toraja, RD. Bartholomeus Pararak saat memimpin misa pembukaan,selalu memberi pikiran positif dan mendukung pelaksanaan rapat tahunan anggota signis ini. “Berkomunikasi yang baik harus secara terbuka. Ini pengalaman yang sangat berharga karena bisa bertukar pikiran dan pengetahuan serta saling mendukung satu sama lain,” ucapnya.
Kata Romo Bartho, berkomunikasi yang baik menjadi kekuatan untuk bisa melaksanakan tugas perutusan dalam pewartaan dengan menggunakan media komunikasi. Ada juga tanggung jawab yang harus diemban dengan bermedia sosial secara benar. “Saya secara pribadi merasa penting dengan pelaksanaan kegiatan ini. Kiranya semangat pewartaan tetap dihidupi dalam bermedia secara benar dan pentingnya berdialog dalam hidup bersama,” tuturnya dalam sambutan akhir saat perayaan misa.
Ia pun mendukung apa yang disampaikan oleh Romo Steven Lalu, Pr bahwa perjumpaan dan saling membagi pengalaman dalam dunia komunikasi sangat berarti. Kita harus bersukcita dalam perjumpaan kasih ini. “Ketulusan dan persaudaraan menjadi kekuatan yang menggerakkan untuk kita saling mendukung satu sama lain serta membaharui hidup kita,” pungkasnya.
Kegiatan di awal pertemuan tahunan anggota signis ini disambung dengan seminar bagi para anggota serta peserta lainnnya dari sekolah tinggi pastoral di Toraja. Agenda lain dari kegiatan tahunan telah disusun seseuai dengan jadwal. Para peserta juga foto bersama sebagai satu komunitas kasih dalam dunia komunikasi sosial.*
Reportase Pastor Ino Nahak Berek (Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Atambua)
Kegiatan Rapat Anggota Tahunan Signis di hari pertama diawali dengan hari study dengan seminar.Topik yang diambil berkaitan dengan peranan media yang pesat dan bagaimana bisa menghadapi gerakan revolusi informasi yang pesat. Kegiatan ini berlangsung dalam suasana santai di ruang terbuka Pusat Ziarah Keluarga Kudus Sa’pak Bayo-Bayo, Toraja, (Rabu, 31/5/2023). Juga untuk mendalami seminar ini dikaitkan dengan peran media dan berjalan besama menuju era masyarakat 5.0 yang menjadi bahan menarik untuk didiskusikan.
Pemateri, Indra menjelaskan tentang betapa besar dan pesatnya perkembangan media yang kadang meresahkan dan juga menguntungkan. Kata Indra, teknologi tidak akan menggantikan manusia tapi manusia yang tidak memakai teknologi akan tersisih. “Perlu dipahami secara baik bahwa teknologi secanggih apa pun tidak akan menggantikan manusia, tapi manusia yang tidak memaknai teknologi pasti akan tersisih,” kata Dosen salah satu Universitas di Makassar ini.
Indra juga sempat menyinggung begitu besar rongrongan yang bisa dihadapi namun etika dan tanggung jawab moral tetap diutamakan untuk menghadang derasnya aliran revolusi media sosial yang besar pengaruhnya dalam hidup kita. “Figur dalam bermedia memang perlu dan perannya sangat penting. Perlu dipahami secara baik dan dalam dunia pendidikan pun dampaknya bagi anak-anak terlebih dalam keluarga menjadi tanggung jawab orang tua,” sentilnya lagi.
Bapak Indra Samsie (Kedua dari kiri) berfoto dengan anggota signis Indonesia.
Di era digital dalam masyarakat 5.0 menjadi satu kemudahan dalam dunia informasi dan juga mencemaskan. Sekali lagi kata Indra, hal penting yang perlu dilakukan adalah cara pandang yang benar tentang media dan perubahan pola pikir agar tidak tersesat dalam mengelolah media dan tidak menimbulkan berita palsu atau hoaks. Dan pekerja media tidak dibatasi serta adanya tanggung jawab dalam melihat media sosial sebagai sarana pewartaan.
“Berita hoaks sering terjadi tapi kita harus mampu mengatasinya dan menjadi contoh untuk menyebarkan berita yang benar bagi banyak orang,” ucapnya lagi. Menyinggu soal artificial interligen ia mengatakan bahwa etika dan nilai-nilai moral dalam hidup bersama tetap dipegang teguh untuk membangun hidup yang lebih bermartabat.
Hadir dalam seminar ini juga secara hybrid, wartawan Kompas, Andreas Maryono. Ia memaparkan tentang arah dan tujuan dari kecerdasan buatan. Inti dari pembahasannya mencakup perubahan dan pergerakan media yang kian pesat di era modern ini. Ada teknologi digital dan pentingnya beretika dan media sosial. “Beretika dalam media sosial tetap menjadi tujuan dan sasaran pokok dalam berkomunikasi. Dan ingat bahwa setiap kesempatan adalah solusi,” ucap Andreas.
Ia menegaskan lagi bahwa kecerdasan buatan yang dikelola manusia tidak boleh merusak daya nalar manusia. Sekarang ini revolusi digital sedang berlangsung. Kita jangan panik dan perlu beradaptasi dengan perubahan yang sedang terjadi.
“Arah kecerdasan buatan mengalir dan butuh perhatian serius. Kecerdasan buatan ini tidak merusak daya nalar tapi juga butuh keberanian kita untuk beradaptasi. Kita jangan panik tapi ikut mengambil bagian secara cerdas dalam perubahan di era digital ini,” katanya lagi.
Presiden Signis Indonesia sekaligus moderator seminar, RD. Steven Lalu, Pr., di akhir seminar sehari ini berpesan agar cara pandang kita perlu bijak dan terarah pada tugas dan tanggung jawab kita dalam melihat perkembangan media sebagai sarana yang membantu menyebarkan kebaikan bagi banyak orang.
“Manusia tetap menjadi kunci dan ia sangat berharga di hadapan teknologi dan kita menjadi tuan dari teknologi itu sendiri. Kita wajib menjadi pembawa berita yang benar bagi orang lain,” tuturnya sebelum seminar ditutup.
Diskusi hangat dan saling berbagi informasi begitu hangat saat seminar berlangsung. Sekaligus juga pertanyaan yang disampaikan membuka wawasan baru untuk semakin melihat tanggung jawab dan peran kita agar semakin menjadi pribadi yang selalu menginspirasi orang lain dalam bermedia sosial.
Reportase Pastor Ino, Pr (Komsos Keuskupan Atambua)