Home Blog Page 17

Perayaan Ekaristi Minggu, 24 September 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur (Disiarkan juga di TVRI Nasional)

_Kami mengundang umat untuk hadir secara offline dalam:_
Perayaan Ekaristi Minggu, 24 September 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur
*Misa dipersembahkan oleh Rm. Albertus Bondika, Pr*
NB: Misa akan disiarkan juga di TVRI Nasional

RENUNGAN HARIAN 22 SEPTEMBER 2023, JUMAT BIASA PEKAN KE-24

Bacaan I: 1Tim 6:2c-12;
Mzm 49:6-10.17-20;
Bacaan Injil: Luk 8:1-3.

Duodecim cum illo, et mulieres aliquae, quae erant curatae a spiritibus malignis et infirmatibus ; “Kedua belas murid menyertai Dia, dan juga beberapa wanita, yang telah disembuhkan-Nya dari roh-roh jahat serta berbagai macam penyakit, selalu menyertai Dia”.

Iman yang benar adalah iman yang didasarkan oleh kasih. Ajaran yang benar adalah ajaran yang membuat kita semakin berani bersyukur. Pelayanan yang benar adalah pelayanan yang mengantar kita sikap lepas bebas dari ikatan duniawi. Harta yang nyata adalah harta yang mengantar kita pada Surga. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengajak kita menyadari kefanaan dunia. Jangan sampai kita hanya mengejar kekayaan dan popularitas dunia belaka.

Paulus menyatakan pada Timotius “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal”, dan janganlah kebenaran iman itu ditukar dengan uang. Sebab kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan kitapun tidak membawa apa-apa ke luar. Sikap lepas bebas inilah yang coba diingatkan Paulus kepada kita semua. Berani mempergunakan kekayaan duniawi sebagai sarana mewartakan Injil Kerajaan Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh para Wanita yang mengikuti Kristus.

Kita semua dipanggil untuk menyertai dan mengikuti Yesus. Bukan mendahului bahkan memaksa Yesus mengikuti kehendak kita. Kita diajak untuk setia melayani karya Tuhan dengan pelbagai rahmat yang sudah dianugerahkan kepada kita. Dengan berani berbagi dan berkorban demi karya pelayanan Allah kitapun akan mengumpulkan harta di Surga.

AY

RENUNGAN HARIAN, KAMIS 21 SEPTEMBER 2023 “PILIHAN BARU”

Kamis, 21 September 2023

===================
Pesta S. Matius, RasPenInj (M) Ef.4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13.

“Pilihan Baru”

Beberapa paroki di KAJ baru saja menyelesaikan pemilihan dan pelantikan Dewan paroki; entah itu harian, inti maupun Pleno. Di balik kesulitan mencari pengurus yang baru, muncul juga sebuah keterkejutan kecil. Yang terpilih kadang bukan orang yang mereka duga, banyak wajah baru, atau bahkan dianggap meragukan bagi sebagian orang.

Orang -orang tidak dapat menerima Yesus yang memilih makan di rumah pemungut cukai (Mat 9:11). Mereka bingung terhadap pilihan Yesus. Tetapi, semakin dikritik, Yesus semakin dengan pilihanNya. Ia memilih dan memanggil Matius karena belas kasihNya terhadap orang berdosa.

Lalu?
Hidup adalah panggilan. Allah memanggil kita di dalam hidup ini bukan karena kita sudah benar. Ia memanggil, karena ingin agar kita menyempurnakan diri di tengah kelemahan dan kekurangan manusia. (SP)

RENUNGAN HARIAN RABU, 20 SEPTEMBER 2023 “Mencari Otentisitas, Ojo Dibanding-bandingke“

Renungan Harian, Renungan Harian Katolik, Renungan Harian Kristiani, Rabu, 20 September 2023, Pekan XXIV, PW St. Andreas Kim Taegon, Imam, Paulus Chong Hasang, dkk. Martir Korea, 1 Tim 3: 14-16, Luk 7: 31-35

Rabu, 20 September 2023

Hari Rabu Biasa Pekan XXIV

PW St. Andreas Kim Taegon, Imam

dan Paulus Chong Hasang, dkk. Martir Korea

Bacaan I          : 1 Tim 3: 14-16

Mazmur Tgp   : Mzm 111: 1-6

Injil                  : Luk 7: 31-35

“Mencari Otentisitas, Ojo Dibanding-bandingke

Banyak orang penasaran tentang identitas Yesus dan mereka mulai mencari tahu. Dalam pencariannya, ada yang sibuk dengan membandingkan Yesus dengan nabi-nabi terdahulu. Nabi terdekat pada masa itu adalah Yohanes Pembaptis. Keduanya adalah orang yang berkenan di hadapan Allah.

Sayangnya, banyak orang membanding-bandingkan, tidak melihat kebenaran dan tidak percaya. Terutama ahli Taurat dan orang Farisi, mereka sibuk dengan tolok ukurnya sendiri.

Mungkin kita kerap melakukan perbandingan satu dengan yang lain. Membandingkan bisa menjadi cara untuk memperkaya cara pandang. Tetapi, kalau terus membanding-bandingkan, kita tidak akan menemukan nilai yang bermakna.

Kita membutuhkan waktu untuk melihat suatu variasi berdasarkan kebenarannya. Di situlah kita akan menemukan adanya nilai dalam perbedaan.

Yesus mengajarkan kita untuk tidak hanya membanding-bandingkan satu dengan yang lain dengan tolok ukur manusiawi kita saja. Sebaliknya, kita melihat perbedaan dalam kebenaran iman, yaitu kita perlu belajar bagaimana masing-masing membangun relasinya dengan Tuhan.

Mari kita tidak membanding-bandingkan satu dengan yang lain, tetapi menemukan otentisitas dalam perbedaan. Jadi, hal baru apa yang kutemukan dan bermakna bagiku hari ini?. Tuhan memberkati. (AL)

RENUNGAN HARIAN 18 SEPTEMBER 2023, Senin Pekan Biasa XXIV

1Tim 2:1-8

Luk 7:1-10

THANK GOD IT’S MONDAY!
18 September 2023

“Doakan saya ya semoga usaha saya lancar. Doakan saya semoga proses operasi berjalan baik. Doakan saya agar bisa lulus ujian.”

Pastinya kita pernah menyampaikan hal ini kepada orang terdekat kita atau para romo yang kita kenal. Artinya apa? Ya, kita mohon dukungan dari orang lain agar perjuangan kita dimudahkan dan direstui oleh Allah sendiri.

Berdoa bersama dengan yang lain pasti dampaknya lebih dahsyat bagi kita dan sesama. Untuk itu, keberanian mendoakan sesama menjadi hal istimewa yang baik kita usahakan di hari Senin ini. Bukan doa hanya untukku, tetapi untuk kamu, dan semua.

Semoga makin kuat kuasa doa kita untuk banyak orang. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB


Perayaan Ekaristi Minggu, 17 September 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur

_Kami mengundang umat untuk hadir secara offline dalam:_
Perayaan Ekaristi Minggu, 17 September 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur
(Disiarkan juga di TVRI Nasional)
*Misa dipersembahkan oleh Rm. Yakobus Sriyatmoko, SX*
NB:
-Misa akan disiarkan juga di TVRI Nasional, dikhususkan bagi umat yang sakit dan berhalangan untuk menghadiri Misa di Gereja.
– Bagi anda yang bisa dan mampu datang ke gereja, silahkan datang dan merayakan Misa di Gereja Paroki anda.

RENUNGAN HARIAN 17 SEPTEMBER 2023, MINGGU BIASA PEKAN ke-24 (XXIV)

Bacaan I Sir 27:30-28:9
Bacaan II Rom 14:7-9
Injil Matius 18:21-35

PENGAMPUNAN YANG SEMPURNA


Dalam hidup, anda pasti pernah berbuat salah. Atau sebaliknya ada orang lain yang berbuat salah kepada anda. Menyikapi situasi itu apa yang dilakukan? Mengaku salah dan meminta maaf saat kita berbuat salah dong pastinya. Atau jika ada yang orang lain yang berbuat salah – dan mereka mengaku salah dan meminta maaf – saya yakin anda pun bisa mengampuninya.

Tapi untuk berapa banyak? Untuk berapa lama? Sampai kapan?

Problem inilah yang ditanyakan Petrus kepada Yesus. “Tuhan (Lord), sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”. Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Kita mungkin berpikir, “oh tujuh puluh kali tujuh kali” berarti 490 kali. Kalau gitu yang ke-491 tidak perlu diampuni lagi. Nah ini pemahaman yang agak keliru. 

Untuk memahami Sabda Yesus ini, kita perlu ingat konteks besar tujuan penulisan Injil Matius. Injil Matius ditujukan bagi orang-orang Yahudi yang mengimani Kristus. Hidup mereka tidak mudah. Dikucilkan dari tempat ibadah dan diusir dari komunitas. Muncul pertanyaan, apakah dengan mengimani Kristus – berarti membatalkan adat istiadat Yahudi dan Hukum Taurat yang selama ini telah mereka hidupi sejak semula? Jawabannya tidak. 

 ”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinyaMatius 5:17.

Yesus datang untuk menyempurnakan hukum Taurat. Maka, setiap orang Yahudi yang mengikuti ajaran moral baru Kristus, tidak hanya sekedar menjalankan Hukum Taurat, tapi lebih lagi. 

Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5:48.

Maka, angka “tujuh puluh kali tujuh kali” bisa dibaca sebagai pengampunan yang sempurna. Apa itu? Pengampunan sempurna yang juga diberikan Bapa kepada kita yang berdosa. Ini nampak dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus kepada Petrus.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi utangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar utangnya. Lalu sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunasi. Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan utangnya.

Utang 10.000 Talenta adalah utang yang sangat banyak. Satu Talenta = 6000 Dinar. Kalau berhutang 10.000 Talenta, artinya berhutang 60.000.000 (enam puluh juta) Dinar. Kalau upah Pekerja 1 Dinar untuk 1 hari (Mat 20:2), artinya orang ini berhutang bekerja selama 60 juta hari atau kurang lebih 164 tahun hari kerja. Bahkan sampai mati pun dia tetap dalam hutangnya. Tapi karena belaskasih sang raja, hutang yang sangat banyak itu dihapuskan dan orang itu dibebaskan dari hutangnya. Inilah kasih Allah yang tak terbatas itu. 

Pengampunan sempurna adalah pengampunan tanpa batas yang berdasar pada Kasih Allah Bapa yang juga sempurna – tanpa batas. 

“Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” 

Mengampuni dengan segenap hati adalah mengampuni yang sempurna. Ini melibatkan seluruh keutuhan hidup kita. Namun terkadang begitulah, kita mengampuni hanya di mulut saja, tapi hati masih menyimpan dendam dan mengingat-ingat kesalahan orang lain. Jika begitu terus, perjalanan kita untuk mencapai hidup kristiani yang sempurna akan menjadi lebih berat. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN HARIAN 16 AGUSTUS 2023, PERINGATAN ST KORNELIUS DAN SIPRIANUS

1Tim 1:15-17
Luk 6:43-49

IMAN mengerjakan hal yang mustahil

Dalam 50 tahun kehidupan di dunia ini, saya menemukan banyak hal yang terjadi di luar akal. Banyak hal yang mustahil terjadi bukan karena semata-mata kecerdasan dan kepandaian manusia tapi ada unsur lain, PENYELENGGARAAN ALLAH.

IMAN adalah percaya Allah menyelenggarakan kehidupan. Tentu saja bukan sama dengan kemalasan tapi suatu tekad dan kerja keras untuk bisa terus memuji dan memuliakan Allah.

Demikian dinamika penyelenggaraan Allah terjadi pada hidup manusia yang bergerak. Tanpa gerakan manusia untuk kembali pada fitrah penciptaan tidak akan terjadi pujian. Hukum alam telah terjadi hingga kehidupan bisa bertahan sedemikian rupa mengelabui akal. Hanya pribadi-pribadi yang tahu Kemuliaan Allah yang besar tidak puas akan perputaran nasih alamiah tapi yakin ada transendensi semesta.

Bangkitlah, dan berjuanglah mengambil resiko ketidakmapanan itu. Dalam proses itulah, kita semakin tahu Allah bekerja.

FE. 

 

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 15 SEPTEMBER 2023 “Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang”

PW. S.P. Maria berdukacita

PW. S.P. Maria berdukacita (P)
Jumat, 15 September 2023.

Bacaan:
Bacaan I: Ibr 5:7-9;
Mzm 31:2-3a.3bc-4.5-6.15-16.20;
Bacaan Injil: Yoh 19:25-27/Luk 2:33-35;

Tuam ipsius animam pertransibit gladius ut revelentur ex multis cordibus cogitations, “Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang”.

Setelah kemarin merayakan Pesta Salib Suci, hari ini kita diajak untuk merenungkan kedukaan Maria, Ibunda Yesus. Orang tua mana yang tidak berduka saat melihat penderitaan anaknya. Bahkan orang tua tersebut rela mengantikan posisi anaknya agar buah hatinya tidak mengalami kesengsaraan.

Orang tua, khususnya ibu akan jauh lebih menderita pada waktu ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong anaknya. Penderitaan itulah yang dialami oleh Bunda Maria. Penderitaan saat menyaksikan kesengsaraan PuteraNya. Penderitaan yang diterima dengan tabah, sehingga melahirkan kekuatan sebagai teladan keteguhan iman bagi para rasul dan kita semua.

Bunda Maria tidak lari dari tugas perutusannya, melainkan menerimanya dengan penuh iman. Dari teladan Bunda Maria, kita diajak untuk berani menerima penderitaan dan memaknainya dalam terang kasih Allah.

Itulah sebabnya, Santa Perawan Maria dipandang sebagai martir, sebagaimana nampak dalam nubuat Simeon, “Anak ini ditentukan sebagai tanda yang akan menimbulkan perbantahan”, dan kepada Maria, “Hatimu akan ditembus pedang”. Maria dikatakan menderita sebagai martir dalam jiwanya.

Kemartiran yang diterima oleh Bunda Maria secara rendah hati. Perawan Maria belajar untuk taat sejak menerima warta Malaikat. Meski Ia mengalami kebingungan dan kesulitan, tetapi Ia tetap berpasrah pada Kehendak Bapa.

Belajar untuk taat bukanlah hal yang mudah untuk zaman ini. Kita cenderung untuk mengikuti keinginan kita sendiri. Untuk itu, kita perlu belajar dari Bunda Maria yang taat kepada Allah.

Taat kepada Bapa berarti: kita bukan sekedar berpasrah dan beriman sepenuhnya kepada Allah dan kehendak-Nya, tetapi juga berani mempersatukan segala hidup, usaha, perjuangan, penderitaan, kegembiraan, kesedihan, kegagalan dan keberhasilan yang kita alami dengan kehendak Allah.

Yang harus terjadi adalah kehendak Allah dan bukan kehendak kita. Kita dipanggil untuk belajar beriman dari Bunda Maria yang berkata, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu”. (AY)

RENUNGAN HARIAN Kamis, 14 September 2023 Pesta Salib Suci

Bil. 21:4-9; Mzm.78:1-2,34-35,36-37,38;
Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17.
Jangan melupakan perbuatan-perbuatan Allah.

Salib

Seorang pemuda datang kepada saya, menawarkan produk kaos yang ia buat bersama dengan temannya. Kaos itu unik dan tidak biasa. Bagian depan kaos bergambar besar Yesus yang tersalib. pemuda itu ingin, agar teman-temannya tidak malu menunjukkan dirinya sebagai pengikut Yesus.

Hari ini kita merayakan pesta Salib Suci. Di dalam perayaan ini , kita diajak untuk tidak sekedar melihat salib sebagai sebuah barang atau gambar belaka.
Bacaan hari ini berkisah tentang perjalanan manusia yang diselamatkan melalui dua simbol. Di Dalam bacaan pertama, terlihat bahwa perjalanan panjang Israel diwarnai dengan krisis dan godaan. Banyak umat meninggalkan Allah dan kehilangan arah. Allah menghukum mereka (Bil 21:7). Namun memlalui Musa, Allah pun menyelamatkan mereka dengan menyuruh membuat tiruan ular dan menaruhnya pada sebuah tiang. Semua yang memandang ular itu akan hidup (Bil 21:9). Di dalam Inil, Allah menyelamatkan manusia melalui Putra-Nya Yesus Kristus yang mati dan bangkit di kayu salib (Yoh 3:17). Paulus pun menjelaskan alasan mengapa Allah melalui Yesus mau melakukan semuanya itu. Cinta Allah menjadikannya Ia berani  untuk “mengosongkan diri”(flp 2:7).

Lalu?
Tentu ada beragam alasan mengapa anda membawa, meletakkan, memajang salib di sekitar anda. Ada yang tertarik dengan bentuknya hingga permohonan agar dilindungi. Semoga dengan setiap kali memandang salib, keselamatan Tuhan sungguh terjadi di dalam hidup kita, harapan kita diteguhkan dan cinta kita kepada Tuhan dan sesama semakin dimurnikan.

SonyPr

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?