2 Oktober 2023 – peringatan wajib para malaikat pelindung
Seorang bapak pernah berkata demikian. Kita tidak bisa memaksa anak-anak selalu berada bersama kita setiap saat dan di masa senja kita. mereka memiliki kesibukan masing-masing. Namun, saya tak pernah lupa janji Tuhan bahwa Ia mengutus seorang malaikat bersamaku (Kel 23:20) yang hadir bersamaku tiap harinya. Malaikat itu bisa saja para tetangga, teman lingkungan, dan siapapun yang berbaik hati padaku.
Peringatan para malaikat pelindung mengingatkan kita untuk menyadari kehadiran para malaikat di sekitar kita dan panggilan kita untuk menjadi malaikat yang tanpa pamrih bagi mereka.
Semoga bisa jadi malaikat pelindung untuk yang ada di sekitar kita. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Dalam misa streaming ada beberapa intensi doa yang menarik perhatian saya. Mohon doa untuk ini, itu dan sebagainya. Salah satunya adalah mohon doa supaya Si A membayar hutangnya. Jadi saya membayangkan, ada yang meminjam uang menjadi hutang, dan berjanji untuk membayarnya. Rupanya janji tinggal janji. Hutang tidak dilunasi saat waktunya. Entah karena lupa atau memang uang untuk membayarnya belum ada.
Dunia kini dan dunia masa dulu rupanya tidak jauh berbeda, apalagi jika berbicara mengenai janji. Dalam sebuah masyarakat saya kira mutlak diperlukan sebuah perjanjian atau kesepakatan yang harus ditaati dan dilakukan. Karena kalau tidak dilakukan akan menimbulkan kekacauan. Contoh di jalan raya. Lampu merah, kuning dan hijau adalah sebuah perjanjian antara kita. Kalau kamu merah kamu berhenti, saya hijau jalan. Kalau sen kiri artinya mau belok kiri, bukan belok kanan. Tapi ya kadang-kadang kita pun suka melanggar itu di saat-saat tertentu.
Hubungan kita dengan Tuhan juga sadar atau tidak sadar dipenuhi dengan perjanjian. Mulai sejak awal dibaptis – kecil maupun dewasa – ada rumusan perjanjian. Krisma, pengakuan dosa, komuni pertama, bahkan sampai perkawinan dan juga imamat semua sarat dengan perjanjian. Dan ingat, sudah berapa banyak kata YA kita ucapkan dalam perjanjian kita kepada Allah. Bersediakah anda? Ya saya bersedia. Berjanjikah anda? Ya saya berjanji. Pada saat itu sebetulnya kita berbuat seperti anak di hadapan Bapa dalam bacaan Injil hari ini. Baik Bapa. Nah sisanya kita bisa menilai sendiri, melaksanakan janji atau tidak?
—
Kitab Yehezkiel dalam bacaan pertama hari ini menegaskan pentingnya sikap berbalik kepada Tuhan. Pertobatan adalah sebuah sikap, bukan hanya sekedar perkataan. Sikap yang dituntut Allah adalah berbalik melakukan keadilan dan kebenaran. Berbuat adil dan berbuat benar. Sikap inilah yang berbuah kehidupan.
Dalam Bacaan Kedua, St Paulus mengajak jemaat untuk bertindak sesuai semangat inkarnasi Kristus. Dia yang dalam rupa Allah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama seperti manusia, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati. Demikianlah semangat yang sama diharapkan ada dalam diri setiap jemaat. Menjadi sehati sepikir, rendah hati dan mendahulukan kepentingan orang lain disamping kepentingan diri sendiri.
Bacaan Injil hari ini menggambarkan sikap Allah yang terbuka kepada siapa saja yang mau berbalik melakukan kehendak-Nya. Dan itu digambarkan lewat perbandingan antara imam-imam kepala dengan para pendosa yang bertobat. Pertanyaan berikutnya, apa tanda-tandanya kita mengalami pertobatan? Dari yang tadinya berkata, “Tidak” tetapi akhirnya menyesal dan melakukan kehendak Bapa-Nya juga. Mau merendahkan diri sebagai hamba di hadapan Bapa di surga.
Yesus mengutus para murid-Nya dengan memberikan berkat dan rupa pelayanan yang bisa mereka lakukan. Namun, Yesus juga melarang mereka untuk membawa barang berlebihan. Situasi ini tentu sangat menarik.
Setidaknya kita bisa merasakan betapa Yesus berharap agar para murid-Nya, sebagai pelayan umat, menekan ego akan duniawi dan memperbesar hati akan rahmat dan penyertaan Allah.
Sebagai manusia, kita lebih mudah mengandalkan sesuatu yang dapat kita lihat, konkret dan jelas. Kita pun kerap menghitung-hitung dalam mengatasi persoalan. Namun, ada pula pengalaman hidup kita yang melampaui perhitungan kita.
Misalnya, ramah terhadap orang lain, mampu bersikap rendah hati, semangat dan tidak malas-malasan, atau mudah terlibat untuk membantu orang. Hal-hal itu menandakan bahwa kita telah berproses melampaui dari apa yang kita perhitungkan.
Para murid yang diutus oleh Yesus adalah figur yang hidup dan nyata. Mereka adalah figur pribadi-pribadi yang melampaui dirinya dan percaya kepada Allah. Kita pun sebagai murid Kristus juga diajak menekan ego kemanusiaan kita dan memperbesar iman kepada Allah.
Mari kita berproses bersama Allah dan bersyukur atas rahmat yang diterima. Jadi, progres hal baik apa yang sudah kulakukan hari ini? Tuhan memberkati. (AL)
Jangan biarkan pelitamu padam. Adalah ungkapan dalam Bahasa Italia yang sering muncul ketika orang memberikan semangat pada orang lain. Memang benar sih. Kita terus mengipas asa kita untuk perjuangan hidup sehari-hari. Selalu ada alasan baik untuk berjuang dan berbuat baik. Ada yang tahu “asa” itu apa? Asa adalah harapan dan semangat.
Kalau tidak temukan alasan untuk berjuang dan loyo? Teruslah berjuang seperti hari sebelumnya karena ketekunan kita adalah kekuatan yang terus mengipas asa hidup kita. Hidup kita berharga dan berarti untuk sesama dan dunia. Ada kalanya loyo, itu wajar. Tapi, jangan biarkan setan mematikan asa itu.
Semoga makin jadi terang dunia di hidup sehari-hari. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Kita tidak akan tahu isi pikiran seseorang, kecuali dia mengatakannya kepada kita. Apa yang sedang ia pikirkan, rasakan dan rencanakan. Kalau dia diam saja, mustahil kita bisa menebak dengan tepat apa yang ia pikirkan. Jadi, kalau orang lain tahu apa yang kamu pikirkan, katakan jangan disimpan saja.
Pun kita juga tidak tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan, jika Ia tidak menyatakan diri-Nya. Jika Ia tidak bersabda dan mengatakan apa yang menjadi kehendak-Nya. Oleh karena itu, mendengar Firman Tuhan itu sangat penting sekali. Karena dengan demikian, kita dapat mengenal-Nya, mengerti dan memahami-Nya dan akhirnya mencintai-Nya dengan segenap hati dan kebebasan kita.
—
Dalam Injil minggu ini, Yesus menceritakan satu perumpamaan tentang seorang tuan rumah yang mengundang semua orang yang dijumpainya untuk bekerja di kebun anggur. Mereka semua sepakat mengenai upah sedinar sehari. Kesepakatan ini berlaku bagi mereka yang masuk bekerja terdahulu maupun terakhir.
Mereka yang terdahulu datang bekerja berpikir akan mendapat lebih banyak dari yang paling akhir datang. Tapi ternyata tidak. Mereka protes. Mereka sudah bekerja lebih lama dan menanggung panas terik matahari. Sedang yang belakangan datang, hanya bekerja satu jam saja dan sudah sore hari.
Mereka yang terdahulu lupa untuk bersyukur, bahwa boleh diterima bekerja di kebun anggur – setelah sekian lama menganggur – adalah sebuah privelese yang tidak didapatkan banyak orang. Tawaran yang datang untuk bekerja saja sudah sebuah anugerah lho.
—
Inilah undangan Allah kepada semua orang. Dia yang murah hati kepada semua orang. Tidak ada yang dianggap-Nya lebih spesial atau khusus dibanding yang lain. Semua orang dipanggil untuk terlibat dan berpartisipasi. Yang sudah lama – dan yang baru gabung – sama di mata Tuhan. Kita perlu waspada akan kesombongan diri, bahwa yang sudah melayani lebih lama berarti lebih layak, lebih kuat imannya atau berpengalaman rohaninya. Belum tentu.
Relasi transaksional yg ditawarkan dunia ini tidak bisa diterapkan dalam relasi kita dengan Tuhan. Dengan Allah, kita tidak pernah bisa main hitung-hitungan. Apakah dengan terlibat lebih banyak dalam pelayanan maka upah rohaniku layak banyak pula? Belum tentu. Apakah dengan rajin pelayanan, doa novena dan laku rohani yang aku lakukan lantas doa-doaku layak dikabulkan? Belum tentu juga. Sebab Rancangan Allah jauh lebih tinggi melampui rancangan kita. Dan untuk masing-masing orang, Allah memiliki rancangan-Nya sendiri.
Tapi, bersyukurlah kalau kita boleh terlibat dalam pelayanan kebun Anggur-Nya. Seperti yg pernah dikatakan St. Paulus. Apa upah menjadi pewarta Injil? Upahnya adalah boleh mewartakan injil tanpa upah. Menjadi pekerja di kebun anggur Tuhan harus menjadi sebuah kebanggan, privelese dan anugrah yang luar biasa.