Home Blog Page 147

Ajakan Gerakan Hari Perdamaian se-Dunia pada Januari 2012


Hal: Ajakan Gerakan Hari Perdamaian se-Dunia
 
Kepada Seluruh Umat;
Salam Damai Yesus Kristus,

Perdamaian bagi seluruh umat manusia dan keutuhan ciptaan Allah di dunia merupakan cita-cita dunia. Perjuangan menciptakan perdamaian di dunia adalah kehendak setiap insan sekaligus perutusan kita bersama sebagai anak-anak Allah. Untuk itu, atas anjuran P. Yohanes Subagyo Pr, Vikaris Jenderal KAJ, dengan ini Komisi Kepemudaan, Kerawam, dan HAK KAJ mengajak seluruh OMK bersama umat Gereja Katolik di Paroki-Paroki se-KAJ untuk berpartisipasi dalam:

Gerakan Hari Perdamaian se-Dunia, pada Minggu Pertama bulan Januari 2012, pk. 16:00 tepat, dengan melakukan kegiatan sbb:

1. Berkumpul bersama di Gereja Paroki masing-masing/tempat strategis lain.

2. Melepaskan dua ekor burung merpati sebagai symbol perjuangan perdamaian.

3. Jika memungkinkan, tanamlah pohon sebagai wujud perdamaian dengan lingkungan hidup dan alam semesta.

4. Ajaklah umat/warga masyarakat dari agama-agama lain di sekitar Gereja paroki setempat untuk berdoa dan melakukan kegiatan di atas, sebagai wujud kebersamaan memperjuangkan  perdamaian dunia dan masyarakat Indonesia.

5. Alangkah baiknya jika dilanjutkan kegiatan dialog atau refleksi untuk merencanakan bentuk-bentuk tindakan konkret merintis perdamaian di lingkungan masyarakat sekitar, dalam rangka pemberdayaan komunitas basis dalam semangat persaudaraan sejati.

Sebagai gerakan bersama, mari kita melakukan kegiatan tersebut secara serempak pada hari dan jam, di atas. Teknis penyelenggaraannya kami serahkan kepada Seksi Kepemudaan, Kerawam dan HAK Paroki, sesuai kreativitas masing-masing.

Demikian surat ajakan kami, atas perhatian, dukungan, dan partisipasinya kami mengucapkan terima kasih.

TTD,

–          P. A. Suyadi Pr (Ket. KomKep KAJ)

–          Y. Haryono (Ket. HAK KAJ)

–          P. Krissantono (Ket. KomKer KAJ)

–          P. Y. Subagyo Pr (Vikaris Jenderal KAJ)

8 DESEMBER : HR SP MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA

“Akulah Yang Dikandung Tanpa Dosa”
“Que Soy Era Immaculada Conceptiou”
“I Am The Immaculate Conception”

Pesan Bunda Maria dalam suatu penampakan kepada St. Bernadette 
Salah satu hal yang khas yang membedakan kita, umat Katolik, dari saudara-saudari kita yang Protestan adalah cinta dan penghormatan yang kita persembahkan kepada Bunda Yesus.
Kita percaya bahwa Maria, sebagai Bunda Allah, sudah selayaknya memperoleh penghormatan, devosi dan penghargaan yang sangat tinggi.
Salah satu dogma (dogma = ajaran resmi gereja yang dinyatakan secara meriah dengan kekuasaan Paus) Gereja Katolik mengenai Bunda Maria adalah Dogma Dikandung Tanpa Dosa. Pestanya dirayakan setiap tanggal 8 Desember.
Masih banyak orang Katolik yang belum paham benar mengenai dogma ini.
Jika kalian bertanya kepada beberapa orang Katolik, “Apa itu Dogma Dikandung Tanpa Dosa?”, maka sebagian besar dari mereka akan menjawab, “Yaitu bahwa Yesus dikandung dalam rahim Santa Perawan Maria tanpa dosa, atau tanpa seorang bapa manusia.”
Jawaban demikian adalah jawaban yang salah yang perlu dibetulkan.
Ya, tentu saja Yesus dikandung tanpa dosa karena Ia adalah Allah Manusia.
Tetapi Dikandung Tanpa Dosa adalah dogma yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung dalam rahim ibunya, Santa Anna, tanpa dosa asal.
Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang dianugerahi karunia ini. Bunda Maria memperoleh keistimewaan ini karena ia akan menjadi bejana yang kudus dimana Yesus, Putera Allah, akan masuk ke dunia melaluinya.
Oleh karena itu, Bunda Maria sendiri harus dihindarkan dari dosa asal.
Sejak dari awal mula kehadirannya, Bunda Maria senantiasa kudus dan suci – betul-betul “penuh rahmat”.
Kita menggunakan kata-kata ini ketika kita menyapa Maria dalam doa Salam Maria, tetapi banyak orang yang tidak meluangkan waktu untuk memikirkan apa arti sebenarnya kata-kata ini.
Ketika Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Bunda Maria untuk menyampaikan kabar sukacita, dialah yang pertama kali menyapa Maria dengan gelarnya yang penting ini,
Lukas 1:28 “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Kata-kata “penuh rahmat” ketika diterjemahkan dari teks bahasa Yunani, sesungguhnya digunakan sebagai nama yang tepat untuk menyapa Maria.
Istilah Yunani yang digunakan menunjukkan bahwa Maria dalam keadaan penuh rahmat atau dalam keadaan rahmat yang sempurna sejak dari ia dikandung sampai sepanjang hayatnya di dunia.
Bukankah masuk akal jika Tuhan menghendaki suatu bejana yang kudus, yang tidak bernoda dosa untuk mengandung Putera-Nya yang Tunggal?
Bagaimana pun juga, Yesus, ketika hidup di dalam rahim Maria, tumbuh dan berkembang sama seperti bayi-bayi lainnya tumbuh dan berkembang dalam rahim ibu mereka masing-masing.
Ia menerima darah Maria dan menerima makanan untuk pertumbuhan-Nya dari tubuh Maria sendiri.
Sebagian kaum Protestan menolak dogma ini dengan mengatakan bahwa Maria berbicara tentang “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.”
Mengapa Maria memerlukan seorang Juruselamat, tanya mereka, jika ia tanpa noda dosa? Gereja mengajarkan bahwa karena Maria adalah keturunan Adam, maka menurut kodratnya ia mewarisi dosa asal.
Hanya oleh karena campur tangan Allah dalam masalah yang unik ini, Maria dibebaskan dari dosa asal.
Jadi, sesungguhnya Maria diselamatkan oleh rahmat Kristus, tetapi dengan cara yang sangat istimewa.
Rahmat tersebut dilimpahkan ke atasnya sebelum ia dikandung dalam rahim ibunya.
Kaum Protestan juga akan menyanggah dengan mengatakan bahwa dogma ini tidak sesuai dengan ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” (Roma 3:23).
Namun demikian, jika kita mempelajari masalah ini dengan sungguh-sungguh, kita akan menemukan beberapa pengecualian.
Kitab Suci juga mengajarkan bahwa meskipun semua orang telah berbuat dosa, Yesus yang adalah sungguh-sungguh manusia tidak berbuat dosa.
Logis jika kita melanjutkannya dengan mengatakan bahwa Maria juga tidak berdosa dan dihindarkan dari dosa asal agar ia dapat tetap senantiasa menjadi bejana yang kudus untuk mengandung bayi Yesus.
Secara sederhana Dogma Dikandung Tanpa Dosa dapat dijelaskan sebagai berikut:
Seperti kita ketahui, Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan.
Tuhan memberikan kepada mereka apa saja yang mereka inginkan di Firdaus, Taman Eden.
Tetapi Allah berfirman bahwa mereka tidak diperbolehkan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Lucifer, raja iblis, datang kepada mereka dan membujuk mereka makan buah pohon tersebut. Adam dan Hawa memakan buah itu; mereka tidak taat kepada Tuhan dan karenanya mereka diusir dari Firdaus.
Oleh karena dosa pertama itu, semua manusia yang dilahirkan sesudah Adam dan Hawa mewarisi apa yang disebut “dosa asal”.
Itulah sebabnya, ketika seorang bayi lahir, ia segera dibaptis supaya dosa asal itu dibersihan dari jiwanya sehingga ia menjadi kudus dan suci, menjadi anak Allah.
Ketika Tuhan hendak mengutus Putera-Nya, Yesus, ke dunia untuk menyelamatkan kita, Tuhan memerlukan kesediaan seorang perempuan yang kudus untuk mengandung Yesus dalam rahimnya.
Tuhan memutuskan bahwa perempuan ini harus dibebaskan dari dosa asal Adam dan Hawa.
Ia juga memutuskan bahwa perempuan ini haruslah seseorang yang istimewa serta amat suci dan kudus.
Sama halnya seperti jika kalian mempunyai satu termos air jeruk segar, maka kalian tidak akan menuangkannya ke dalam gelas yang kotor untuk meminumnya, ya kan?
Kalian akan menuangkan air jeruk segar itu ke dalam gelas yang bersih untuk meminumnya.
Demikian juga Tuhan tidak ingin Putera Tunggal-Nya itu ditempatkan dalam rahim seorang perempuan berdosa. Oleh karena itulah, Tuhan membebaskan Maria dari dosa asal sejak Maria hadir dalam rahim ibunya, yaitu Santa Anna.
Inilah yang disebut Dogma Dikandung Tanpa Dosa – memang suatu istilah yang sulit, tetapi artinya ialah Maria tidak mewarisi dosa Adam dan Hawa, sehingga Maria dapat menjadi seorang bunda yang kudus yang mengandung Yesus dalam rahimnya.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Pesan Pastoral Sidang KWI 2011 tentang Katekese

“Mewartakan Injil adalah rahmat dan panggilan khas Gereja,

merupakan identitasnya yang terdalam”

(Evangelii Nuntiandi, a.14)

 

Pendahuluan

1. Gereja mempunyai tugas utama untuk mewartakan, sesuai perintah Kristus: “…. pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Perintah Kristus ini menjadi dasar perutusan Gereja dalam karya katekese. Ulang Tahun ke-50 Hierarki Gereja Katolik Indonesia yang kita rayakan pada tahun ini, kita syukuri sebagai peristiwa iman dan anugerah Tuhan. Peristiwa ini kita gunakan sebagai kesempatan untuk menyadari bersama-sama betapa pentingnya memastikan bahwa tugas pewartaan dijalankan dengan sebaik-baiknya di bumi Nusantara.

2. Sadar akan pentingnya tugas tersebut, pada Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia tahun 2011, para Uskup menyelenggarakan hari studi tentang katekese, dengan tema: “Mewartakan Injil adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam” (EN 14). Hari studi yang diselenggarakan pada 7-9 November 2011 itu dihadiri oleh para Uskup, perwakilan Koptari, perwakilan Unio Indonesia, koordinator komisi kateketik tiap-tiap regio, wakil lembaga pendidikan kateketik, wakil lembaga pendidikan calon imam, serta para nara sumber yang terdiri dari para katekis lapangan dan ahli teologi serta ahli katekese. Selama tiga hari para peserta mengadakan tukar pengalaman dan perenungan atas karya katekese dalam Gereja kita. Para peserta juga mendalami keadaan karya katekese di Indonesia melalui penuturan para nara-sumber serta pemaparan hasil penjajakan sederhana dalam konteks ajaran Gereja tentang katekese (“Petunjuk Umum Katekese”, dari Kongregasi untuk Imam). Sebagai rangkuman dari hari studi katekese, para peserta mengajukan saran untuk merumuskan beberapa langkah nyata sebagai tindak-lanjut pastoral katekese di masa depan.

 

Mencermati Karya katekese di Indonesia

3. Setelah mencermati karya katekese di Indonesia pertama-tama pantaslah disyukuri adanya arah yang jelas, yang dirumuskan dan dikembangkan dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI) I-IX, yaitu Katekese Umat. Rumusan mengenai Katekese Umat setiap kali diperdalam dan disesuaikan dengan konteks zaman, sehingga menjawab kebutuhan umat. Selain arah yang jelas, karya katekese di Indonesia juga ditandai dengan kehadiran para pastor yang sungguh-sungguh menggerakkan karya katekese di paroki-paroki mereka. Sementara itu, keterlibatan umat untuk menjalankan pastoral katekese baik sebagai katekis purna waktu, maupun sebagai pelaksana karya katekese paruh waktu merupakan kekuatan bagi gerak pastoral katekese di Indonesia. Harus diakui bahwa karya katekese sangat tergantung dari keterlibatan saudara-saudari kita itu. Menggembirakan pula adanya Program Studi Kateketik di sejumlah Perguruan Tinggi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia untuk mempersiapkan, mendidik dan membina tenaga-tenaga yang cerdas, terampil serta berkomitmen dalam bidang katekese.

4. Namun para peserta hari Studi Katekese juga menyadari bahwa karya katekese di Indonesia berjumpa dengan pelbagai tantangan dan keprihatinan, sehingga hasil perumusan katekese umat dalam PKKI tidak seutuhnya dapat dilaksanakan.

4.1. Para pastor sebagai penanggungjawab katekese tingkat paroki tidak jarang dirasakan kurang memberikan perhatian pada karya katekese. Sementara itu, tidak sedikit pula para petugas katekese yang tidak mempunyai kemampuan yang memadai dalam menjalankan katekese karena kurangnya pembinaan yang berkelanjutan. Disadari pula kenyataan bahwa beberapa keuskupan tidak mengangkat katekis purna waktu karena berbagai alasan. Ada juga gejala para guru agama katolik PNS yang tidak bersedia melibatkan diri dalam karya katekese di tengah umat. Keprihatinan-keprihatinan itu perlu ditanggapi dengan pembinaan dan pengembangan kesadaran akan pentingnya katekese dan spiritualitas yang mendukung dalam diri semua penanggungjawab dan pelaku katekese bahkan dalam diri seluruh umat.

4.2. Isi katekese seringkali dirasakan kurang memadai. Di satu pihak, katekese yang memberi tekanan pada tanggapan iman atas hidup sehari-hari seringkali kurang memberi tempat pada aspek doktrinal, sehingga umat seringkali canggung dan takut ketika berhadapan dengan orang-orang yang mempertanyakan iman mereka. Di lain pihak, ketika katekese lebih memberi perhatian pada unsur-unsur doktriner, katekese dirasakan menjadi terlalu sulit bagi umat dan kurang bersentuhan dengan kenyataan hidup sehari-hari. Katekese yang kurang menyentuh hati dan memenuhi harapan ini rupanya merupakan salah satu alas an yang mendorong sejumlah orang katolik, khususnya anak-anak dan orang muda yang pindah dan lebih tertarik cara doa dan pembinaan Gereja-gereja lain yang dirasakan lebih menarik. Kenyataan ini menantang kita untuk lebih bersungguh-sungguh menciptakan dan mengembangkan model katekese yang bermutu dan menanggapi harapan.

 
Refleksi Iman

5. Gereja dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira kepada dunia. Tugas ini adalah “rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam” (EN 14). Gereja mewartakan Injil, karena Injil itu “ragi yang menimbulkan perombakan di dunia ini” (FABC V, 8.1.4). Katekese merupakan bagian integral dari pelaksanaan tugas pewartaan Gereja. Komunitas Basis Gerejawi merupakan salah satu medan yang amat penting dalam pelaksanaan tugas ini. Gereja bertugas untuk “memajukan dan mematangkan pertobatan awal, mendidik orang yang bertobat dalam iman dan menggabungkannya dalam komunitas Kristiani” (Pedoman Umum Katekese no. 61). Maka katekese menyangkut pembinaan iman anggota-anggota Gereja, sejak mereka berniat masuk menjadi anggota Gereja sampai mencapai kedewasaan rohani. Termasuk juga dalam proses katekese ini ialah pelajaran agama di sekolah.

6. Sebagai proses pendewasaan iman, tugas fundamental katekese ialah mengantar orang masuk ke dalam kehidupan umat dan perutusannya serta membantu umat beriman untuk mengetahui, merenungkan dan merayakan misteri Kristus. Katekese juga membantu orang untuk mengembangkan sikap misioner dan dialog (Pedoman Umum Katekese no 85-86). Oleh karena itu, katekese perlu dilihat sebagai suatu proses yang terencana dan sistematis, yang meliputi pengembangan pengetahuan dan sikap serta penghayatan iman pribadi maupun kelompok, yang dilaksanakan untuk membantu umat sehingga semakin dewasa dalam iman.

7. Katekese merupakan tanggungjawab seluruh Gereja. Dalam Gereja partikular, Uskup adalah penanggungjawab utama karya katekese, karena “di antara tugas-tugas mendasar para Uskup, pelayanan Injil menduduki tempat utama” (LG 25). Tentu saja, pelaksanaan tugas ini dibantu oleh para imam, kaum religius dan kaum awam yang terlibat dalam karya katekese.

Langkah Tindakan Pastoral

8. Untuk membangkitkan dan menggairahkan karya katekese di Indonesia diperlukan langkah-langkah pastoral sebagai berikut:

8.1. Katekese Umat sebagai arah karya katekese di Indonesia perlu ditumbuh-kembangkan dalam lingkungan hidup umat, khususnya melalui komunitas-komunitas basis atau pun kategorial. Katekese umat perlu diperkaya dengan Injil, Tradisi dan ajaran Gereja.

8.2. Katekese sekolah tidak jarang merupakan satu-satunya kesempatan bagi banyak orang muda untuk menerima pengajaran dan pendidikan agama. Kerjasama antara penanggungjawab pastoral setempat dengan sekolah dan khususnya guru agama sekolah, perlu dikembangkan.

8.3. Perlu dikembangkan program katekese yang menyeluruh dan berkesinambungan sejak usia dini sampai usia lanjut. Untuk itu perlu kerjasama antara Komisi Kateketik KWI maupun Komisi Kateketik Keuskupan-keuskupan, dengan komisi-komisi lain yang terkait dengan pembinaan iman.

8.4. Berjalannya karya katekese sangat tergantung pada para petugas pastoral yang menjalankan katekese di tengah umat. Maka, perlulah pembinaan terus-menerus bagi para pelaksana atau fasilitator katekese umat tersebut.

8.5. Demi kemajuan karya katekese di Indonesia diperlukan orang-orang yang sungguh ahli dalam bidang katekese, yang harus disiapkan dengan sungguh-sungguh.

8.6. Karya katekese di tingkat paroki seringkali tergantung pada para imam pemimpin paroki. Maka pembinaan katekese bagi para imam dan calon imam mutlak diperlukan.

8.7. Salah satu tanda bahwa karya katekese merupakan prioritas utama dalam Gereja ditampakkan dalam dukungan finansial bagi program-program katekese maupun bagi pembinaan dan penghidupan para petugas pastoral yang berkarya di bidang katekese.

8.8. Perlu ditingkatkan mutu dan peranan lembaga pendidikan pastoral katekese dan kerjasamanya dengan lembaga pendidikan calon imam.

8.9. Dengan menyadari betapa pentingnya katekese dalam hidup dan perkembangan Gereja, kerjasama dengan pelbagai pihak, misalnya Bimas Katolik, perlu diusahakan dan dikembangkan.

Pemikiran-pemikiran penting tersebut mendesak untuk dituangkan dalam kebijakan-kebijakan praktis, baik di tingkat KWI, Regio atau Provinsi Gerejawi, keuskupan maupun di paroki-paroki.

Penutup

9. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Anda semua yang sungguh terlibat dalam karya katekese, pertama-tama kepada para katekis baik purna waktu maupun paruh waktu, para guru agama di sekolah maupun di lingkungan, para pelaksana karya katekese di komunitas-komunitas basis, para imam dan religius yang setia mengabdikan diri untuk pengembangan karya katekese. Berkat ketekunan Anda, banyak umat beriman diantar menuju iman katolik dan dibimbing kepada kedewasaan iman. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh umat yang dengan aneka cara mendukung karya katekese ini. Hanya dengan dukungan seluruh umatlah, karya katekese dapat terlaksana dan dikembangkan.

10. Akhirnya, kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara benih yang tumbuh itu hingga berbuah. Kita serahkan segala upaya pastoral katekese kita dalam penyelenggaraan dan tuntunan Allah. Semoga Ia yang telah memulai karya yang baik ini di antara kita, berkenan menyelesaikannya juga (Flp 1:6).

 
Berkat Tuhan selalu menyertai kita semua.
 
Jakarta, 17 November 2011
 
Konferensi Waligereja Indonesia,
 
Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM.Cap
K e t u a
 
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal
 

Misa Konselebrasi Ekaristi Syukur Gelar Pahlawan Nasional IJ. Kasimo

Jakarta (01/12, Pkl. 18.00 WIB)—Gereja Katedral “Santa Maria Diangkat ke Surga” menjadi tempat Perayaan Misa Konselebrasi Syukur atas Penganugerahan Ignatius Josef Kasimo, menjadi Pahlawan Nasional. Misa Konselebrasi dibawakan oleh Wakil Ketua Presidium KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) Mgr. Ignasius Suharyo, Sekjend. KWI Mgr. J. Pujasumarta dan Ketua Komisi Keluarga, Mgr. Michael Angkur dan para Imam.

Kasimo telah menemukan medan perjuangan paling tepat pada zamannya. Untuk menanggapi desakan kemerdekaan pada masa itu. Namun juga berhasil membawakannya dalam nafas iman selaku seorang Pendiri PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia).

Umat Katolik Indonesia meyakini, ini semua merupakan kekayaan Gereja yang selayaknya dipersembahkan kepada tanak air dan bangsa Indonesia. Keyakinan perjuangan Kasimo juga menabalkannya kepada semboyan terkenal: “SALUS POPULI SUPREMA LEX”, KEPENTINGAN UMUM ADALAH KEPENTINGAN PALING UTAMA. Semboyan yang selalu beliau dengungkan itu, tentu saja dalam pemahaman kepentingan publik yang masih murni pada masa perjuangan kemerdekaan.

Misa Syukur yang diperkirakan dihadiri oleh 1.000 umat Katolik petang hari ini juga hendak mensyukuri bahwasannya, Tuhan telah menganugerahkan Putera Kandung-Nya yang terbaik, dan kebetulan beragama Katolik. Namun Ia telah berhasil menjiwai dan mengejawantahkan budaya nir-diskriminasi dan memberikan contoh hidup sederhana dalam gerak perjuangan sebagai pejabat negara. Pun perilaku hidup sehari-hari dalam membina keluarga bersama Ibu IJ. Kasimo, pendamping setia yang berjuang membesarkan putera-puterinya hingga akhir hayat.

Tahun Ekaristi 2012 KAJ

Apa latar belakang untuk memaklumkan tahun 2012 sebagai Tahun Ekaristi?

Yang pertama adalah cita-cita untuk terus menerus memperdalam iman akan Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana dirumuskan dalam Arah dan Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta 2011 – 2015. Iman yang menyelamatkan itu dipuncakkan, dipusatkan dan dirayakan dalam Ekaristi. Yang kedua adalah keselarasan dengan Gereja Katolik semesta yang juga sedang mengadakan Kongres Ekaristi di tahun yang sama. Kita adalah bagian dari Gereja semesta yang berusaha menemukan makna lebih dalam dari Ekaristi bagi hidup kita.

Apa sasaran diadakannya Tahun Ekaristi?

* Meningkatkan mutu Perayaan Ekaristi.

* Memperdalam pemahaman mengenai Ekaristi (Katekese yang berkelanjutan / termasuk mistagogi).

* Makin menumbuhkan penghormatan pada Yesus KRistus yang hadir dalam Ekaristi.

* Meningkatkan pelaksanaan perutusan yang bersumber dari Ekaristi.

Apa tema Tahun Ekaristi?

Tema Tahun Ekaristi di Keuskupan kita adalah “Dipersatukan, Diteguhkan dan Diutus”. Ketiga kata itu menyiratkan daya Ekaristi bagi umat yang merayakannya, sehingga mereka menghayati persatuan dan kebersamaan; hidup mereka diteguhkan dan diberi makna; keterlibatan mereka dalam hidup sehari-hari merupakan perutusan yang bersumber pada Ekaristi.

Kapan kita merayakan Tahun Ekaristi?

Tahun Ekaristi akan dirayakan selama setahun penanggalan liturgy, yaitu mulai saat Adven 2011 dan berpuncak pada Hari Raya Kristus  Raja Semesta Alam 2012.

Apa saja yang direncanakan untuk menyemarakkan Tahun Ekaristi?

1. Surat Gembala Bapak Uskup

2. Masa Adven: renungan keluarga/lingkungan dengan tema “Ekaristi, Sumber Berkat dalam Keluarga”

3. Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah: kegiatan untuk anak-anak

4. Masa prapaska/APP dengan tema “Bersatu dalam Ekaristi, Diutus untuk Berbagi”

5. Pekan Suci (dengan perhatian pada Misa Krisma sebagai peringatan syukur Imamat yang terkait pada Ekaristi)

6. Bulan Mei sebagai Bulan Liturgi dengan tema “Bersama Bunda Maria Mencintai Liturgi Ekaristi”

7. Novena Roh Kudus dengan tema “Gereja Hidup dari Ekaristi”

8. Pesta Tubuh dan Darah Kristus yang dirayakan dengan liturgy sungguh-sungguh dipersiapkan

9. Sarasehan Ekaristi di 8 dekenat yang kemudian dipuncakkan di tingkat keuskupan, seperti rangkaian Novena

10. Novena Ekaristi dan Adorasi di 8 dekenat dan berpuncak di tingkat keuskupan

11. Eucharistic Youth Camp bagi Orang Muda Katolik

12. Bulan Kitab Suci yang menyajikan topik-topik Ekaristi

13. Kursus homily bagi para imam

14. Lomba cipta lagu Ekaristi

15. Seputar liturgi perkawinan dan katekesenya

16. Penerbitan bahan-bahan katekese dalam bentuk DVD dan buku-buku

17. Puncak perayaan pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam

SURAT GEMBALA MENYAMBUT TAHUN EKARISTI 2012

(Dibacakan sebagai pengganti kotbah, dalam setiap Misa, Sabtu/Minggu, [Adven I] 26/27 November 2011)

Para Ibu dan Bapak,

Para Suster, Bruder, Frater,

Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

 1. Pada hari Minggu yang lalu, kita merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Perayaan itu menutup satu lingkaran tahun liturgi. Dengan merayakan pesta liturgi itu kita mengungkapkan kepastian iman kita bahwa Allah yang telah memulai karya-Nya, akan menyempurnakannya juga pada waktunya. Keyakinan iman inilah yang oleh Rasul Paulus dinyatakan dengan kata-kata ini, “Kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua” (1 Kor 15:28).

 2. Hari ini kita memulai satu lingkaran liturgi yang baru dengan Minggu Adven I, yang pada tahun berikutnya juga akan ditutup dengan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Masa Adven dalam arti sempit mengundang kita untuk menyiapkan kedatangan Yesus yang akan kita rayakan pada Hari Natal. Dalam arti luas, Adven juga mengajak kita untuk memperkokoh harapan kita bahwa pada waktunya Tuhan akan datang menyempurnakan karya penyelamatan yang telah dimulai-Nya. Selama masa penantian dan pengharapan itu, menurut kata-kata Rasul Paulus yang kita dengarkan pada hari ini, “Allah juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:8).  Begitulah dinamika iman dan harapan kita yang kita ungkapkan dalam lingkaran-lingkaran tahun liturgi. Dengan menempatkan diri kita ke dalam dinamika liturgi itu, karya penyelamatan Allah akan semakin kita alami: iman kita menjadi semakin dalam, harapan kita semakin kokoh dan kasih kita semakin menyala.

 3. Sabda Tuhan yang diwartakan pada hari ini mengajak kita untuk selalu berjaga-jaga (Mrk 13:33.34.35.37) menantikan kedatangan Tuhan itu. Pertanyaannya adalah, dengan cara apa kita berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan? Jawabannya ada bermacam-macam. Salah satu jawaban diberikan kepada kita melalui Kitab Nabi Yesaya yang diwartakan pada hari ini yaitu dengan membiarkan diri kita – baik secara pribadi, keluarga, komunitas, paroki maupun keuskupan – dibentuk oleh Tuhan, karena kita semua adalah buatan tangan Tuhan (bdk. Yes 63:8). Dalam rangka membiarkan diri kita bersama-sama dibentuk oleh Tuhan itulah Keuskupan Agung Jakarta menetapkan Arah Dasar Pastoral dan setiap tahun menawarkan tema-tema pendalaman iman. Kalau bahan-bahan itu kita renungkan dan kita batinkan, kita boleh berharap hidup pribadi kita, keluarga, komunitas, paroki dan hidup kita bersama sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta akan terus-menerus diperbarui dan dibentuk menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus, semakin sehati sepikir dan seperasaan dengan-Nya (bdk. Flp 2:5).

 4. Dalam rangka berusaha membiarkan diri kita dibentuk oleh Allah inilah, Keuskupan Agung Jakarta menetapkan Tahun 2012 sebagai Tahun Ekaristi dengan tema  “Dipersatukan, Diteguhkan, Diutus”. Tema ini dipilih dengan berbagai pertimbangan. Antara lain kita ingin menempatkan diri kita dalam arus rohani Gereja se-dunia, yang pada tanggal 10-17 Juni 2012 yang akan datang mengadakan Kongres Ekaristi ke-50 di Dublin. Adapun tema yang diangkat adalah “Ekaristi: Bersatu dengan Kristus, Bersatu di antara kita”. Selanjutnya tema Tahun Ekaristi Keuskupan Agung Jakarta ini melanjutkan tema yang sudah kita dalami selama tahun 2011 yaitu “Mari Berbagi”. Dengan demikian kita berharap agar kerelaan kita berbagi tidak hanya didorong oleh motivasi kemanusiaan, melainkan kita landaskan pada iman yang kokoh. Dengan menerima roti Ekaristi yang diambil, diberkati, dipecah-pecah dan dibagi-bagikan,  kita berharap juga dapat menjadi roti Ekaristi : seperti halnya roti Ekaristi, kita adalah pribadi-pribadi yang dipilih dan diberkati Tuhan, agar siap dipecah-pecah dan dibagi-bagikan bagi dunia.

 5. Kekayaan Ekaristi dengan mudah dapat kita timba dari salah satu pernyataan Gereja sebagai berikut :” … Setiap orang yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, seharusnya selalu ingin berbuat baik dengan penuh semangat, menyenangkan hati Allah dan hidup pantas sambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apa yang diajarkan kepadanya, dan bertumbuh dalam kesalehan. Ia pun akan siap menjadi saksi Kristus di dalam segala hal, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup manusia, agar dunia diresapi dengan semangat Kristus. Sebab tidak ada satu umat Kristiani pun dapat dibentuk dan dibangun, kecuali kalau berakar dan berporos pada perayaan Ekaristi Mahakudus” (Eucharisticum Mysterium no. 13).

 6. Melalui surat ini saya ingin mengajak seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta untuk secara khusus memperdalam pengetahuan dan penghayatan mengenai Ekaristi selama tahun 2012 yang akan datang. Sejarah panjang liturgi Ekaristi, kedalaman maknanya dan kekayaan lambang-lambangnya tidak bisa kita tangkap dengan baik selain dengan mempelajarinya. Dalam perayaan Ekaristi kita mengenangkan kembali wafat dan kebangkitan Kristus dan mensyukuri karya penyelamatan Allah bagi kita. Kita mendengarkan Sabda Tuhan yang menuntun langkah-langkah kita dan menerima roti kehidupan yang menjadi kekuatan dalam peziarahan iman kita. Janji Tuhan untuk selalu menyertai umat-Nya sampai akhir jaman tidak dapat kita alami kecuali dengan mengasah kepekaan batin kita akan kehadiran-Nya dalam Ekaristi. Semoga pertemuan-pertemuan yang sudah selalu kita adakan pada masa Adven, Prapaskah, bulan Liturgi, bulan Kitab Suci dan kesempatan-kesempatan lain dapat digunakan sebaik-baiknya untuk pendalaman Ekaristi itu. Sementara itu bahan-bahan yang diperlukan sudah dan akan disediakan oleh saudari-saudara kita yang dengan sepenuh hati menyiapkannya.

 7. Akhirnya bersama para imam yang diutus untuk melayani umat di Keuskupan Agung Jakarta ini saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/ Bruder/Frater/ Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam karya kegembalaan kami. Keterlibatan Anda sekalian dalam pelayanan Gereja “ke dalam”, membuat Gereja menjadi semakin bermakna bagi umat sendiri. Sementara keterlibatan Anda sekalian dalam pelayanan Gereja “ke luar”, membuat Gereja menjadi semakin berarti di tengah-tengah masyarakat luas. Semoga Ekaristi yang setiap kali kita rayakan semakin mempersatukan kita dalam perutusan yang mulia.

Salam dan Berkat Tuhan untuk seluruh keluarga dan komunitas Anda.

+ I. Suharyo

Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Doa Tahun Ekaristi

Allah Bapa yang Maha Pengasih

Kami bersyukur atas karya penyelamatan-Mu

Melalui Yesus KRistus Putera-Mu

Yang kami rayakan dalam Ekaristi.

Ya Yesus Kristu, kami bersyukur,

karena dengan mendengarkan dan melaksanakan Sabda-Mu,

iman kami semakin diteguhkan;

Dan dengan menyambut Tubuh dan Darah-Mu,

Kami dipersatukan dengan Dikau dan sesama.

Ya Roh Kudus, kami bersyukur

Melalui bimbingan-Mu

Iman kami senantiasa diperbaharui

Setiap kali merayakan Ekaristi.

Semoga Tahun Ekaristi ini

Menjadi tahun peziarahan iman bagi kami,

Sehingga kami semakin

Dipersatukan, diteguhkan dan diutus

Untuk berbagi pada sesama.

BUnda Maria, Bunda kaum beriman, doakanlah kami.

Amin.

PMKAJ Unit Selatan, Rumah Kedua bagi Mahasiswa

“Keutamaan pastoral mahasiswa adalah menjadi sahabat bagi mereka. Kesannya memang buang-buang waktu untuk ngobrol, tetapi di situlah peluang pastoralnya. Karena kebutuhan untuk itu sangat besar,” ungkap Pastor Markus Yumartana SJ. Romo Yu, demikian Markus Yumartana SJ akrab disapa, mengaku senang berada di tengah orang-orang muda. Sudah enam tahun ia bertugas mendampingi mahasiswa di unit selatan.

Serikat Jesus, sejak tahun 1979-an mulai mengakomodasi para mahasiswa Katolik Universitas Indonesia (UI) di Salemba. Jarak antara kampus UI Salemba dengan pastoran Yesuit di Kramat VII No 25 cukup dekat, sekitar satu kilometer. Mahasiswa membutuhkan kesegaran rohani, dan Serikat Jesus menganggapi kebutuhan tersebut. Bagi Serikat Jesus, peduli pada mahasiswa adalah basis strategis bagi masa depan bangsa. Rasa saling membutuhkan inilah yang semakin menciptakan lahirnya sebuah komunitas.

Sejarah paroki mahasiswa

Menurut Peter Kasenda, penulis buku “Sejarah Paroki Mahasiswa”, Paroki Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ) dimulai ketika mahasiswa tidak mau berafiliasi ke dunia politik, adanya depolitisasi kampus, Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK), dan tidak eksisnya Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) saat itu. Para mahasiswa yang tidak interest ke bidang politik, secara khusus hanya mau melakukan kegiatan yang bernuansa rohani, seperti Misa, rekoleksi, dan retret.

Ludi Sumardi, mahasiswa Fakultas Ekonomi UI angkatan 1979, memelopori Misa kampus di Aula Theresia, yang dihadiri sekitar 50 mahasiswa. Rumah Yesuit di Kramat VII menjadi basecamp.

Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ sempat mempertanyakan kehadiran kelompok ini, sehubungan dengan pemberian nama atas kelompok yang berembrio dari para mahasiswa. Apalagi, ketika mereka ingin menggunakan nama “Paroki Mahasiswa”. Namun, dalam perjalanan waktu hingga saat ini, justru nama itulah yang menjadikan kelompok ini tetap eksis. Mereka mau beraktivitas dalam wilayah kerohanian saja. Nama “Paroki Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta” dipakai hingga sekarang ini.

Perjalanan panjang membuat mereka pindah dan terpisah, antara mahasiswa yang berasal dari UI dan non-UI. Mahasiswa UI didampingi oleh pastor mahasiswa Ignatius Ismartono SJ, dan mahasiswa non-UI bersama pastor pendamping Herman Roborgh SJ. Mahasiswa non-UI pernah pindah ‘markas’ ke Pejambon dan Tebet, sebelum pada akhirnya PMKAJ dibagi per wilayah utara, selatan, timur, dan barat.

Napak tilas

Siang itu, di depan perpustakaan Wisma SJ, beberapa mahasiswa Universitas Gunadarma tampak sibuk menyusun rencana kegiatan. Mereka akan melakukan retret. “Kami akan mengadakan retret di puncak.” ucap Alexander Ragil Caesar yang menjadi Wakil Ketua Koordinator PMKAJ. “Saya merasa senang bisa aktif di PMKAJ. Di sini saya dapat berkumpul bersama saudara seiman. Kalau di kampus tidak semuanya seiman,” ungkap Belle, mahasiswi Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Gunadarma, angkatan 2009.

Selain itu, menurut Belle, PMKAJ mempunyai beberapa program tetap, seperti Misa Natal, Misa Paskah, dan Tahun Baru. Ditambah sekarang ada program menarik, yaitu napak tilas, untuk diikuti oleh seluruh unit. Acaranya adalah berjalan kaki dari wisma masing-masing menuju Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

Tujuan napak tilas ini adalah untuk menghayati kesengsaraan Yesus. Acara ini dilaksanakan pada malam Jumat Agung. Mereka berjalanan kaki dari unit masing-masing pada pukul 20.30 dan tiba di KAJ sekitar pukul 05.00 WIB. Tahun ini pesertanya mencapai 250 mahasiswa. Kedatangan mereka disambut oleh Uskup Agung Jakarta. Dalam pelaksanaannya, mereka biasanya dibantu oleh para frater dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF) Jakarta.

PMKAJ Unit Selatan memiliki wilayah jangkauan mulai dari Cikarang sampai Tangerang. Ada 13 universitas, antara lain Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Institut Sains dan Teknik Nasional, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Universitas Nasional, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Bina Sarana Informatika Depok, Presiden University Cikarang, Interstudi, dan Institut Teknologi Indonesia.

Keanggotaan PMKAJ sangat dinamis. Setiap tahun terjadi perubahan keanggotaan, karena ada yang lulus dan ada yang masuk. Jumlah mereka pun selalu berubah. Jumlah mahasiswa yang berasal dari UI sekitar 300-an. Sedangkan dari kampus lain, masing-masing berkisar 50-an mahasiswa.

Rumah kedua

Sebagian besar problem mahasiswa berakar dari keluarga. Maka, motto Spiritualitas Hospitality PMKAJ tepat sasaran. Seringkali mahasiswa menjadi tidak kerasan di rumah, setelah letih belajar di kampus. Ada baiknya jika mereka menganggap PMKAJ sebagai ‘rumah keduaku’.

“Alangkah baiknya, kalau wisma ini dianggap sebagai rumah kedua mereka setelah penat seharian kuliah,” demikian Romo Yu, Moderator PMKAJ Unit Selatan.

Dengan motto tersebut, mahasiswa lebih mudah diajak berbicara. Mereka akan mau datang serta betah dengan suasana pertemanan. “Suguhan yang baik ini sengaja diciptakan, demi terciptanya kader Katolik masa depan,” ungkap Romo Yu. Sepanjang hari di kampus, mereka sudah dibekali intelektualitas. Maka, ketika datang ke PMKAJ, hal lain yang akan mereka dapatkan adalah ‘inspirasi iman’.

PMKAJ Unit Selatan ini memang berbeda dari unit lainnya. Fasilitas yang dimiliki cukup lengkap. Ada perpustakaan dengan koleksi 8.000 buku, pendopo untuk tempat pembinaan (friendship formation), serta halaman luas dengan pepohonan yang rimbun.

Ranah pembinaan spiritual kental di PMKAJ. Harapannya, para mahasiswa ini memiliki iman Katolik dan tidak picik, hingga kelak menjadi kader Gereja serta dapat berperan di tengah masyarakat.

Meski sampai saat ini mahasiswa Katolik yang datang ke PMKAJ tidak mencapai setengahnya, segala kegiatan berjalan baik. Romo Yu tetap berharap agar yang belum pernah datang menyempatkan datang, mencicipi dan menikmati sebagai orang Katolik, serta memiliki kekuatan menatap masa depan, bukan sebuah masa depan yang suram (madesu).

Wisma SJ, yang menjadi basecamp PMKAJ Unit Selatan, terletak di sudut pertigaan Jalan Raya Margonda, Kelapa Dua, dan Universitas Indonesia. Area PMKAJ berpagar tinggi berwarna hijau, dengan pepohonan yang rindang.

Wisma SJ
Jl Margonda Raya No 531
Depok 16424, Jawa Barat
Telp 021-78887959
Angela Rianti

http://www.hidupkatolik.com/2011/09/22/pmkaj-unit-selatan-rumah-kedua-bagi-mahasiswa

ISKA & PMKRI: Advokasi GKI Yasmin

Majelis Pendamping GKI: Yasmin Alexander Paulus, Lily Wahid, Hermawi Fransiskus Taslim
Majelis Pendamping GKI: Yasmin Alexander Paulus, Lily Wahid, Hermawi Fransiskus Taslim

Beberapa organisasi massa Katolik, yaitu Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Bogor, bersama Anggota Komisi I DPR RI Lily Wahid dan Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI, Hermawi Fransiskus Taslim, melakukan advokasi ke GKI Yasmin Bogor, Jawa Barat, Minggu, 2/10.

Latest Gadget

Rombongan ini bertemu dengan Majelis Jemaat GKI Jl Pengadilan Bogor. Majelis pendamping GKI Yasmin, Alexander Paulus, mengatakan, gereja yang belum selesai dibangun ini telah mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada 2006. Namun, Walikota Bogor, Diani Budiarto, membekukan IMB pada 2008.

Hermawi Fransiskus Taslim menegaskan bahwa penyegelan dan penggembokan gereja merupakan persoalan serius. Tindakan ini adalah pengkhianatan terhadap Pancasila.

Lily Wahid berjanji akan menindaklanjuti temuan-temuan di lapangan sebagai bahan rapat kerja di Komisi I DPR RI.

http://www.hidupkatolik.com/2011/11/03/bogor-jawa-barat-advokasi-gki-yasmin

Semangat Fransiskus di Paroki Tebet

“Semangat Fransiskus Asisi yang berciri khas persaudaraan, cinta lingkungan, dan cinta sesama menjiwai pelayanan kami di paroki, yakni pendidikan, kesehatan, dan pelayanan lainnya. Dari kedalaman hati, kami mengusahakan semuanya ini.” Optimisme ini ditegaskan Pastor Paroki St Fransiskus Asisi Tebet, Jakarta Selatan, Heribertus Samuel OFMCap (47) saat ditemui Rabu, 3/8. Ia menambahkan, spiritualitas Santo Fransiskus Asisi harus dinyatakan.

“Selain mendirikan paroki, kita juga mendirikan sekolah dan balkesmas sehingga warga sekitar sungguh merasakan pelayanan kami yang bersemangat Fransiskus Asisi. Kita tidak hanya menyandang nama, tetapi berusaha mewujud-nyatakan semangatnya,” imbuhnya.

Tentang persaudaraan, pastor yang merayakan 25 tahun hidup membiara pada Senin, 1/8, ini menekankan bahwa persaudaraan yang digalakkan adalah persaudaraan yang tidak inklusif, tetapi eksklusif yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar.

“Contoh konkret di Balkesmas, warga sekitar yang bukan Katolik juga berobat dengan subsidi dari paroki. Di sinilah letak keberpihakan kita. Kita menerima siapa saja,” urai pastor asal Sanggau, Kalimantan Barat ini.

http://www.hidupkatolik.com/2011/09/23/st-fransiskus-asisi-semangat-fransiskus-di-paroki-tebet

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?