Home Blog Page 146

Surat Keluarga Januari 2012

BUNYIKAN TEROMPET KASIH

Terompet yang satu berbunyi anggun dan mantap

Yang lain terasa enggan dan lemah

Yang lain lagi penuh ambisi yang mengganggu kedamaian

Dan sebagian lagi tidak tahu apa yang harus dibunyikan..

Setiap keluarga mempunyai terompetnya

Menyuarakan bunyi istimewa dari pengalaman sucinya

Pengalaman akan Allah yang sedang membuat lagu-lagu cinta

Atau pengalaman sendiri yang bersuara parau dan sepi

Buatlah terompetmu bersama-sama

Entah parau, entah merdu, ciptakanlah bersama

Karena berdua selalu lebih baik daripada sendirian

Supaya suaranya saling melengkapi

Tak ada yang tidak beruntung tahun ini

Sebab kesedihan tak pernah dirancangkan

Yang ada hanyalah kebodohan yang direncanakan

Dengan mengabaikan Pencipta yang setiap hari bersama kita

Masih dengan suara terompet kasih-Nya.

 
_________________________________
 
Keluarga keluarga terkasih,

Perkenankanlah saya mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2012 untuk Anda semua di seluruh KAJ. Tahun 2011 sudah berganti, saatnya kita menciptakan pengalaman baru di tahun baru 2012 bersama seluruh keluarga kita. Tahun baru yang menjelang semoga membawa pengalaman-pengalaman yang semakin berarti dan baik bagi seluruh keluarga kita dengan harapan-harapan yang terus menerus diwujudkan dalam cinta kasih dan kebersamaan yang membawa kegembiraan bersama.

Kebiasaan banyak orang untuk menghabiskan waktu menjelang tahun baru dalam pesta dan perayaan memang membawa perasaan gembira tersendiri. Kita ingin momen detik-detik awal di tahun baru memberi kita start atau awal yang baru yang menyemangati. Kita ingin awal tahun diwarnai sukacita, dengan harapan sepanjang tahun membawa warna yang sama. Akan tetapi, di setiap akhir tahun, kabar yang kita dengar banyak kali justru kebalikannya. Begitu banyak keprihatinan yang muncul. Kita masih mengakhiri tahun-tahun dengan beberapa keluhan dan bahkan berita penderitaan saudara-saudara kita yang miskin dan terpinggirkan. Berita-berita perceraian, perselingkuhan, dan kegagalan rumah tangga juga tak sedikit kita ketahui.

Belum lagi di dalam keluarga-keluarga kita sendiri. Keprihatinan sepanjang tahun tentu menjadi refleksi/permenungan kita. Barangkali, masih tersisa beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan; luka-luka dari relasi dan kerjasama yang gagal; masalah keuangan yang sempat membawa keruwetan; atau rencana-rencana yang belum terealisasi dan membuat “hutang pekerjaan” tentu juga membawa beban tersendiri. Akan tetapi, semua itu mau atau tidak harus ditinggalkan dan kita harus menjalani tahun baru dengan cerita yang baru juga.

Awal tahun menjadi semangat yang akan mewarnai sepanjang tahun yang baru ini. Awal tahun akan lebih baik jika diisi dengan optimisme yang realistis sekaligus resolutif bagi hidup kita. Kalau tahun-tahun yang lalu kita rasakan kurang membahagiakan, bukan berarti Tuhan tidak berpihak, melainkan barangkali kita yang perlu mengusahakannya dengan lebih disiplin. Bersama seluruh keluarga, dan tentu saja bersama iman kita kepada Yesus Kristus, semua usaha pembaruan kita akan lebih berarti. Memikirkan hal-hal yang berharapan baik tentu merupakan perwujudan iman juga, bukan?

Seorang Bapak mengatakan di tahun baru akan mulai membuat papan tulis yang akan diisi informasi ke mana ia, isteri, dan anak-anak pergi dan kapan akan pulang lengkap dengan jam dan tanggalnya. Semula saya tersenyum, mengingat kebiasaan menulis kepergian yang biasa dilakukan di semua seminari dan biara kami. Sekarang, ada seorang kepala keluarga awam mau menerapkan kebiasaan itu, saya menjadi kagum. Ternyata ada juga keluarga-keluarga yang mau menertibkan hidup keluarganya dengan hal-hal yang “baru”. Bapak itu mengatakan, usaha ini sekedar mengurangi pertengkaran yang disebabkan kecurigaan dan ketidaktahuan di dalam keluarga karena kurangnya informasi. Suatu usaha yang menarik..!

Keluarga-keluarga di Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih, kita tentu tidak boleh melupakan tahun ini sebagai tahun kita memperdalam pengetahuan dan menjalankan hidup yang Ekaristis. Persatukanlah setiap perjuangan hidup keluarga kita bersama perayaan-perayaan Ekaristi bersama. Dengan perayaan bersama, Allah akan semakin dilibatkan dan dibiarkan ikut campur tangan mengelola keluarga-keluarga kita. Dengan kekuatan dari roti dan anggur Tuhan Kita, semoga kita semakin berani memulai tahun ini dengan sesuatu yang baru yang membawa kita pada pengalaman yang lebih baik. Akhirnya, kita berharap, akhir tahun nanti, kita dapat mendengar kabar-kabar baik dan keberhasilan yang lebih membawa rasa syukur akan penyertaan Tuhan.

 Salam dan doa saya dalam Yesus, Maria, dan Yusuf
Alexander Erwin Santoso MSF
 

PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI: Hari Perdamaian Sedunia Januari 2012

Dalam Rangka Perayaan Hari Perdamaian Sedunia Januari 2012

MENDIDIK KAWULA MUDA DENGAN KEADILAN DAN DAMAI
1. Permulaan sebuah tahun baru, yang adalah pemberian Tuhan pada kemanusiaan, mendorongku untuk menyebarkan pada semua, hasrat hatiku yang baik dengan penuh keyakinan dan perasaan. Masa yang ada di hadapan kita sekarang ini mungkin ditandai dengan keadilan dan damai secara kongkrit.Dengan sikap yang bagaimanakah kita menyongsong tahun baru itu? Kita menemukan sebuah gambaran yang indahdalam kitab Mazmur 130. Pemazmur mengatakan bahwa orang yang beriman menunggu Tuhan “lebih dari penjaga menantikan fajar” (ayat 6). Mereka menunggunya dengan harapan yang teguh karena mereka tahu bahwa dia akan membawa cahaya, belas kasih, dan keselamatan.
Penantian ini lahir dari pengalaman bangsa yang terpilih, yang menyadari bahwa Allah mengajar mereka untuk memandang dunia dalam kebenarannya dan tidak dikuasai oleh goncangan-goncangan. Saya mengundangmu untuk menatap tahun 2012 dengan sikap kepasrahan yang penuh keyakinan. Adalah tepat bahwa tahun yang sedang berakhir telah ditandai oleh rasa frustasi yang memuncak terhadap krisisyang datang mencekam masyarakat, dunia perburuhan dan ekonomi, sebuah krisis yang akarnya yang utama adalah bersifat budaya dan antropologis. Tampaknya seolah-olah ada sebuah bayangan telah melingkupi masa kita, mencegah kita untuk melihat dengan jelas terang dari hari itu.
Namun dalam bayangan ini, hati manusiawi kita terus menunggu fajar yang diucapkan oleh pemazmur itu. Karena harapan itu sangat kuat dan terbukti terutama di kalangan orang muda. Pikiranku mengarah pada mereka dan pada sumbangan yang dapat dan harus mereka buat kepada masyarakat. Karena itu saya ingin mengkhususkan pesan ini dalam rangka Hari Damai Se-dunia yang XVI pada tema pendidikan:“Mendidik Kawula Muda dengan Keadilan dan Damai.” Dengan suatu keyakinan kawula muda, dengan idealisme dan kegairahannya, dapat menawarkan sebuah harapan baru kepada dunia.
Pesan saya juga dialamatkan pada orangtua, keluarga dan semua yang terlibatdalam bidang pendidikan dan pembentukan. Juga saya sampaikan kepada pemimpin-pemimpin dalam aneka lingkungan agama, masyarakat, politik, ekonomi dan hidup yang berbudaya danpemimpin-pemimpin dalam media. Pemerhatian kepada kawula muda dan kepedulian-kepedulian mereka, kemampuan untuk mendengardan menghargai mereka bukanlah semata sebagai sesuatu yang bijaksana. Ini juga menampilkan suatu kewajiban utama untuk masyarakat secara keseluruhan demi pembangunan masa depan darikeadilan dan damai.
Hal ini menyangkut pengkomunikasian kepada kawula muda sebuah penghargaan terhadap nilai-nilai positif dari hidup dan membangkitkan dalam diri mereka sebuah keinginan untuk mengisi hidup dengan pelayanan kepada Sang Kebaikan itu. Ini adalah tugas yang melibatkan masing-masing kita secara pribadi. Kepedulian yang diungkapkan dalam masa sekarang ini oleh banyak kawula muda seluruh dunia menunjukkan bahwa mereka berkehendak untuk menatap masa depan dengan pengharapan yang teguh. Pada saat ini, mereka sedang mengalami keprihatinan tentang banyak hal. Mereka ingin menerima suatu pendidikan yang menyiapkan mereka untuk dapat secara penuh berhubungan dengan dunia nyata. Mereka melihat betapa sulit untuk membentuk sebuah keluarga dan menemukan pekerjaan yang stabil. Mereka mempertanyakan apakah mereka dapat sungguh memberikan sumbangan kepada kehidupan politis, budaya dan ekonomi agardapat membangun suatu masyarakat dengan wajah yang lebih manusiawi dan penuh persaudaraan. Adalah penting bahwa idealisme yang menggelisahkan dan mendasar ini menerima perhatian yang sepantasnya pada setiap tingkat masyarakat. Gereja menatap kepada kawula muda dengan harapan dan keyakinan. Gereja menyemangati mereka mencari kebenaran, membela kebaikan umum, membuka diri pada dunia sekitar mereka dan berkeinginan melihat “hal-hal yang baru” (Yes 42:9 ; 48:6).
Para Pendidik
2.   Pendidikan adalah suatu petualangan yang sangat menarik dan sulit dalam hidup. Pendidikan – berasal dari bahasa Latin “educere” – yang berarti menuntun kawula muda untuk bergerak melampaui diri mereka sendiri dan memperkenalkan mereka dengan kenyataan, kepada suatu kepenuhan yang membawa pada suatu pertumbuhan. Proses ini didukung oleh pertemuan dari kedua kebebasan itu, dari yang dewasa dan dari yang muda. Hal ini menyerukan suatu tanggungjawab pada pihak yang belajar, yang harus terbuka pada bimbingan ke pengetahuan akan realitas, dan pada pihak pendidik,yang harus siap untuk memberi diri mereka sendiri.
Untuk alasan ini, masa kini kita lebih memerlukan kesaksian yang otentik lebih dari sebelumnya, dan tidak begitu saja membungkus peraturan dan fakta. Kita memerlukan saksi-saksi yang mampu melihat lebih jauh dari pada yang lain karena hidup mereka berwawasan jauh lebih luas. Saksi adalah seorang yang pertama menghidupi kehidupan itu dan dia mengajukannya pada orang-orang lain.
Dimanakah pendidikan keadilan dan damai yang tepat berlangsung? Pertama, dalam keluarga, karena orangtua adalah pendidik yang pertama. Keluarga adalah sel utama dari masyarakat “Dalam keluargalah anak-anak belajar nilai-nilai manusiawi dan kristiani yang memungkinkan mereka untuk hidup berdampingan secara konstruktif dan damai. Dalam keluarga mereka mempelajari solidaritas di antaragenerasi, hormat pada peraturan, pengampunan dan bagaimana menyambut orang lain.” Keluarga adalah sekolah pertama yang di dalamnya kita dilatih dengan keadilan dan damai.
Kita sedang hidup dalam dunia di mana keluarga-keluarga, dan hidup itu sendiri, terus menerus terancam dan tercerai-beraikan. Kondisi kerja yang sering tidak dapat terdamaikan dengan tanggungjawab-tanggungjawab keluarga, kecemasan-kecemasan akan masa depan, kehingar-bingaran langkah hidup, kebutuhan yang sering-sering untuk berpindah untuk memastikan kehidupan yang memadai, untuk menyatakan tidak akan bertahan hidup saja – semua ini membuat susah untuk memastikan bahwa anak menerima harta yang paling berharga yaitu kehadiran orangtua. Kehadiran ini membuat mungkin untuk berbagi secara lebih mendalam dalam perjalanan hidup dan menyampaikanpengalaman-pengalaman dan keyakinan-keyakinan yang diperoleh sepanjang tahun, pengalaman-pengalaman dan keyakinan-keyakinan yang hanya dapat dikomunikasikan dengan menghabiskan waktu bersama. Saya mau mendesak para orangtua untuk tidak menumbuhkankekerdialan hati! Semoga mereka menyemangati anak-anak dengan teladan hidup mereka dengan menaruh harapan mereka dalam Allah di atas segalanya yang lain, satu sumber dari keadilan dan damai yang otentik.
Saya juga ingin menyampaikan sepatah kata pada mereka yang bertugas dalam institusi pendidikan; dengan sebuah tanggungjawab yang besar semoga mereka menjamin martabat setiap orang selalu dihormati dan dihargai. Biarlah mereka peduli bahwa setiap orang muda mampu untuk menemukan panggilannya sendiri-sendiri dan membantu mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan. Semoga mereka meyakinkan kembali keluarga-keluarga bahwa anak-anak mereka dapat menerima sebuah pendidikan yang tidak bertentangan dengan suara hati dan prinsip religius mereka.
Setiap pengaturan pendidikan dapat menjadi sebuah tempat akan keterbukaan kepada hal yang ilahi dan orang-orang lain. Ini sebuah tempat untuk dialog, kelekatan dan mendengar dengan penuh perhatian, di mana kawula muda merasa dihargai karena kemampuan pribadimereka dan kekayaan-kekayaan batiniah dan dapat belajar untuk menghargai saudara-saudarinya. Semoga kawula muda diajari untuk menikmati sukacita yang datang dari praktek-praktek belas kasih sehari-hari dan rasa belas kasihan terhadap orang-orang lain dan dariketerlibatan dalam pembangunan masyarakat yang lebih manusiawi dan bersaudara. Saya meminta pemimpin-pemimpin politis untuk menawarkan bantuan kongkrit kepada keluarga-keluarga dan institusi-institusi pendidikan dalam praktek hak dan kewajiban mereka untuk mendidik. Dukungan yang kuat tidak pernah bisa kurang kepada orangtua dalam tugas mereka. Biarlah mereka berkeyakinan bahwa tidak seorang pun dilarang untuk jalan masuk ke pendidikan. Dan bahwa keluarga-keluarga dapat dengan bebas memilih struktur-strukturpendidikan yang mereka kira sesuai untuk anak-anak mereka. Biarlah mereka melibatkan diri pada penyatuan kembali keluarga-keluarga yang terpisah karena kebutuhan hidup. Biarlah mereka memberi kawula muda sebuah gambaran politik yang transparan sebagai suatupelayanan yang tulus kepada kebaikan semua orang.
Saya tidak bisa juga gagal untuk menyerukan kepada dunia media untuk menawarkan sumbangan mereka sendiri untuk pendidikan. Dalam masyarakat masa kini alat media mempunyai peranan khusus. Mereka bukan hanya memberikan informasi tetapi juga membentuk pemikiran dari pembaca-pembaca, dan dengan demikian mereka dapat memberikan sebuah sumbangan yang berarti kepada pendidikan orang-orangmuda. Perlu untuk tidak pernah lupa bahwa hubungan antara pendidikan dan komunikasi sangat dekat sekali. Pendidikan berlangsung melalui komunikasi, yang mempengaruhi, demi yang lebih baik atau lebih buruk, pembentukan orang-orang.
Kawula muda juga butuh untuk mempunyai keberanian untuk hidup dengan standard hidup yang sama tingginya yang mereka siapkan untuk orang lain. Ada sebuah tanggung jawab yang besar. Semoga mereka menemukan kekuatan untuk membuat penggunaan yang baik dan bijaksana dari kebebasan mereka. Mereka juga bertanggungjawab untuk pendidikan mereka, termasuk pendidikan keadilan dan damai.
Mendidik dalam kebenaran dan kebebasan
3.    St. Agustinus bertanya suatu waktu: “Quid enim fortius desiderat anima quam veritatem – Apakah yang lebih mendalam diinginkan manusia selain dari kebenaran? Wajah manusiawi dari sebuah masyarakat sangat tergantung pada sumbangan pendidikan untuk tetapmembuat pertanyaan yang tidak dapat ditahan ini hidup. Tentu pendidikan peduli dengan pembentukan menyeluruh manusia, termasuk dimensi moral dan spiritual, yang berfokus pada tujuan manusia dan kebaikan dari masyarakat yang padanya ia berada. Karena itu, supaya dapat mendidik dalam kebenaran, adalah perlu pertama dan terutama untuk mengetahui siapakah manusia itu, mengetahui kodrat manusia. Dengan mengkontemplasikan dunia sekitarnya, pemazmur merefleksikan, ”Ketika saya melihat langit, karya buah tanganmu, bulan dan bintang yang Kau atur, apakah manusia sehingga kau perhatikan, manusia yang dapat mati sehingga kau memperhatikannya?” (Mzm8:4-5). Ini adalah pertanyaan fundamental yang harus dipertanyakan. Siapakah manusia? Manusia adalah suatu mahluk yang menanggung di hatinya suatu kehausan akan sesuatu yang tidak terbatas, suatu kerinduan akan kebenaran – suatu kebenaran yang tidak sebagian tetapi mampu untuk menjelaskan makna kehidupan. Karena dia diciptakan dalam gambaran dan keserupaan dengan Allah. Pengakuan syukur bahwa hidup adalah hadiah yang tidak ternilai, kemudian membawa kepada penemuan akan martabat yang mendalam dari diri seseorang dan ketidakmampuan pelecehan terhadap setiap pribadi. Karena itu langkah pertama dalam pendidikan adalah belajar untuk mengenal gambaran pencipta di dalam diri manusia, dan selanjutnya belajar untuk memiliki hormat yang mendalam terhadap semua mahluk manusia dan menolong mereka untuk menghidupi suatu kehidupan yang sesuai dengan martabat yang agung ini. Kita seharusnya tidak pernah lupa bahwa “perkembangan manusia yang otentik menyangkut keseluruhan dari orang itudalam setiap dimensi”. Termasuk di dalamnya dimensi transenden, dan bahwa orang tidak dapat dikurbankan demi mencapai sebuah kebaikan khusus, apakah ini berupa ekonomi atau sosial, individu atau kolektif.
Hanya dalam hubungan dengan Allah manusa sungguh sampai pada pengertian juga tentang makna dari kebebasan manusiawi. Ini adalah tugas dari pendidikan untuk membentuk orang dalam kebebasan otentik. Ini bukan berarti ketidakhadiran pembatasan atau keagungan kehendak bebas, ini bukan keabsolutan diri.
Ketika manusia percaya dirinya absolute, untuk tidak tergantung pada suatu apa pun dan seorang pun, untuk mampu melakukan apa saja yang dia mau, dia berakhir pada perlawanan terhadap kebenaran dari keberadaan dirinya sendiri dan menyerahkan kebebasannya.Sebaliknya, manusia adalah mahluk yang berelasi, yang hidup di dalam hugungan dengan orang lain dan khususnya dengan Allah. Kebebasan yang otentik tidak akan pernah dapat dicapai secara bebas dari Allah.
Kebebasan adalah sebuah nilai yang berharga, tetapi rapuh; hal ini dapat disalahmengerti dan disalahgunakan. “Saat ini,  halangan yang tersembunyi yang khusus pada tugas pendidikan adalah kehadiran yang kuat di dalam masyarakat dan budaya akan relativisme yang,mengakui tidak suatu pun definitif, meninggalkan kriteria yang paling akhir hanya pada diri dengan segala keinginannya. Dengan cara pandang relativistik seperti itu, maka pendidikan yang sungguh tidak mungkin tanpa cahaya kebenaran; cepat atau lambat, setiap orangnyatanya akan terjerumus pada keraguan akan kebaikan dari hidupnya sendiri dan hubungan-hubungan yang darinya kebaikan itu terkandung, keabsahan dari komitmennya untuk membangun bersama dengan orang lain sesuatu yang sama secara umum”
Untuk melaksanakan kebebasannya, maka manusia bergerak melampaui cara pandang relativistik dan sampai pada pengetahuan akan kebenaran tentang dirinya sendiri dan kebenaran tentang yang baik dan yang jahat. Jauh di dalam hatinuraninya, manusia menemukan sebuah hukum yang tidak ditempatkan diatas dirinya tetapi yang dia harus patuhi. Suara hukum itu memanggilnya untuk mencintai dan melakukan apa yang baik, dan mencegah apa yang jahat dan bertanggungjawab atas hal yang baik yang dia lakukan dan yang jahat yang dia perbuat. Jadi pelaksanaan kebebasan dihubungkan erat dengan hukum moral kodrati, yang adalah bersifat universal, yang mengungkapkan martabat setiap orang dan membentuk dasar dari hak manusiawi yang hakiki dan kewajiban. Sebagai akibatnya, dalam analisa akhir, hal ini membentuk dasar untuk keberadaan bersama yang adil dan damai.
Maka penggunaan yang tepat akan kebebasan adalah pusat dari promosi keadilan dan damai, yang membutuhkan rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, termasuk mereka yang cara hidupnya berbeda sekali dengan seorang yang lain. Sikap ini menimbulkan unsur-unsur yang tanpa keadilan dan damai tinggal hanya isapan jempol tanpa isi: saling percaya, kemampuan untuk berpegang pada dialog yang membangun, kemungkinan akan pengampunan, yang setiap orang terus ingin menerima tetapi menemukan kesulitan untuk menganugerahkannya, saling berbelaskasih, rasa kasihan terhadap yang lemah, juga kesediaan untuk membuat pengorbanan-pengorbanan.
Mendidik dalam keadilan
4.  Dalam dunia kita ini, meskipun di dalamnya pengakuan akan tekad-tekad yang baik, nilai dari orang, dari martabat manusiawi dan hak-hak manusiawi sungguh terancam oleh menyebarnya kecenderungan untuk kembali secara tertutup pada kriteria kegunaan, untung,kepemilikan materi, adalah perlu untuk tidak melepaskan konsep keadilan dari akar-akar transendennya. Sungguh, keadilan bukan hanya semata sebuah kesepakatan manusiawi, karena apa yang adil, pada akhirnya bukan ditentukan oleh hukum positif, tetapi oleh identitas yangmendalam dari manusia. Inilah pandangan menyeluruh dari manusia yang menyelamatkan kita dari kejatuhan pada sebuah konsep keadilan yang berdasarkan pada perjanjian. Ini memampukan kita untuk menempatkan keadilan dalam cara pandang dari solidaritas dan cinta. Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa beberapa arus dari budaya modern, yang dibangun atas rationalis dan prinsip-prinsip ekonomi yang individualis, telah memotong konsep keadilan dari akar transendensinya, melepaskannya dari belaskasih dan solidaritas.
’Kota dunia’ dipromosikan bukan hanya dengan hubungan-hubungan akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban, tetapi pada suatu hal yang bahkan lebih besar dan mendasar yang dikembangkan dengan hubungan-hubungan akan rasa syukur,belas kasih dan kesatuan. Kemurahan hati selalu menampakkan cinta Allah dalam hubungan manusiawi juga. Ini memberi nilai teologis dan penyelamatan kepada semua ketekadan akan keadilan di dunia”. “Terpujilah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6). Mereka akan puas karena mereka lapar dan haus akan hubungan-hubungan yang benar dengan Allah, dengan diri mereka sendiri, dengan saudara dan saudari mereka, dan dengan semua ciptaan.
Mendidik dalam damai
5.    “Damai bukanlah semata ketidakhadiran perang, dan tidak terbatas pada pemeliharaan sebuah keseimbangan kekuatan di antara musuh-musuh. Damai tidak dapat dicapai di bumi tanpa penjagaan yang aman dari hal-hal yang baik dari manusia, komunikasi yang bebas di antara manusia, hormat terhadap martabat orang-orang dan bangsa-bangsa, dan praktek yang tekun akan persaudaraan.”
Kita, kristiani, percaya bahwa Kristus adalah damai kita yang sesungguhnya: di dalamnya, lewat salib-Nya, Allah telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri dan telah menghancurkan tembok pemisah yang menceraikan kita satu sama lain (konfr. Ef 2:14-18). Dalam dia, ada, hanya satu keluarga yang telah didamaikan dalam cinta.
Namun damai bukanlah semata sebuah pemberian untuk diterima. Ini juga suatu tugas yang perlu dijalankan. Agar kita menjadi pembuat-pembuat perdamaian, kita harus mendidik diri kita sendiri dalam rasa belas kasih, solidaritas, kerjasama, persaudaraan, aktif dalam komunitas dan peduli untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu nasional dan internasional dan pentingnya mencari mekanisme yangmemadai untuk pembagian kembali kemakmuran, promosi dari pertumbuhan, kerjasama untuk pengembangan dan pemecahan konflik. “Terpujilah orang-orangyang membuat damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”, seperti Yesus katakan dalam kotbah di bukit (Mat 5: 9).
Damai bagi semua adalah buah dari keadilan bagi semua, dan tidak seorang pundapat melalaikan tugas mendasar ini untuk mempromosikan keadilan, seturut bidang kemampuan dan tanggungjawab khusus seseorang. Kepada kawula muda, yang memiliki kelekatan yang kuat dengan idealisme, saya menyebarkan undangan khusus untuk menjadi sabar dan gigih dalam mencari keadilan dan damai, dalam mengolah rasa dari apa yang adil dan benar, bahkan ketika itu melibatkan pengorbanan dan berenang melawan arus.
Mengarahkan mata orang pada Allah.
Sebelum tantangan yang sulit dari menjalani langkah-langkah keadilan dan damai, kita mungkin tergoda untuk bertanya, dalam kata-kata pemazmur: “Saya mengarahkan pandanganku kegunung: dari mana akan datang pertolonganku?” (Mzm 121:1).
Kepada semua, khususnya kawula muda, saya ingin mengatakan secara emphaty: “bukanlah ideologi-ideologi yang menyelamatkan dunia, tetapi hanya sebuah pertobatan kepada Allah yang hidup, pencipta kita, penjamin dari kebebasan kita, penjamin dari apa yang sungguh baik dan benar…. Sebuah pertobatan tanpa syarat kepada Allah yang adalah ukuran akan hal yang baik dan yang sekaligus adalah cinta yangsejati. Dan apa yang dapat memisahkan kita dari cinta?” Cinta bersukacita dalam kebenaran, ia adalah kekuatan yang memungkinkan kita untuk sebuah komitmen kepada kebenaran, keadilan, damai, karena cinta itu mengemban semua hal, percaya semua hal, berharap pada semu hal, menanggung semua hal (Konfr. I Kor 13:1-13).
Kawula muda terkasih, kamu adalah hadiah berharga untuk masyarakat. Jangan menyerah pada keputusasaan berhadapan dengan kesulitan dan jangan mengabaikan dirimu sendiri pada pemecahan-pemecahan yang salah yang sering kelihatan menjadi cara yang paling gampang untuk mengatasi masalah-masalah. Jangan takut membuat komitmen, untuk menghadapi kerja keras dan pengorbanan, untuk memilih langkah-langkah yang membutuhkan kesetiaan dan kesinambungan, kerendahan hati dan dedikasi. Yakinlah dengan kemudaanmu dan keinginannya yang mendalam untuk kebahagiaan, kebenaran, keindahan dan cinta yang asali! Hidupilah secara penuh waktu ini dalam hidupmu yang begitu kaya dan penuh dengan antusiasme. Sadarilah bahwa kamu sendiri adalah sebuah teladan dan inspirasi bagi orang-orang dewasa, bahkan lebih lagi sampai pada tahap bahwa engkau mencari jalan mengatasi ketidakadilan dan korupsi dan berusaha membangun sebuah masa depan yang lebih baik. Sadarlah akan potensimu; jangan pernah menjadi berpusat pada diri tetapi bekerja untuk masa depan yang lebih cerah untuk semua orang. Kamu tidak pernah sendiri. Gereja meyakinimu, mengikutimu, menyemangatimu dan inginmenawarkan padamu suatu hadiah berharga yang dia miliki: kesempatan untuk mengarahkan matamu kepada Allah, untuk bertemu dengan Yesus Kristus, yang dirinya sendiri adalah keadilan dan damai. Pada semua pria dan wanita seluruh dunia, yang peduli akan penyebabdamai: damai bukanlah sebuah rahmat yang telah diperoleh, tetapi sebuah tujuan yang padanya setiap dan semua kita harus bercita-cita. Marilah melihat dengan harapan yang lebih besar ke masa depan; marilah kita saling menyemangati satu sama lain dalam perjalanan kita; marilah kita bekerjasama untuk memberi wajah yang lebih manusiawi dan bersaudara kepada dunia kita; dan marilah merasakan suatutanggungjawab bersama terhadap generasi-generasi yang sekarang dan yang akan datang, khususnya dalam tugas untuk melatih mereka menjadi orang pembawa damai dan pembangun damai. Dengan pemikiran-pemikiran ini saya menawarkan refleksi-refleksi saya dan saya menyerukan kepada setiap orang: marilah menyatukan sumber-sumber spiritual, moral dan material untuk tujuan yang besar “mendidik kawula muda dengan keadilan dan damai”.
Dari Vatikan, 8 Desember 2011.
Diterjemahkan oleh Team JPIC KapusinMedan, dari
MESSAGE OF HIS HOLINESS
POPE BENEDICT XVI
FOR THECELEBRATION OF THE
WORLD DAY OFPEACE 1 JANUARY 2012

UMAT PARUNG Diancam, Tidak Boleh Merayakan NATAL

Tampaknya Bogor menjadi sebuah wilayah yang semakin tak menjunjung azas Bhineka Tunggal Ika. Kalau di Kota Bogor ada penyanderaan terhadap GKI Yasmin oleh Walikota, sedangkan di Kabupaten Bogor Bupati menyandera Gereja Katolik  St. Johannes Babtista, Keuskupan Bogor di Parung.

Sudah sejak 2007 lalu umat katolik St. Joannes Babtista mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan gereja di Parung. Tetapi hingga kini belum ada titik terang. ”Kami terpaksa perbaharui lagi permohonan itu tahun ini,” ungkap Hendrik dewan paroki Parung. Bahkan pada 2010 Bupati mengeluarkan SK No.453.2/556-Huk tentang Penghentian Seluruh Kegiatan Gereja Katolik Paroki St. Babtista Parung.

Nah menjelang Natal 2011 ini, ada pihak yang mengatasnamakan umat muslim Parung yang tegas mengatakan akan mengawal pelaksanaan SK Bupati itu. Lewat spanduk bertuliskan : “Kami Masyarakat Muslim Parung Mendukung dan Akan Mengawal SK Bupati Nomor: 453.2/556-Huk Perihal: Penghentian Seluruh Kegiatan Gereja Katolik Paroki Santo Babtista Parung”.

Bahkan hari ini 22 Desember 2011 sekelompok anak dari Forum Komunikasi Remaja Masdjid (FKRM) berunjuk rasa di depan kantor Bupati Bogor menuntut agar isi SK dimaksud dilaksanakan. ”Kebetulan kami sedang menghadap Bupati hari ini untuk menyampaikan aspirasi kami. Syukur Pak Bupati sudah mulai lebih bijaksana dari pada waktu sebelumnya. Karena itu dia mengusulkan agar umat Gereja Katolik St. Johannes Babtista merayakan natal tahun ini di lapangan Perumahan Telaga Kahuripan. Tetapi kami akan minta pendapat dari Bapak Uskup dulu,” jelas Hendrik.

Lebih jauh Hendrik mengatakan bahwa sebenarnya umat keberatan kalau harus merayakan Natal di Telaga Kahuripan. ”Sebab kenyataannya warga sekitar tanah gereja baik RT maupun RW dan juga warga dari 13 Desa di Parung tidak menginginkan kami pindah dari lokasi itu. Lalu siapa sebenarnya yang keberatan? Ya orang dari luar wilayah,” tandas Hendrik.

Kenyataan itu dibuktikan dengan jumlah spanduk yang terpasang. ”Kami ketahui bahwa sebenarnya ada 23 lebih spanduk yang sama yang telah dicetak, tetapi hanya empat spanduk yang berhasil dikibarkan. Selebihnya ditolak oleh warga setempat. Spanduk itu telah seminggu terpampang,” tandas Hendrik.

Gereja St. Johannes Babtista yang ingin dibangun oleh umat katolik Parung ini sudah mulai mengurus IMB sejak 2007 lalu. Rencananya gereja itu dibangun di atas lahan seluas 7.960 m2 dengan bangunan gereja seluas 896 m2.

Tampaknya aksi pelarangan perayaan natal ini telah mendapat tanggapan sangat luas.  Rm. Markus Solo, Sekretaris Konggregasi Hubungan Antar Umat Beragama kawasan Asia Dewan Kapausan sangat menyayangkan hal ini. ”Kita adalah berasaskan kebhinekaan. Hendaknya pemerintah memberi perhatian akan pelanggaran akan kebebebasan beragama ini,” ungkapnya.

Bahkan Ismail Hasani, peneliti Setara Institute mengatakan pesan toleransi yang selama 2011 telah 19 kali diungkapkan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tidak meninggalkan bekas.  “Bahkan sekadar menegur seorang wali kota yang melakukan pembangkangan hukum sekali pun,” ujar Hasani, dalam Refleksi Akhir Tahun Kondisi Kebebasan Beragama dan Hak Asasi Manusia 2011, di Jakarta, Senin (19/12).
Setara Institute mencatat, selama  2011 telah  terjadi 244 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan yang mengandung 299 bentuk tindakan kekerasan. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan adalah tiga provinsi dengan tingkat pelanggaran paling tinggi.

Sonar Sihombing

NATAL yang Menghijau

Ini dia sedikit tips 10 cara untuk anda yang merayakan Natal  dan membuat perayaan ini menjadi sesuatu yang menjadi berkah untuk kita dan alam, karena Natal tidak seharusnya mengorbankan kelestarian Bumi kita.
(diambil dari artikel “Cara Merayakan Natal yang ramah untuk Bumi” di http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/cara-merayakan-natal-yang-ramah-untuk-bumi/blog/31483/)

1.      Jangan lupa untuk mematikan kegemerlapan lampu pohon Natal ketika kamu tidak berada di dekatnya. Lampu menghabiskan sekitar 15 % dari kebutuhan listrik rumah tangga dan lampu pohon natal yang ditinggalkan menyala selama 10 jam per hari dan selama 12 hari berturut-turut akan meninggalkan jejak karbon yang cukup besar.

2.      Diperkirakan sekitar 1,7 milliar kartu natal dikirim setiap tahunnya hanya di Inggris, belum seluruh dunia. Secara kasar itu setara dengan 200.000 pohon untuk membuatnya- dan berapa banyak dari kartu itu yang hanya dibuang setelah perayaan dan libur Natal?  Jadi, cobalah untuk mengirim kartu ucapan Natal dari kertas atau bahan daur ulang, dengan sedikit daya kreatif dan usaha, kamu juga pasti bisa membuatnya sendiri, dan akan menjadi lebih berkesan. Atau coba kirimkan kartu elektronik seperti yang kami lakukan. Dan setelah hari besar berlalu, pastikan itu tidak terbuang sia sia, simpan baik bai, kumpulkan dan daur ulang kembali menjadi kertas yang bisa kamu gunakan lagi.

3.       Gunakan kertas daur ulang sebagai pembungkus kado. Dibutuhkan 1,3 kg batubara untuk memproduksi 1 kg kertas pembungkus dan menghasilkan emisi sekitar 3,5 kg CO2- belum termasuk jejak karbon akibat proses transportasi dan pengapalan yang dibutuhkan hingga bisa sampai ke tangan kita. Tahun ini kenapa tidak membungkus dengan menggunakan majalah atau koran bekas saja?

4.      Lilin,

Lilin paraffin dibuat dari residu minyak bumi, jadi tidak akan memberikan kebaikan apapun bagi kesehatan kamu dan keluarga, kecuali untuk cahaya kecilnya. Lilin yang terbuat dari minyak kedelai, atau lilin yang terbuat dari bahan alam atau tumbuhan lebih baik untuk kamu gunakan karena mudah terurai dan berkelanjutan, bebas asap, dan tentunya lebih ramah lingkungan.

5.      Hiasi gerbang rumahmu dengan tanaman asli, bukan imitasi.

Daripada menghabiskan uang untuk hiasan Natal yang artificial yang tidak akan bisa didaur ulang dengan cepat, lebih baik gunakan tumbuhan asli untuk menghiasi rumahmu. Gunakan tanaman asli atau bunga2an dari kebunmu agar rumah terlihat lebih indah dan segar.

6.      Pohon Natal: plastik atau sungguhan? Jika kamu mempertanyakan mana yang lebih baik, jawabannya: pohon sungguhan adalah pilihan yang lebih bersahabat dengan alam, meski pohon plastik dapat bertahan untuk beberapa tahun, tapi mereka dibuat dari bahan metal dan plastik PVC yang beracun. Ini jelas membutuhkan energi yang banyak untuk membuatnya, dan berbahaya bagi lingkungan jika nanti dibuang, dan akan menambah sampah di tempat penampungan sampah, juga butuh waktu lama untuk bisa terurai. Banyak pohon plastik kini dibuat di Cina atau Taiwan, jadi sudah pasti membutuhkan energi tambahan untuk mengirimkannya.

Pohon sungguhan menyerap banyak karbondioksida selama mereka tumbuh dan lebih bisa diurai oleh alam. Pohon juga merupakan habitat dari banyak satwa dan tumbuhan, dan secara umum lebih segar dan terlihat indah di dalam rumah kamu. Jika kamu membelinya dengan akar atau di dalam pot, setelah Natal kamu bisa menanamnya di halaman dan bahkan dapat menggunakannnya di tahun depan. Jangan lupa untuk menanam pohon lebih banyak daripada yang kamu ambil.

 

7.      Bijak dalam menggunakan baterai.
Sebuah keluarga dapat menghabiskan banyak baterai, terutama dalam momen perayaan seperti Natal.  Kebutuhan baterai mulai untuk kamera, mainan anak anak, remote tv, senter, dll. Gunakan baterai yang dapat diisi ulang daripada yang hanya sekali pakai. Memang akan memerlukan sedikit tambahan uang untuk membelinya, namun itu adalah investasi yang baik, dan kamu tak perlu membeli baterai lagi kedepannya. Jangan lupa untuk tidak membuangnya sembarangan karena baterai mengandung racun yang berbahaya bagi lingkungan.

8.      Kembali ke pasar lokal
Berbelanjalah di pasar tradisional untuk kebutuhan Natal kamu. Beli produk sayuran atau daging yang berasal dari pertanian atau peternakan lokal, yang tidak membutuhkan banyak energi atau pesawat untuk mengirimnya. Selain itu, kamu telah berpartisipasi membantu perekonomian negara dengan membeli barang produksi dalam negeri.

9.       Daur Ulang hadiah yang tidak diinginkan.
Sayangnya semua orang menerima setidaknya satu hadiah yang tidak diingini atau tidak dibutuhkan. Daripada dibuang lebih baik berikan kepada teman, anak yatim atau siapapun yang membutuhkannya. Di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan sebuah pakaian atau mainan yang bagus dan layak. Mereka akan sangat berterimakasih untuk itu.

10.    Donasikan sebagian rezeki Anda sebagai hadiah Natal bagi Bumi ini kepada lembaga amal atau mereka yang bergerak di bidang lingkungan.

Latest Gadget

Asal Mula Pohon Natal

Oleh: Romo William P. Saunders *

Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah melalui satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajahi Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Kemudian pada tahun 722, paus menahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius tetap terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754.

Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal:

Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, “Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!”

Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. “Di sini,” St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, “Di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.”

Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, “Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.”

Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya. Hunrad kemudian berkata kepada mereka, “Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itulah, bangsa-bangsa Slav dan Saxon dapat mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu jugalah, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak; kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Dan sebab itulah juga, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?” Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.

Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, “Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.”

Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.

Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.

St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, “Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.

Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”

Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, “Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.” Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.”

Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: Christmas Tree Origins” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

KEMANA ARAH DIALOG ANTAR AGAMA

(dari ki-ka) Dr. Saleh Partaonan Daulay, Ketum Pemuda Muhammadiyah, Aan Rukmana dari Univ. Paramadina (modertor) dan Rm. Benny Soesetyo. Foto : Sonar S.

Bedah buku “Muslim Bertanya Kristen Menjawab (MBKM)” karya Christian W. Troll yang diterjemahkan oleh Markus Sola Kewuta, 20 Desember 2011 di Jakarta berjalan semarak. Ruang pertemuan Center for Dialogue and Cooperation Among Civilition  (CDCC) tempat acara digelar terisi penuh.

(dari ki-ka) Dr. Saleh Partaonan Daulay, Ketum Pemuda Muhammadiyah, Aan Rukmana dari Univ. Paramadina (modertor) dan Rm. Benny Soesetyo. Foto : Sonar S.

Para pembedah buku ini menyatakan buku ini sangat baik. “Buku ini dapat menjadi acuan dialog yang substantif dan otentik. Sebagai orang Islam saya tidak merasa tersinggung sedikit pun membaca bahasan dalam buku ini. Ini jauh dari sifat memojokkan Islam seperti yang banyak dilakukan oleh penulis yang mengaku ahli Islamologi,” ungkap Saleh Partaonan Daulay, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah.

Saleh mencontohkan Robert Spencer, David Horowitz dan Ali Sina sebagai  Islamolog dan  penulis-penulis buku yang secara terbuka menyerang dan hendak memojokkan Islam. “Tentu saja para pembenci Islam ini akan semakin menjauhkan kita dari prinsip-prinsip dialog untuk merajut keharmonisan antara dua agama di masa yang akan datang,” tandas Saleh.

Lebih jauh Saleh mencoba mengidentifikasi mengapa Kristen dan Islam sering bergesakan dalam kehidupan sehari-hari. “Salah satu diantaranya karena agama kita adalah sama-sama agama misioner. Hendak mengembangkan agamanya masing-masing ke semakin banyak orang. Sehingga Islam mencurigai pihak Kristen sedang mengadakan kristenisasi dan sebaliknya kristen mencurigai Islam sedang melakukan aksi islamisasi. Sebenarnya disinilah peran dialog agar tidak ada saling mencurigai yang akan memperuncing kebencian satu sama lain,” lanjut Saleh.

Dari berbagai jenis dialog yang ada maka Saleh menganjurkan agar dialog yang bersikap inklusivisme yang terus dikembangkan. “Sebab dengan dialog bersikap inklusif ini masing-masing pihak meyakini dalam dirinya bahwa agama lain pun memberikan keselamatan bagi umat manusia dan dia sendiri tetap pada keyakinannya bahwa agamanya lebih baik dari agama lain,” jelasnya.

Dengan sikap inklusif seperti ini para pihak yang berdialog untuk beberapa kasus bersedia melakukan interpretasi ulang terhadap beberapa ajaran agamanya untuk selanjutnya diasimilasikan dengan kebenaran agama lain. Dalam dialog  jenis ini semua pihak terbuka tanpa menyebabkan seseorang harus meninggalkan esensi dan kemurnian ajaran agamanya,” jelas Saleh.

Setelah membaca buku ini Saleh merasa perlu memberikan apresiasi kepada penulisnya dengan beberapa alasan. Pertama, penulis buku ini memiliki pemahaman yang baik mengenai kedua agama ini. Dengan pemahaman itu dia berani mengangkat secara terbuka topik-topik yang selama dianggap tabu dan sensitif. Kedua, dia juga dinilai berhasil memberikan landasan berpijak berdasarkan Kitab Suci maupun Al Quran dan Hadits. Memperluas pengetahuan penganut kedua agama. Ketiga, menurut Saleh penulis memberi penghormaan yang tinggi terhadap ajaran-ajarann Islam. “Dalam buku ini tak satu katapun saya temui yang menghina, menjelekkan  atau melecehkan ajaran Islam,” tandasnya.

Alasan ke-4, buku ini merupakan model dialog yang sangat efektif dan efisien bagi semua agama. “Dengan berbagai alasan di atas saya katakan inilah dialog agama yang otentik dan substantif,” tegas Saleh.

Pembahas lainnya adalah Rm. Benny Soesetyo, sekretaris  Komisi Hubungan Antar Umat Beragama KWI. Benny mengatakan bahwa apa yang ditulis dibuku ini dinilai sangat efektif untuk memberi penjelasan mengenai pendapat kita tentang agama kita dan agama orang lain. “Sehingga saya tidak perlu lagi kesana kemari memberi penjelasan, cukup menyuruh mereka membaca bukunya,” ujarnya. Benny juga memuji kejernihan dan kelugasan pembahasan dalam buku ini. “Sehingga hal yang ruwet dan sulit bisa dijelaskan dengan demikian gamblang dan bisa dibaca di kemacetan jalan,” ungkapnya.

Memang Benny mengatakan dialog antar iman seperti ini diperlukan. “Tetapi untuk lebih mewujudnyatakan di lapangan perlu aksi bersama dalam hal mengembangkan kesejahteraan dan membebaskan rakyat banyak dari ketertinggalan, kemiskinan dan kebodohan,” tandasnya.

Sebab dialog antar umat beriman di bidang teologi dan filsafat itu lebih pada kebutuhan para ahli dikalangan atas. “Sedangkan dikalangan bawah yang dibutuhkan adalah kebersamaan untuk bisa sama-sama menikmati kesejahteraan dan keadilan. Karena  itu dibutuhkan dialog aksi dan tindakan praktis. Karena itu saya mengajak kaum muda Muhammaddiyah, Pemuda Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI dan kalangan muda lainnya untuk bergandeng tangan untuk mujudkan dialog aksi ini agar secepatnya pula rakyat banyak kita menikmati hasilnya,” tandasnya.

Menurut Benny, dialog aksi ini bukanlah hal baru. Para pendahulu kita sudah lebih dahulu mempraktekkannya. Dulu pendiri Muhammadiyah Kiyai Dahlan berdialog dengan Rm. Van Lith bagaimana mendirikan sekolah yang modern. Hal yang praksis juga telah dilakukan oleh pahlawan nasional IJ Kasimo bersama para pemuka agama Islam lainnya.

Dari peserta bedah buku ada yang menganggap harga buku MBKM sekitar Rp50.000 per eksemplar dinilai terlalu mahal. “Buku agama biasanya diberikan gratis apalagi buku seperti dialog ini.  Apalagi memiliki misi khusus, sedangkan gratis aja belum tentu dibaca,” ungkap Abujamin Roham yang juga penulis buku keagamaan. Dia sendiri mengaku buku yang sangat tebal ditulisnya hanya dibagikan gratis dan hanya beberapa yang memberi ongkos cetak dan kirim.

Sonar Sihombing

Jadwal Misa Malam Natal dan Natal 2011

Paroki Alam Sutra- St. Laurentius (MENJADI PAROKI PER 1 JAN 2012):
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 18.00 WIB
Paroki Bekasi- St. Arnoldus Jannsen:
Malam Natal: 16.00, 19.30, 22.30 WIB
Natal: 06.00, 09.00, 17.30 WIB
Paroki Bintaro- St. Matius Penginjil:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 07.00, 09.30, 17.00 WIB
Paroki Bojong Indah- St. Thomas Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 08.30, 16.00, 18.00 WIB
Paroki Cengkareng- Trinitas:
Malam Natal: 15.00, 18.30, 22.00 WIB
Natal: 06.00, 12.00, 16.00, 19.00 WIB
Paroki Cijantung- St. Aloysius Gonzaga:
Malam Natal: Pk. 17.00, 20.30 WIB
Natal: 06.00, 08.00, 18.00 WIB
Kapel Kopassus- St. Valentino:
Malam Natal: Pk. 18.00 WIB
Paroki Cilandak- St. Stefanus:
Malam Natal: 18.00, 22.00 WIB
Natal: 07.00, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Cilangkap- St. Yohanes Maria Vianney:
Malam Natal: 18.30, 20.30 WIB
Paroki Ciledug- St. Bernadet (BELUM ADA GEDUNG GEREJA):
Malam Natal: 16.00 (di Gereja St. Maria Regina, Bintaro Sektor IX), 18.00 (Aula Tarakanita), 19.00 (Metro Permata)
Natal: 08.00 (Aula Tarakanita), 17.00 (Metro Permata)
Paroki Curug- St. Helena:
Malam Natal: 17.00, 20.30 WIB
Natal: 08.00, 17.30 WIB
Paroki Cililitan- St. Robertus Bellarminus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 08.00, 18.00 WIB
Paroki Danau Sunter- St. Yohanes Bosco:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 08.00, 18.00 WIB
Paroki Duren Sawit- St. Anna:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 16.30, 18.30 WIB
Stasi Perumnas Klender- St. Yoakhim:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Stasi Billy & Moon- St. Maria Bintang Samudra:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Paroki Duri Kosambi- St. Matias Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 17.00 WIB
Paroki Grogol- St. Kristoforus:
Malam Natal: 17.00, 20.30 WIB
Natal: 05.45, 07.30, 10.00, 16.30, 18.30 WIB
Stasi Jelambar- St. Polikarpus:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 09.00, 17.00 WIB
Paroki Kampung Duri- Damai Kristus:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Natal: 08.30, 18.30 WIB
Paroki Karawaci- St. Agustinus:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 17.00 WIB
Paroki Katedral- St. Perawan Maria Diangkat ke Surga:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 22.30 WIB
Natal: 06.00, 07.30, 09.00, 11.00, 18.00 WIB
Paroki Kedoya- St. Andreas:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 08.30, 11.00, 16.30, 18.30 WIB
Paroki Kelapa Gading- St. Yakobus:
Malam Natal: 17.30, 21.30 WIB
Natal: 06.00, 08.30, 10.30, 17.30 WIB
Stasi Pegangsaan Dua- St. Yakobus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 09.30 WIB
Stasi Kim Tae Gon- St. Andreas Kim Tae Gon:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 18.00 WIB
Paroki Kemakmuran- Bunda Hati Kudus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 10.00, 17.00 WIB
Paroki Kemanggisan- Maria Bunda Karmel:
Malam Natal: 18.00 (Gereja), 18.00 (Auditorium), 22.00 WIB (Gereja)
Paroki Kramat- Hati Kudus Yesus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Kranji- St. Mikael:
Stasi Harapan Indah- St. Albertus:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 07.00 WIB
Paroki Lubang Buaya- Kalvari:
Malam Natal: 17.00, 22.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 17.00 WIB
Stasi Taman Mini Indonesia Indah- St. Katarina:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30 WIB
Paroki Mangga Besar- St. Petrus & Paulus:
Malam Natal: 17.30, 20.00 WIB
Natal: 07.00, 09.00, 18.00 WIB
Paroki Matraman- St. Yoseph:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Kapel Jatinegara- Gembala Baik:
Malam Natal: Pk. 19.00 WIB
Paroki Meruya- Maria Kusuma Karmel:
Malam Natal: 16.30, 21.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 16.30, 19.30 WIB
Paroki Pademangan- St. Alfonsus Rodriguez:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 18.00 WIB
Paroki Pamulang- Rasul Barnabas:
Malam Natal: 16.00, 21.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 18.00 WIB
Paroki Pantai Indah Kapuk- Regina Caeli:
Malam Natal: 18.00, 21.30 WIB
Natal: 08.00, 10.30, 17.00 WIB
Paroki Pejompongan- Kristus Raja (GEREJA BELUM SELESAI):
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB (Di Basement Gereja Kristus Raja)
Natal: 08.30 WIB
Paroki Pulomas- St. Bonaventura:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 16.30, 18.30 WIB
Paroki Serpong- St. Monika:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 09.00, 17.00, 19.30 WIB
Paroki Slipi- Kristus Salvator:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Sunter- St. Lukas:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 11.00, 18.00 WIB
Paroki Taman Galaksi- St. Bartholomeus:
Malam Natal: 17.00, 19.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00 WIB
Paroki Tangerang- Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 10.00, 18.00 WIB
Stasi Kota Bumi- St. Gregorius:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Stasi Teluk Naga- St. Maria Immaculata:
Malam Natal: 19.00 WIB
Kapel Poris- St. Agustinus:
Malam Natal: 19.00 WIB
Paroki Teluk Gong- St. Philipus Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.30 WIB
Natal: 08.00, 17.00 WIB
Paroki Theresia- St. Theresia:
Malam Natal: 13.00 (Expat), 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 11.30 (Expat), 15.00, 18.00 WIB

Gua Maria Sendang Pawitra Dirusak

Tempat ziarah di Tawang Mangu, Karanganyar Jawa Tengah  (Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya) tadi malam dirusak oleh orang tidak bertanggungjawab. Gua Maria yang didirikan di lereng Gunung Lawu itu tepatnya terletak di sekitar Grojogan Sewu. Kejadian ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 24.00 tengah malam tadi malam.  Pak Narto yang diserahi sebagai juru kunci tempat ziarah itu sekitar pukul 20.00 WIB turun ke tempat saudaranya karena ada saudara yang sakit.  Sekitar pukul 22.00 WIB dia kembali ke lokasi dan belum terjadi apa-apa. Sekitar pukul 24.00 malam dia melihat  ada cahaya lampu senter di sekitar lokasi. Namun Pak Narto tidak menaruh curiga karena hal seperti itu sudah   biasa terjadi.   Sering sekali ada orang berziarah pada malam hari.

Tetapi ketika keesokan harinya Pak narto  begitu kaget dan langsung menangis. Sebab  dilihatnya lokasi ziarah itu sudah porak poranda. Yang lebih menyedihkan lagi kepala patung Bunda Maria hilang  tidak tahu kemana.  Dua patung malaikat kecil di bawah patung itu pun dihancurkan.  Tempat air suci  ikut  jadi sasaran, meja tempat lilin berpindah ke dekat meja altar. Patung salib setinggi 1,5 meter hilang  mungkin juga dibawa oleh si perusak.

Kejadian pagi tadi begitu mengagetkan banyak pihak. Kapolses Tawangmangu sendiri langsung datang ke lokasi kejadian demikian  juga Kapolres Karanganyar. Police line langsung dipasang. Hingga saat ini masih diselidiki siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini.Pastor paroki Rm. Sunaryady berharap supaya siapapun yang melakukan perusakan itu bukan karena dendam, bukan karena dikecewakan, dan tidak berkeinginan merusak ketengangan warga di sekitar Tawangmangu, bahkan mungkin di Indonesia.

Kapolres Tawangnangu telah mengundang tokoh-tokoh agama Karanganyar dan   menghimbau agar warga tidak mudah terpancing oleh situasi ini. Dia berjanji akan terus melakukan  penyelidikan atas kejadian ini.

Gagasan Kandang/Gua Natal

Kandang Natal 2011, Paroki St. Monika Serpong.Dibuat dari botol bekas air mineral.

Sdr/Sdri Terkasih dalam Kristus,

Meski mungkin agak terlambat, namun belum sama sekali terlambat, saya ingin menyampaikan gagasan untuk panitia natal di paroki Anda, tentu melalui Anda sebagai pastor di paroki masing-masing.

Begini,

kesadaran dan kepedulian Gereja Katolik akan masalah lingkungan hidup dan pemanasan global makin hari memang terasa membaik, tentu saja bila dibandingkan dengan dua puluh-tiga puluh tahun lalu. Bahkan, Paus kita sekarang (Benedictus XVI) sering dijuluki Green Pope karena kepeduliannya pada masalah ini.

Nah, saya kira gua/kandang natal pun bisa menjadi sarana penyadaran umat akan hal ini. Maksud saya, bukan hanya sekedar membuat gua/kandang natal dari bahan daur ulang, tetapi membuat design yang memang bisa ‘menyodok’ kesadaran umat akan masalah lingkungan hidup dan pemanasan global. Kita ingat, kehadiran Yesus di Gua Beltlehem selama ini mau menyodok kesadaran kita akan krisis keserakahan dan kemudian kemiskinan dunia. karena itu, tidak salah juga kalau ada design yang dibuat sedemikian rupa, tanpa meninggalkan ciri khas natal. Misalnya, saya pernah melihat, ada kandang natal yang dibuat kecil, tetapi diletakkan di atas sebuah bola dunia yang meleleh.. Memang tidak konvensional, tetapi tidak keluar dari ‘pakem’ dan membuat kesadaran umat meningkat.

Sehubungan dengan itu, jika masih mungkin, mohon gagasan ini disampaikan kepada panitia natal supaya bisa ditindak-lanjuti. Mohon juga, kalau ada yang berhasil membuatnya, kandang/gua natal itu difoto lalu dikirim kepada saya untuk bisa disebarkan ke lebih banyak orang.

 
Rm. Andang B. SJ
___________________________________

Berikut saya kirimkan pesan dr Bapak Uskup mendukung imbauan Rm Andang SJ tsb, dg menambahkan satu nilai lain, yakni “kesederhanaan”:

“Para Romo terkasih, saya mendukung imbauan Romo Andang, SJ agar Paroki-paroki membuat dan menghias gua Natal dengan memperhatikan semangat kepedulian pada lingkungan hidup. Saya juga mengajak para Romo bersama Dewan Paroki untuk mengemas perayaan Natal dalam semangat kesederhanaan, sesederhana kandang Betlehem tempat Yesus dilahirkan, tidak perlu menggunakan hiasan-hiasan yang mewah. Dengan demikian perayaan Natal kita bersama mencerminkan kepedulian kita terhadap pentingnya kelestarian lingkungan hidup sekaligus selaras dengan semangat kita yang ingin berbela rasa dengan saudara-saudara yang lemah, miskin, terpinggirkan. Terima kasih. (I. Suharyo)”

Semoga imbauan Rm Andang Bapak Uskup tsb mampu kita wujudkan bersama2.

Catatan: Mohon para Sekretaris Dewan Paroki mengkomunikasikan hal ini kpd para Romo Paroki anggota DP lainnya utk ditindaklanjuti. Mohon bantuan jg kpd teman2 Sekretariat Paroki utk menginformasikan hal ini kpd Romo Dewan Paroki.

Terima kasih.

Salam,
Felix Iwan Wijayanto

 
 
____________________________

Rm Andang dan Rekan2 ytk

Sekedar bagi pengalaman saja dari Tere;

Untuk kandang kita pake pola kandang knockdown yang dirancang seorang arsitek yg juga mendalami pertamanan /landscape. Kandang bentuk tetap, tetapi setting latar dan hiasan bisa berubah2 sesuai tema dan suasana terkini. Misalnya kemarin diberi latar suasana merapi dan bencana alam lainnya. Kandang dibayangkan menjadi “tempat pengungsian”.

Dengan kandang bongkar pasang ini, kami mengajari untuk berhemat, tetapi sekaligus langkah kateketis yaitu menghias kandang Natal sbg bagian dari proses persiapan batin. Bertahap dengan menambahkan tokoh2 terlibat diwakili oleh penempatan patung2 ke dlm kandang. Tidak pake sistem SKS (sistem kebut semalam), kandang baru dibuat semalam sebelumnya.

Tahun lalu sehubungan dengan persembahan natal dari anak2 BIA ada yang menarik. Dalam misa anak 3 bulan sebelum Natal  masing2 anak2 diberi bibit tanaman pucuk merah untuk dirawat di pot di rumah masing2. Pada waktu Natal dibawa untuk menghiasi kandang natal. Sekedar usaha menanamkan kecintaan terhadap lingkungan dan budaya merawat kehidupan.

Pohon Natal juga dibuat secara tematis sesuai ide kreatif OMK.

Tahun 2009 pohon natal dari botol2 bekas yang dikumpulkan dari umat juga botol2 bekas waktu kegiatan. DIbersihkan dan dihias. Lalu setelah natal selesai, botol2 dijual dan diberikan untuk sumbangan sosial. Proses dan pengalaman bersama2 OMK mengumpulkan, membersihan, menghias pohon natal kreasi OMK, pasti jauh lebih indah dan bermakna. Tahun 2010, pohon natal dari pohon cemara beneran dan cukup besar, sumbangan umat yang mau renovasi rumah sehingga terpaksa potong pohon cemara kesayangan. Daripada dibuang sayang, lalu dipasang di gereja Teresia.

Tahun 2011: pohon natal akan dihias dari boneka2 bekas sumbangan anak2 dan umat. Boneka2 akan dibersihkan lalu diletakkan di kerangka pohon natal dari bambu. Setelah Natal selesai, boneka2 akan dilaundry dan dikemas rapi, lalu akan di sumbangakan ke panti asuhan anak-anak. Selain itu, khusus tahun 2011 juga dibuat suatu Patung Kanak2 Yesus ukuran bayi, nuansa nusantara, karya anak negeri sendiri yaitu seniman keramik F. Widayanto. Patung ini ditambahkan untuk melengkapi sarana devosi umat karena terinspirasi pengalaman hidup pelindung paroki yaitu St. Theresia Kanak Kanak Yesus. Moga2 dengan cara itu patung tidak lantas masuk lemari atau gudang setelah masa natal usai, tetapi dimuliakan sebagai sarana devosi bagi umat.

Moga2 PULA terjadi pembaharuan hidup seturut teladan st. Theresia yang mengalami “perjumpaan” dengan Tuhan melalui Kanak-Kanak Yesus di malam natal. Yang jelas tidak hanya berhenti pada devosi tetapi transformasi hidup…. SEMOGA!

sekian kabar dari tere.

pax

hani

___________________________________
Foto Kandang Paroki St. Monika Serpong.
Oleh: Didi (ddliman@yahoo.com)

Kandang Natal 2011, Paroki St. Monika Serpong. Dibuat dari botol bekas air mineral.

Kinnaman: Mengapa Banyak Kaum Muda (Barat) Jarang Aktif ke Gereja?

Semakin nyata bahwa banyak kaum muda terutama di barat sudah tidak lagi aktif ke Gereja. Sebuah buku hasil riset dari Barna Group mengungkapkan mengapa banyak kaum muda “terjatuh” saat memasuki kedewasaan.

Pada awal pembukaan dari buku tersebut, digarisbawahi tiga (3) realita yang harus dipahami seputar dunia kaum muda:
1. Gereja secara aktif memang memiliki banyak kegiatan bersama kaum muda, namun ternyata banyak kaum muda yang justru tidak bertumbuh kedewasaan imannya dalam menjadi pengikut Kristus yang sejati.
2. Ada banyak alasan mengapa orang-orang jatuh dalam dosa dan keputusasaan, oleh sebab itu sangatlah penting untuk tidak menghakimi seluruh generasi.
3. Gereja tidak sigap dan tepat dalam mempersiapkan generasi berikutnya untuk menjadi pengikut Kristus dalam konteks peradaban budaya yang berkembang sangat cepat.

Masalahnya, Kinnaman menjelaskan, adalah bukan pada bahwa kaum muda kurang aktif ikut kegiatan di Gereja. Fakta mengungkapkan bahwa dari 5 anak muda Amerika, 4 di antaranya menghabiskan masa kecil dan remaja mereka di paroki mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah bahwa aktivitas itu menurun ketika mereka berusia 20-an tahun. Masalah terbesarnya adalah bahwa dunia mereka mulai terputus dari Gereja. Bahkan dikatakan oleh Kinnaman, perjuangan mereka untuk setia aktif mengikuti kegiatan di Paroki lebih besar dari pada perjuangan untuk setia menjadi pengikut Kristus.

Faktor Penting yang mempengaruhi kaum muda saat ini adalah situasi peradaban di mana mereka tinggal. Secara khusus kaum muda, mereka menghadapi situasi perubahan jaman yang sangat cepat. Selama kurang lebih 10 tahun terakhir terdapat banyak sekali perubahan dalam media massa, teknologi, seksualitas dan ekonomi. Hal ini semakin menambah kompleksitas dan ketidakpastian dalam masyarakat. Mengenai perubahan jaman yang sangat cepat ini, Kinnaman menjelaskannya dalam tiga konsep yaitu, Akses, Keterasingan dan Otoritas.

Mengenai konsep pertama yaitu, Akses, ia menjelaskan bahwa dalam perkembangan dunia digital saat ini telah terjadi revolusi dalam hal berhubungan dan berkomunikasi, bekerja serta berpikir. Teknologi telah merubah semuanya. Jelas ada sisi positifnya yaitu seperti Internet dan perangkat digital lainnya, semuanya itu semakin memudahkan dalam penyebaran pesan iman dan moral Kristianitas. Namun, hal itu juga berarti segala perangkat tersebut juga membuat kaum muda semakin mudah mengetahui budaya-budaya lain yang justru dapat mengguncang keyakinan mereka. Hal lain lagi adalah berkurangnya pemahaman secara logis dan lurus.

Konsep yang kedua, yaitu Keterasingan, Kinnaman menjelaskan bahwa ada banyak kaum remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa yang merasa terasing dan tersisihkan dari keluarga, komunitas dan institusi mereka. Tingginya tingkat perceraian dan kehamilan di luar pernikahan menunjukkan banyak dari mereka yang bertumbuh di luar struktur keluarga tradisional. “Banyak Paroki yang tidak mempunyai solusi pastoral yang secara efektif mendampingi kaum muda menjalani masa transisi menuju ke kedewasaan,” ungkap Kinnaman.

Ditambah lagi, bahwa kaum muda saat ini sangat skeptic terhadap institusi yang dahulu telah membentuk masyarakat. Jaringan akar rumput dan kerjasama nyata sesungguhnya lebih diutamakan dari pada institusi hierarkis. Skeptisisme itu kemudian berkembang menjadi ketidakpercayaan atas adanya Otoritas, yang adalah konsep ketiga dari Kinnaman yang telah disebut di atas. Kecenderungan atas pluralisme dan bahkan keyakinan atas ide-ide yang bertentangan lebih diutamakan dari pada Kitab Suci dan Norma Moral.

Sebenarnya “Budaya Mempertanyakan” dapat membawa orang menuju kepada kebenaran dan ketegangan antara iman dan budaya juga membawa pemahaman positif, namun hal itu kini membutuhkan bentuk baru pendekatan Gereja. Kinnaman mengakui bahwa ada beberapa alasan mengapa kaum muda meninggalkan Gereja. Beberapa kaum muda merasa frustrasi dan beranggapan bahwa Gereja mengekang kreativitas dan ekspresi pribadi. Yang lain lagi merasa bosan, dangkal dan hampa dengan pengajaran dan khotbah yang ada. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak disertai juga kemajuan pemikiran teologis iman pun turut andil, dan sebagainya.

Kinnaman menemukan fakta bahwa Gereja telah gagal dalam mendidik secara mendalam dan progresif para generasi muda. Pada akhir bukunya Kinnaman merekomendasikan sebuah solusi atas hal tersebut yaitu, perlu segera diadakan perubahan cara berpikir dan bertindak dari para generasi tua Gereja berhadapan dengan generasi muda. Para generasi tua hendaknya jangan berada dalam posisi yang menghakimi generasi muda, melainkan merangkul dan memahami. Selain itu Kinnaman, juga mendesak agar segera ditemukan konsep teologis yang baru terkait dengan konsep Panggilan yang dapat memancing kaum muda untuk lebih dalam bertanya atas relasinya dengan Allah.

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?