Sebagai bagian dari kunjungan Apostoliknya di Milan, Italia, Paus Benediktus XVI bertemu dengan orang-orang muda yang sedang menyiapkan diri untuk menerima Sakramen Krisma maupun yang telah menerima Sakramen tersebut.
Pada Sabtu pagi, 2/6, di Stadion San Siro, Milan, Bapa Suci berbicara tentang karunia-karunia Roh Kudus, “Roh Kudus adalah suatu karunia yang sangat nyata yang akan mengubah kalian (Orang-orang Muda) menjadi seorang Kristiani sejati, untuk hidup dalam Injil Suci dan aktif dalam komunitas-komunitas kristiani.” Melalui karunia rahmat ini, Bapa Suci melanjutkan, Orang-orang Muda akan masuk semakin lebih intim dalam relasi hubungan dengan Kristus.
“Hidup Kristiani,” ungkap Bapa Suci, “adalah sebuah perjalanan mendaki ‘Pegunungan’ dalam mencapai kesatuan hidup dengan Kristus. Dengan ‘Hadiah yang Sangat Berharga’ (Roh Kudus) ini, maka persahabatan Anda dengan-Nya akan semakin lebih intim, dan benar.”
“Belajarlah untuk berdialog dengan Dia,” ujar Paus Beneditus, “Percayalah pada-Nya; Katakan pada-Nya kegembiraanmu dan juga kecemasaanmu. Mintalah pada-Nya juga penerang cahaya dan bekal bagi Pendakianmu itu.”
Menjelang 7 Juni 2012 saat Film Soegija untuk pertama kalinya diputar, semakin ramai diperbincangkan dan didiskusikan. Antara lain dalam preview & press conference di Setiabudi 21, pada 24/5 lalu.
Dalam momen ini para wartawan infotainment diajak menonton film yang ditulis dengan pendekatan sejarah popular-romantis ini tentang Romo Soegijapranata yang diangkat Vatikan menjadi uskup pribumi pertama di Indonesia. Usai menyaksikan film ini dilanjutkan dengan dialog dengan para pemain, penulis skenario serta sutradara film ini.
“Kenapa Garin Nugroho kepincut menyutradari film sejarah dan perjuangan seorang romo seperti Soegija ini?” tanya seorang wartawan. Garin tanpa beban memberi jawaban. “Film ini merupakan assemble dari banyak kalimat. Film ini film hiburan yang sangat komunikatif tanpa merendahkan kemanusiaan kita. Tetapi yang jauh lebih penting film ini mengandung banyak unsur pendidikan soal kebersamaan, pluralisme, patriotismen, kepemimpinan di masa krisis. Semua ini saya lihat saat ini sudah pudar dari bangsa ini, jadi perlu dihidupkan kembali,” tegas Garin.
Lebih jauh Garin mengatakan bahwa peran-peran yang ditampilkan memiliki misi tersendiri. Tak heran selama menonton film ini banyak sekali kalimat-kalimat yang ditangkap telinga dan langsung menyentuh. Itu ketika seorang mantan pejuang mohon restu kepada Mgr. Soegija mau jadi kepala daerah. “Kalau mau masuk politik kamu harus punya mental sebagai politisi.”
Demikian juga ketika Mariyem diminta seorang tentara yang jatuh hati kepadanya mengubah namanya menjadi Maria, dengan tegas dia mengetakan saya Mariyem bukan Maria. Menggambar keberanian me sebagai suku Jawa.mpertahankan jati dirinya sebagai seorang suku Jawa.
Di film ini juga ada kritik sosial yang membuat rasa tidak nyaman bagi etnis tertentu. “Mengapa saya lahir sebagai orang Tionghoa sehingga selalu menjadi sasaran penjarahan saat ada kerusuhan,” ungkap Ling Ling anak remaja yang kecewa atas keadaan yang berlangsung.
Yang juga banyak mendapat pertanyaan adalah Nirwan Dewanto pemeran Mgr. Soegija. Padahal Nirwan sendiri adalah seorang muslim. “Saya butuh tiga minggu untuk memutuskan menerima peran ini. Saya baca scripnya. Saya tangkap ada pesan yang sangat kuat di dalamnya. Saya pun siap mempertaruhkan nama besar saya sebagai sastrawan demi film ini,” tegasnya.
Henky Solaiman yang berperan sebagai Pak Mo (kakek Ling Ling) juga mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukurnya bisa bermain dalam film Soegija ini. “Film ini sangat edukatif terutama mengenai pluralisme. Ini sangat penting bagi manusia Indonesia masa kini,” ujarnya.
Sedangkan bagi ButetKartaredjasa yang berperan sebagai koster Toegimin yang selalu membantu Mgr. Soegija mengatakan dirinya sangat serius dan taat pada skrip film ini. “Sakin seriusnya menjadi banyak terjadi di luar skrip,” ungkapnya dengan canda khasnya.
Mariyem yang diperankan oleh Anissa Hertami juga mengemukakan bahwa dalam film ini sosok Soegija mampu memberikan keteladanan yang luar biasa melampaui kemampuannya dan terutama melampaui agamanya.
Testimoni lain juga terungkap dari beberapa pengamat sosial dan para ahli sejarah. “Dengan menonton film ini saya semakin yakin tak ada satu pihak atau kelompokpun yang berhak merasa memiliki negara ini,” ungkap seorang sosiolog.
Seorang teman mengatakan, setelah membaca berbagai literatur sejarah termasuk teori evolusi, ia sampai pada kesimpulan, kisah penciptaan manusia dalam Alkitab tidak dapat diyakini kebenarannya. Alkitab hanyalah kumpulan tulisan karya manusia.
Belakangan ini di sebagian kalangan mulai muncul pertanyaan: apakah Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia ataukah Ia hanyalah seorang manusia yang telah mencapai spiritualitas yang tinggi – menyatu dengan Yang Ilahi?
Para peneliti dari University of British Columbia, Vancouver, Kanada, belum lama berselang mempublikasikan hasil penelitian yang melibatkan 650 partisipan di Amerika Serikat dan Kanada. Penelitian itu bertujuan menjawab pertanyaan: mengapa orang-orang percaya kepada Tuhan dalam tingkatan yang berbeda. Hasil penelitian menyimpulkan, berpikir analitis dapat berdampak pada penurunan kepercayaan terhadap agama. Bahkan, kepercayaan orang-orang yang sangat taat pun bisa terkikis, (sumber: http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/04/28/89507/Berpikir-Analitis-Kikis-Kepercayaan-Agama/11).
Di zaman modern dengan berbagai kecanggihan teknologi, manusia memang cenderung semakin rasionalistis. Keputusan-keputusan yang diambil lebih didasarkan pada pertimbangan akal sehat. Nalar lebih berperan daripada iman. Manusia merasa berkuasa atas kehidupannya sendiri. Campur tangan Tuhan semakin tidak dibutuhkan. Kuasa kebesaran Allah semakin tersamar.
Di atas segala ilmu pengetahuan dan kecerdasan manusia, satu kenyataan yang kerap diabaikan manusia ialah dari manakah ia memperoleh napas kehidupan? Dapatkah ilmu dan akal budi yang dimilikinya memperpanjang kehidupannya sedetik saja, tatkala napasnya telah berhenti?
Tak perlu kepandaian untuk memahami kebenaran Alkitab. Yang dibutuhkan hanyalah kerendahan hati untuk mau membuka diri bagi terang Roh Kudus. Karena kepada orang-orang yang “kecil,” Tuhan berkenan menyatakan diri-Nya.
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. (Lukas 10:21)
Alkitab memang ditulis oleh manusia. Namun, manusia yang menuliskannya tentu mendapat ilham dan terang Roh Kudus. Jika yang ditulis dan yang menulis bukan berasal dari Allah, tentu akan lenyap seiring perjalanan waktu sekian ribu tahun (bdk. Kisah Para Rasul 5:38-39). Menolak mengakui kebenaran Alkitab berarti meremehkan peran Roh Kudus. Dan mereka yang menghujat Roh Kudus tidak terampuni dosanya (bdk. Matius 12:31).
Firman Tuhan adalah kebenaran, seperti dikatakan Yesus dalam Yohanes 17:17. Maka, jika kita ingin memperoleh kebenaran, bertekunlah mendalami firman Tuhan, agar dapat memahami kebenaran itu.
Dalam firman-Nya kita juga akan menemukan beberapa kali Yesus menegaskan diri-Nya sebagai Putera Allah yang melaksanakan kehendak BapaNya. Apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya bukan berasal dari diri-Nya sendiri, melainkan dari Bapa yang telah menyatu dalam diri-Nya. Melalui pernyataan-pernyataan Yesus itulah kita mengimani bahwa Ia sungguh Allah yang menjelma menjadi manusia, bukan sekadar manusia fana yang telah mencapai spiritualitas tertinggi.
Dengan tetap tinggal dalam firman Tuhan, kita akan sampai pada kebenaran yang memerdekakan. Tiada lagi keraguan yang melingkupi. Ketika angin dan badai menerpa dari sekitar – gelombang sekularisme dan agnostisme, kita dapat tetap berdiri kokoh karena berlandaskan firman Tuhan.
“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)
Menjelang hari Pentakosta, marilah kita memohon karunia Roh Kudus agar kita dapat memahami kebenaran dalam terang Roh Kudus. Mintalah kepada Tuhan Yesus, supaya Ia mengirim kepada kita Roh Kebenaran yang akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (bdk. Yohanes 16:13).
Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada 20/ 05, merayakan Hari Komsos sedunia ke-46 bersama pegiat komunikasi paroki, kategorial dan para artis. Secara lebih khusus lagi dalam perayaan ini digelar pula kegiatan pemberian penghargaan berjudul INMI (Inter Merifika) Awards. Penghargaan ini ditujukan bagi media komunikasi berupa majalah maupun warta mingguan paroki dengan berbagai kategori. Ada kategori sampul (cover) terbaik, ada tulisan feature terbaik dan lain-lain.
Sebelum pagelaran ajang INMI Award, acara dimulai dengan misa meriah dipimpin Mgr. Ign. Suharyo, uskup KAJ didampingi koselebran Rm. Harry Sulistio, Pr, ketua Komsos KAJ dan Rm. Steven, Pr yang juga pegiat Komsos KAJ.
Mengawali kotbahnya Mgr. Ign. Suharyo mengajukan pertanyaan, mengapa hari Komunikasi Sosial selalu dirayakan seminggu sebelum hari Pentakosta? “Ini mengingatkan kita semua akan mandat perutusan Gereja supaya kita pergi ke seluruh dunia untuk mewartakan kabar gembira. Agar kita dapat mewartakan kabar gembira ini dengan baik maka kita perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar sehingga pewartawaan kita dapat diterima dengan baik. Supaya jangkauan pewartaan kita bisa lebih meluas kita perlu memanfaatkan peralatan komunikasi modern sebaik mungkin,” ungkap Mgr. Suharyo.
Mgr. Suharyo juga mengatakan bahwa tugas pewartawan ini begitu penting. “Karena itulah setiap tahun Paus menyiapkan pesan khusus dalam rangka peringatan hari Komsos sedunia,” tegas Mgr. Suharyo. Pada tahun ini Paus Benediktus XVI mengambil tema yang sangat spesifik yaitu Keheningan dan Kata Menuju Evangelisasi.
Merenungkan tema ini, kata Mgr. Suharyo, saya langsung teringat pengalaman beberapa tahun lalu ketika berkunjung ke sebuah rumah retret. Uskup tiba di rumah retret dimaksud sudah malam sekitar pukul 21. Sehingga rumah retret itu sudah gelap. Tetapi di beberapa sudut ada nyala lilin. “Saya mendekat ke lilin tersebut ternyata di sana ada seorang remaja laki-laki duduk sendirian dan sibuk menulis sesuatu di atas buku catatannya. Lalu saya bertanya sedang mengapain sendirian di kegelapan ini? Rupanya si remaja ini sedang mengikuti sebuah pembinaan rohani. Kepada setiap peserta dipersilahkan berdiam diri di tempat masing-masing tanpa penerangan kecuali terang lilin. Setelah itu mereka diminta menuliskan pengalaman apa saja yang mereka dapatkan selama berdiam diri itu. Entah itu digigit nyamuk, entah itu rasa takut karena gelap atau apa saja yang penting mereka menuliskan segala sesuatu yang mereka rasakan.
“Pengalaman ini sangat luar biasa, karena kepada para remaja itu sejak dini telah diajarkan untuk berani berdiam diri dan menuliskan pengalaman, perasaan-perasaan selama berdiam diri itu. Ini sebuah pembinaan yang penting,” lanjut Mgr. Suharyo.
Mengapa penting berdiam diri? Dalam keadaan diam seseorang akan bisa merasakan dan mengalami jerit batinya yang terdalam secara bening dalam hening. Pada saat itulah sebenarnya setiap pribadi dapat melihat dengan jelas tujuan hidupnya dengan jelas.
“Diam itu ibarat air keruh dalam sebuah gelas yang didiamkan. Hanya dalam satu malam akan terjadi pemisahan antara air bening dengan kotorannya. Saat diam dalam keheningan itu pula kita kita dapat mengenali apa yang sedang kita alami dan yang sedang terjadi di sekitar kita. “Saat itu kita akan bisa sampai melihat apa yang hakiki dan sejati atau melihat lebih dalam dari apa yang kelihatan,” tandas Mgr. Suharyo.
Karena itulah Rasul Johannes mengatakan :”Kami telah melihat dan menyaksikan bahwa Bapa telah mengutus anakNya. Padahal di tempat lain dia mengatakan bahwa tidak mungkin melihat Allah. Kesaksian Johannes inilah merupakan buah dari keheningan dan olah batin,” ungkap Mgr. Suharyo.
Tetapi Mgr. Suharyo juga mengatakan bahwa diam dalam keheningan juga bisa menimbulkan rasa gelisah dan takut. “Mungkin kegelisahan saat diam inilah yang dimanfaatkan dunia hiburan, sehingga orang yang kesepian sering lari ke tempat-tempat hiburan. Padahal hiburan itu hanya menghilangkan kegelisahan sesaat, bukan yang sejati,” tegas Mgr. Suharyo. Karena itulah Uskup sangat menekankan keberanian kita untuk berdiam diri dan mengenali dan menyadari persoalan kita yang sesungguhnya dan yang sejati dan benar.
Yesus sendiri pun telah mengajarkan hal itu dalam Injil. Setiap kali Dia menyisihkan waktunya untuk pergi ke tempat sunyi untuk berdoa.
Selesai misa, seluruh hadirin diundang untuk menyaksikan pemberian INMI Award 2012. Hajatan yang diawali dengan makan malam bersama ini pun ternyata dihadiri juga beberapa artis katolik seperti Lisa Aryanto, Mpok Hindun Fanny Rahmasari (MC), Bernadetha Cinta “Mama Mia”, dan tentunya juga para pengiat Komsos dari paroki-paroki Sekeuskupan Agung Jakarta.
Melihat perubahan masa sekarang ini, kadang hati kita bisa menjadi gamang dan kuatir. Perubahan zaman membawa kemudahan dan gengsi; perubahan itu membawa semangat berkompetisi dan semangat untuk menang. Semua orang diajak untuk berlomba-lomba memenangkan hidup yang makmur, peringkat pertama, atau terkenal. Perubahan itu entah membawa kita ke mana. Kadang kita merasa menikmatinya, kadang bingung mengamati akibatnya bagi generasi muda dan keluarga kita.
Ada begitu banyak keterbukaan dan kebebasan yang kita nikmati. Ekspresi pribadi menjadi bagian yang kita nikmati dengan bebas. Dan semua berjalan semakin apa adanya. Anak- anak boleh menolak kebijaksanaan orang tuanya. Dan orang tua tidak bisa lagi semena-mena memberikan aturan yang tidak masuk akal sehat anak-anaknya. Akan tetapi, apakah kebebasan seperti itu saja cukup untuk mengarahkan anak-anak kepada nilai hidup yang Kristiani? Barangkali, untuk mengatasi kebingungan, sekolah dijadikan jalan pintas dan andalan untuk membentuk kepribadian, pendidikan nilai dan membatasi kebiasaan buruk dan kenakalan.
Di luar tembok sekolah, kehidupan kadang tidak berjalan seperti yang kita harapkan. Membaca hasil beberapa survei atau berita, baik yang dapat dipercaya atau tidak, kadang kita kembali dihantui rasa takut karena ternyata anak-anak kita tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri saja. Cerita kecurangan dalam ujian, pertengkaran, pencurian, terlibat narkoba, sampai kenakalan anak muda yang melalukan seks bebas barangkali bukan sesuatu yang mengada-ada.
Ke mana anak-anak kita akan berkembang? Apakah kita sungguh yakin bahwa mereka berada dalam lingkungan yang baik, yang mendukung mereka untuk hidup dengan pikiran-pikiran yang baik, mengerti nilai-nilai hidup yang baik, dan belajar untuk beriman dengan baik juga? Apakah mereka sungguh mengenali budaya hidup yang arif, yang Kristiani dan bermoral Kristiani ?
Generasi muda selalu dikelilingi oleh nilai-nilai dan budaya yang selalu berkembang dan berubah. Dalam ketersembunyian, mereka dibentuk oleh tangan-tangan yang membawa mereka menjadi generasi yang berbeda dengan jaman orang tuanya. Apakah nilai-nilai luhur dapat dipelajari dan diterima dari kehidupan di dalam rumah mereka sendiri? Tugas kita sebagai orang tua untuk menanggulanginya.
Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, nilai-nilai hidup yang sesuai dengan ajaran Kristus dan Gereja perlu diajarkan pada anak-anak dan seluruh anggota keluarga kita. Mreka semua perlu mendapat pengertian dan bimbingan agar sampai pada penerimaan bahwa suatu nilai itu berharga dan perlu diperjuangkan berhadapan dengan banyaknya informasi dan ajaran-ajaran yang bertubuh-tubi masuk dalam pikiran dan gaya hidup kita semua, khususnya anak-anak itu.
Jika dibiarkan, anak-anak dan generasi muda kita akan kehilangan jati dirinya sebagai orang Kristiani dan manusia bermoral baik. Mereka membutuhkan masukan dan pendidikan dari orang tua dan seluruh anggota keluarganya. Dalam keluarga, kita bersama-sama membiasakan diri mengembangkan nilai-nilai hidup yang baik dan benar.
Mulailah dari disiplin diri, membiasakan melakukan hal yang benar dan mulai Mengembangkan habitus baru untuk mendalami imannya, mengembangkan persaudaraan sejati dan membudayakan kasih, supaya kita semakin yakin akan suatu masa depan yang lebih baik, bukan hanya berhasil dalam karir, tetapi semakin menjadi manusia yang dicintai Allah dan sesama. Mulai dari, misalnya, kebiasaan mengucapkan terima kasih, menghormati pembantu rumah tangga, atau menghargai pendapat anak-anak sambil mengajarkan kejujuran dan tanggung jawab atas perbuatannya.
Sekolah saja tidak mencukupi untuk suatu pendidikan yang baik bagi anak-anak kita. Mereka perlu kepastian dari orang tua serta seluruh isi rumahnya bahwa cinta kasih, kejujuran, kesetiakawanan, tanggung jawab, iman, kerendahan hati, hormat pada orang tua, kesetiaan, kemurnian, dll. adalah nilai-nilai yang akan terus berlaku, meskipun banyak tawaran menipu datang sebagai nilai baru yang bisa merusak kehidupan bersama kita.
Marilah dengan tekun kita dampingi putera-puteri kita. Kita jadikan setiap hari sebagai hari penuh persahabatan dan pendidikan nilai untuk mereka. Jangan biarkan generasi muda kita kehilangan arah karena tekanan hidup yang kompetitif melulu. Bimbinglah supaya perubahan zaman dan modernisasi tidak membuat mereka bingung melangkah karena sekedar ikut-ikutan dengan budaya dan tren yang belum tentu membawa keselamatan dan masa depan yang lebih baik.
Saya percaya, dengan pendekatan personal, persahabatan, kasih, dan teladan yang baik dari orang tuanya, pendidikan nilai akan lebih mudah dilaksanakan dan berhasil membawa generasi muda ke arah Kristus, ke arah pembentukan pribadi yang utuh untuk keselamatan sejati yang membuat kita bersyukur dan bangga akan mereka .
Bersama Bunda Maria, kita berdoa untuk keselamatan seluruh keluarga kita. Kita ingin membangun keluarga seperti keluarga kudus-Nya yang mampu menjadi teladan dan terang bagi banyak orang. Semoga Pentakosta mempersiapkan anak-anak kita dibimbing oleh Roh Kudus untuk membawa mereka kepada Yesus dan memuliakan Bapa yang menyertai anak-anak-Nya setiap saat.
Menurut survey, lebih dari 25 paroki di Keuskupan Agung Jakarta memiliki LCD proyektor di Altar Gerejanya dan siap dipergunakan dalam perayaan Ekaristi. Namun pemanfaatannya LCD proyektor berbeda-beda antara paroki yang satu dengan paroki lainnya. Bahkan belum maksimal tetapi malah mengganggu penghayatan umat.
Bertepatan dengan Tahun Ekaristi, Panitia Tahun Ekaristi bersama Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Jakarta akan menyelenggarakan TEMU KOMSOS dengan topik bahasan “Pemanfaatan sarana LCD Proyektor di Altar Gereja agar penghayatan umat semakin terbantu dalam perayaan Ekaristi, bukan sebaliknya”. Ada pun pertemuan tersebut diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012
Waktu : pk.09.00 – 13.00 WIB
Tempat : AULA KATEDRAL
JL. Katedral No. 7
Agenda :
1. Sumbangan Komsos di Tahun Ekaristi
2. Sosialisasi Jejaring Komsos se-KAJ
3. LCD proyektor di dalam gereja
Karena terbatasnya tempat, maka undangan ini hanya berlaku maksimal untuk 5 (lima) orang untuk pengurus Seksi Komsos Paroki dan pengurus Seksi Lirutgi Paroki . Kami mohon untuk konfirmasi kedatangan paling lambat tanggal 4 Mei 2012 jam 12.00 WIB kepada Sdri. IRENE (via telp atau sms) HP 08174815757
Atas perhatian Saudara, kami mengucapkan terima kasih. Mari terus menjalin komunikasi iman, persaudaraan,dan pelayanan di era digital.
Pameran Bursa Kerja Job Fair KAJ 2012; 14-15 Juli 2012
Dimulai sejak tahun 2009, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) senantiasa menyelenggarakan Job Fair Akbar yang bertujuan untuk memfasilitasi para pencari kerja dan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga ahli dapat saling bertemu dan bersinergi. Dengan adanya sinergi antara kedua belah pihak, diharapkan kegiatan ini dapat membantu meningkatkan hajat hidup orang banyak.
Selain menjadi ajang untuk mencari kerja, Tim Penyelenggara Job Fair Akbar juga selalu mengadakan beberapa seminar dengan topik kiat sukses dalam dunia usaha dan bagaimana memulai suatu usaha yang mampu berdaya saing. Tujuan dari seminar-seminar ini adalah untuk memberi wawasan tentang kewirausahaan, yang akan dibawakan oleh narasumber – narasumber yang telah sukses di bidangnya masing-masing. Untuk tahun 2012 ini Job Fair KAJ akan diselenggarakan di “Universitas Katolik Atma Jaya” pada tanggal 14-15 Juli 2012. Seperti acara-acara sebelumnya, Job Fair ini terbuka untuk UMUM. FB: Job Fair KAJ Blog: http://jobfairkaj.blogspot.com/ Twitter: @jobfairkaj Oleh karena itu, Tim Penyelenggara Job Fair mengundang kehadiran Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian sebagai pengunjung, pencari kerja, pemberi kerja, ataupun sebagai sponsor. Untuk info & proposal, hub:
Catharina 0812-8578899
Agustino 0815-9220325
Luis 0815-19059001
atau email ke jobfairkaj@gmail.com