Cuaca di kota Roma hari ini tidak seperti biasanya. Rabu, 27 Pebruari 2013, sebuah hari musim dingin yang indah. Matahari bersinar cerah sejak pagi. Inilah sebuah hari penting di dalam sejarah Gereja Katolik: Paus Benediktus XVI tampil ke publik dalam upacara audiensi umum untuk terakhir kali setelah pengumuman pengunduran dirinya dua pekan lalu.
Sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma, sekitar 200.000-an peziarah sudah memenuhi Via della Conciliazione, ruas jalan panjang membujur dari Lapangan Santo Petrus hingga sungai Tiber. Di ruas jalan itu pula sudah dipasang beberapa layar lebar. Di situ terdapat beberapa titik kontrol, selain dari arah Porta Santa Anna, tepi barat, dan Porta Sant’Angelo dari tepi arah timur Vatikan. Ribuan polisi dan aparat keamanan pun siaga di sekeliling Vatikan.
Para peziarah berjuang masuk ke Lapangan Santo Petrus dan mengambil tempat paling depan supaya bisa melihat Sri Paus dari dekat dan mengucapkan kata-kata pisah yang bisa didengar oleh Bapa Suci sendiri.
Dari saat ke saat Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manusia. Mereka melambai-lambaikan berbagai bentuk dan ragam spanduk dengan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arrivederci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa. Mereka pula tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Benedetto”, nama Sri Paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara yang menggetarkan suasana pagi ini.
Tepat pkl. 10.35 pagi waktu Roma, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mons. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan Paus menjadi Uskup Agung pada 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, massa semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgasana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul umat yang hadir satu persatu. Saat-saat itu keharuan mulai terasa.
Laporan P. Markus Solo, SVD
Langsung dari Tahta Suci, Vatikan
(Source:http://www.hidupkatolik.com/2013/02/28/vatikan-200-ribu-peziarah-hadiri-perpisahan-benediktus-xvi)
VATIKAN: 200 ribu Peziarah Hadiri Perpisahan Benediktus XVI
SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013
SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013
(dibacakan sebagai pengganti kotbah,pada Misa Sabtu/Minggu, 9/10 Februari 2013)
“MAKIN BERIMAN, MAKIN BERSAUDARA,
MAKIN BERBELARASA”
Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
1. Pertama-tama saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada saudari/saudara yang merayakannya. Kita semua tahu, Tahun Baru Imlek pada mulanya berkaitan dengan syukur para petani atas datangnya musim semi, musim yang indah dan menjadi lambang munculnya kembali kehidupan setelah musim dingin yang beku. Kalau pun tidak semua dari antara kita merayakan Tahun Baru Imlek, bolehlah kita semua ikut masuk ke dalam suasana sukacita dan syukur atas berseminya harapan akan masa depan baru, berkat pembaharuan hidup.
2. Sementara itu bersama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah, dengan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan kita masing-masing sebagai pribadi, sebagai keluarga maupun sebagai komunitas. Prapaskah adalah masa penuh rahmat, ketika kita bersama-sama mengolah pengalaman-pengalaman dan mengusahakan pembaharuan hidup agar dapat semakin mantap dan setia mengikuti Yesus Kristus sampai sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Untuk kepentingan masa Prapaskah tahun ini, sudah disediakan sarana-sarana pembantu antara lain buku yang berjudul “Retret Agung Umat – Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa”. Semoga bahan-bahan yang sudah disediakan ini, dapat membantu seluruh umat untuk membuat masa Prapaskah semakin bermakna dan berbuah.
3. Kisah panggilan Simon yang dibacakan pada hari ini (Luk 5:1-11) memberikan kepada kita contoh bagaimana kita dapat mengusahakan dan mengalami pembaharuan hidup. Pembaharuan itu ditunjukkan dalam perubahan nama yang disandang oleh Simon. Pada awal kisah, nama yang dipakai untuk menyebut dirinya adalah Simon (ay 3.4.5). Dalam perjalanan waktu nama itu berubah: ia disebut Simon Petrus (ay 8). Kita semua tahu, dalam Kitab Suci, perubahan nama adalah tanda perubahan pribadi berkat pembaharuan hidup. Pembaharuan hidup itu tampak juga dalam cara Simon menyapa Yesus : ketika ia tampil sebagai Simon, Yesus ia panggil dengan julukan Guru (ay 5). Sementara ketika ia tampil sebagai Simon Petrus, Yesus ia sebut dengan gelar Tuhan (ay 8). Artinya, pembaharuan hidupnya terjadi berkat pengalamannya akan Yesus. Yesus ia alami bukan lagi sekedar sebagai Guru yang mengajar, tetapi sebagai Tuhan yang menguasai dan menyelenggarakan kehidupan.
4. Perubahan nama itu tampaknya sederhana dan cepat. Tetapi dalam kenyataan, perubahan nama yang mencerminkan pembaharuan hidup merupakan proses yang panjang dan tidak sederhana. Pada awal kisah, kepercayaan Simon kepada Sang Guru diuji. Ternyata Simon berani mengambil risiko : meskipun sebagai nelayan ia tahu persis bahwa waktu mencari ikan sudah lewat, ia turuti perintah Gurunya. Ia berani melangkah lebih jauh daripada perhitungan-perhitungan yang aman. Ternyata langkah yang penuh risiko ini membawanya masuk ke dalam pengalaman yang menakjubkan dan yang tak terkirakan yaitu pernyataan kuasa ilahi dalam bentuk tangkapan ikan yang berlimpah. Simon masuk ke dalam pengalaman yang menentukan dalam hidupnya : pernyataan kuasa ilahi di hadapannya ini bukannya membuat dia membusungkan dada, melainkan membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa. Proses pembaharuan hidup pada tahap ini membawa Simon kepada kesadaran yang benar akan dirinya sebagai pendosa. Injil menceritakan, “Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” (ay 8). Simon berharap Yesus akan pergi, tetapi ternyata pada waktu itulah justru kepadanya diberikan tugas perutusan :”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia” (ay 10). Menjadi jelaslah bahwa kesadaran akan dosa tidak membuat Simon terpuruk atau kehilangan harga diri. Sebaliknya kesadaran inilah yang merupakan awal dari hidup baru, yang merupakan kesimpulan dari kisah ini :”Sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus” (ay 11).
5. Dengan demikian kisah penangkapan ikan yang ajaib ini dapat kita mengerti sebagai undangan bagi kita semua untuk setiap kali kembali kepada pengalaman akan kuasa dan kasih ilahi yang akan membawa kita kepada kesadaran diri yang benar sebagai orang berdosa, sebagai saat yang menentukan dalam proses pembaharuan hidup. Prapaskah adalah masa khusus yang disediakan bagi kita agar kita dapat mengalami kuasa dan kasih Allah yang membaharui kehidupan kita.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
6. Kita semua umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta diajak untuk menggunakan masa Prapaskah ini juga untuk membaharui kehidupan : agar kita menjadi pribadi-pribadi yang makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Beriman berarti semakin setia mengikuti Yesus Kristus, seperti Simon Petrus. Ketika iman kita menjadi semakin sejati, dengan sendirinya kita akan semakin bersaudara. Oleh karena itu salah satu tanda yang amat penting untuk menguji kedalaman iman kita adalah apakah iman itu berbuah persaudaraan. Sementara itu persaudaraan yang benar dan sejati dengan sendirinya akan berbuah belarasa. Hidup bersama yang tidak membuahkan belarasa tidak bisa disebut persaudaraan, melainkan sekedar kelompok atau bahkan komplotan. Begitulah proses pembaharuan hidup itu terjadi dalam bentuk lingkaran yang tidak akan pernah putus, semakin lama semakin bermutu.
7. Mengakhiri surat ini, bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/ adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam perutusan Gereja Keuskupan Agung Jakarta, baik untuk kebaikan Gereja sendiri maupun untuk kebaikan bersama dalam masyarakat yang lebih luas. Seperti Simon Petrus dan kawan-kawannya, kita pun dengan cara yang berbeda-beda, dipanggil dan diutus untuk menjadikan siapa pun yang kita jumpai dalam hidup kita, makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa. Banjir belarasa sebagai reaksi terhadap bencana banjir yang beberapa waktu yang lalu menimpa, menunjukkan bahwa semboyan yang diangkat dalam masa Prapaskah ini bukanlah semboyan kosong, melainkan cermin berjalannya pembaharuan hidup. Semoga demikianlah seterusnya. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
PERATURAN PANTANG DAN PUASA KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA UNTUK TAHUN 2013
PERATURAN PANTANG DAN PUASA
KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA
UNTUK TAHUN 2013
TEMA: “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin berbelarasa”
Masa Prapaskah/Waktu Puasa Tahun 2013 dimulai pada hari Rabu Abu, 13 Februari sampai dengan hari Sabtu, 30 Maret 2013.
“Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi’ (KHK k.1249). Dalam masa tobat ini Gereja mengajak umatnya “secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang”(ibid). Semua orang beriman diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup dan mengadakan pembaharuan untuk semakin setia sebagai murid Yesus.
Dalam rangka pertobatan dan pembaharuan hidup beriman, Gereja mengajak kita semua untuk mewujudkannya, terutama dalam masa prapaskah ini dengan memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini :
Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:
– Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu, 13 Februari dan hari Jumat Suci, 29 Maret 2013. Pada hari Jumat lain-lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
– Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k.1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur delapanbelas tahun (KHK k.97 §1).
– Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
– Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k.1252).
– Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.
– Dalam rangka mewujudkan pertobatan ekologis, kita diajak untuk ambil bagian dalam gerakan pantang plastik dan styrofoam.
Untuk memaknai masa prapaskah ini marilah kita mengusahakan orientasi dan perilaku yang membuat kita semua makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Kita usahakan agar suasana tobat dan syukur mewarnai masa penuh rahmat ini. Sangat dianjurkan agar berbagai kegiatan yang bersuasana pesta, misalnya: perkawinan, tidak dilakukan dalam kesempatan ini. Namun jika ada alasan yang berat untuk melakukannya, hendaklah tetap dilaksanakan secara sederhana.
Semoga dengan menjalani masa prapaskah ini, iman kita semakin diteguhkan. Kita percaya dengan-Nya persaudaraan kita akan semakin diakrabkan dan pada gilirannya kita semakin berbelarasa terhadap saudara-saudara kita yang menderita.
Jakarta, 9 Februari 2013
Mgr. Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
Sebuah Refleksi dari Rm. Marya, SJ “Hendaklah Kamu Murah Hati”
“Hendaklah kamu murah hati”
(Dan 9:4b-10; Luk 6:36-38)
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:36-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Murah hati secara harafiah kiranya boleh diartikan sebagai hatinya dijual murah alias senantiasa memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu. Sebagai orang beriman jika kita mawas diri secara benar dan jujur kiranya akan mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima perhatian secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka cara dan bentuk, tentu saja pertama-tama dan terutama telah kita terima melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dst.. alias mengasihi kita tanpa batas, sebagaimana tertulis dalam lagu “Kasih itu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”.
Maka marilah kita saling bermurah hati satu sama lain, dan tentu saja kami berharap kepada anda sekalian untuk lebih memperhatikan mereka yang kurang menerima perhatian alias yang tersingkir dan terpinggirkan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing pasti ada orang-orang atau pribadi-pribadi yang kurang menerima perhatian, maka perhatikan mereka. Kita juga diingatkan agar tidak mudah mengadili atau menghukum orang lain, dengan kata lain hendaknya jangan terlalu melihat dan membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan orang lain, melainkan hendaknya lebih memperhatikan kelebihan dan kebaikannya, sebagaimana seorang ibu senantiasa lebih melihat dan membesarkan kelebihan dan kebaikan anak-anaknya. Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk senantiasa bermurah hati kepada anggota atau bawahannya.
· “Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya” (Dan 9:7-10).
Kutipan ini kiranya dapat menjadi acuan bagi kita semua untuk mengakui dan menghayati diri sebagai orang berdosa, dan mungkin kita kurang memperhatikan mereka yang harus diperhatikan. Secara khusus kami mengingatkan para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya alias dengan rela dan hati berkorban memboroskan waktu dan tenaga kepada anak-anaknya khususnya pada usia balita. Usia balita adalah masa yang rawan dan rentan, entah itu balita anak-anak, balita suami-isteri, balita imam, pastor, bruder atau suster maupun pekerja.
Masa-masa ini banyak godaan dan rayuan yang merongrong kesetiaan kita sebagai orang yang terpanggil, maka kepada para senior kami ajak untuk memperhatikan mereka yang masih `balita’. Kita semua juga diingatkan untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.
Kami harap ketika ada tegoran atau peringatan dari saudara-saudari kita atas pelanggaran yang kita lakukan, dengan rendah hati menerimanya serta berusaha memperbaiki diri. Berterima kasih dan bersyukur kepada mereka yang menegor dan mengingatkan anda, jangan melawan atau memberontak. Marilah kita saling mendengarkan satu sama lain, sehingga terjadilah kebersamaan hidup yang menyenangkan, mempesona dan memikat bagi orang lain.
“Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh” (Mzm 79:8-9.11)
Ign 25 Februari 2013
GERAKAN PAN-TIK-FOAM (Pantang Plastik dan Styrofoam)
Dalam hal ini, makin kita sadari bahwa penderitaan manusia juga diakibatkan oleh bumi yang makin rusak. Orang kehausan juga disebabkan oleh air bersih yang makin mahal. Orang kelaparan juga disebabkan oleh tanah yang kurang subur lagi dan tanaman yang rusak. Orang sakit juga disebabkan oleh udara dan air yang terpolusi.
Orang dipenjara bisa juga karena berebut air dan/atau sumber-daya alam lain yang makin langka. Pendeknya, penderitaan manusia tidak lepas dari ‘penderitaan’ yang dialami bumi seisinya. Dengan kata lain, belarasa kita tidak hanya langsung pada sesama yang menderita, tetapi juga melalui belarasa pada ciptaan Tuhan yang lain.
Kepedulian pada lingkungan hidup, atau yang sering disebut ‘go green’ memang juga bersemangat kristiani, yaitu semangat menjaga ciptaan sebagai mitra Allah. Banyak upaya bisa dilakukan, tetapi sebagai upaya bersama, perlu dicarikan fokus yang lebih jelas. Sehubungan dengan hal itu, untuk tahun 2013 ini, dalam semangat sebagai mitra Allah tadi, kita mau bersama melakukan gerakan sederhana, yaitu pantang plastik dan styrofoam. Kita tahu bahwa pada jaman modern ini, salah satu yang mengotori dan merusak alam adalah plastik dan styrofoam yang tidak dikelola dengan baik. Karena itu, gerakan ini lebih mengajak umat Katolik agar lebih mampu mengelola pemakaian plastik dan styrofoam dalam semangat belarasa tadi.
Supaya pantang plastik dan styrofoam ini didasari oleh suatu pemahaman yang benar, booklet itu diterbitkan. Isinya adalah pengetahuan ringkas tentang plastik dan bahayanya bagi bumi dan manusia, lalu diakhiri dengan beberapa gagasan bagaimana kita bisa menghemat plastik dan styrofoam. Bagian akhir itu lebih berupa gagasan, bukan kewajiban, karena yang paling pokok adalah bagaimana dengan tindakan yang sederhana kita mewujudkan kepedulian dan cinta kita.
Tidak sedikit upaya dan kreativitas yang belum disebutkan disini, dan juga bisa berkembang lebih jauh. Karena itu, gagasan ini lebih bersifat
pemancing, supaya bisa ditindaklanjuti dan dikembangkan sesuai konteks masing-masing. Pun, sebagai sebuah booklet sederhana, bukan teksbook, paparan yang ada di dalamnya sangat terbatas, hanya diambil dari sumber yang juga relatif terbatas, yaitu internet. Tujuan informasi itu bukan untuk pengetahuan semata, tetapi lebih untuk mendorong dan memotivasi umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta.
Dengan kata lain, booklet ini hanya untuk kalangan sendiri dan tidak diperjualbelikan, serta tidak ada copyright. Jika ada yang menginginkannya, soft-copy juga akan disediakan. (Untuk ini, terimakasih atas partisipasi aktif rekan Kartini dari paroki Don Bosco yang mengedit dan Jana Broto dari paroki St. Stefanus yang menata-letak booklet ini.)
Karena itu, jika ada masukan untuk dikembangkan, atau juga sharing pengalaman bagaimana menghemat plastik dan styrofoam, atau bisa juga pertanyaan, sila menghubungi kami di pemukat@gmail.com. Akhirnya, selamat kembali menjadi mitra Allah dengan hal yang sederhana, dan semoga upaya sederhana ini memang sungguh membuat iman kita bertumbuh dan berbuah, karena, seperti dikatakan oleh St. Yakobus, “iman tanpa perbuatanperbuatan adalah mati” (Yak 2: 26)!
Salam Al. Andang L. Binawan, SJ Koordinator Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
Keuskupan Agung Jakarta
Terkait Perayaan Paskah Tahun 2013 di Seluruh Wilayah “Patriarkat Holy Land”

Pada masa lampau, pengalaman seperti ini- yaitu menyatukan perayaan Paskah antara Gereja Timur dan Barat- sebenarnya pernah juga dilakukan beberapa paroki Katolik di Keuskupan Tanah Suci dengan banyak keberhasilan. Hal ini dilakukan mengingat banyak keluarga yang terbentuk dari hasil perkawinan campur antara Katolik, Ortodoks, dan Protestan. Perbedaan dalam kalender yang digunakan oleh Gereja Katolik (yang mengikuti kalender Gregorian) dan Gereja Ortodoks (yang mengikuti kalender Julianus) membuat anggota keluarga campuran tak bisa merayakan Paskah pada hari yang sama.
Berikut saya terjemahkan dari
http://it.custodia.org/default.asp?id=4&ricerca=pasqua&id_n=21965
Mengenai perayaan paskah tahun ini di seluruh wilayah “Patriarkat Holy Land”
Paskah 2013 di Gereja-gereja Tanah Suci
Senin, Oktober 15, 2012 lalu, sesuai dengan petunjuk Majelis Ordinaris Katolik di Tanah Suci (Assemblea degli Ordinari di Terra Santa disingkat AOCTS) telah diumumkan, mengenai perayaan Paskah, menurut kalender Julianus. Dokumen tersebut menyatakan bahwa dalam dua tahun, semua Umat Katolik baik dari Ritus Latin maupun Ritus Timur di Keuskupan Tanah Suci akan mengikuti kalender Julianus (seperti yang diterapkan umat Kristen Ortodoks), dan ini merupakan keputusan akhir serta telah mendapat persetujuan oleh Tahta Suci.
Petunjuk tersebut diserahkan kepada paraUskup Gereja Katolik dengan tetap memberikan kebebasan untuk memilih apakah akan memulai pengalaman pada tahun 2013 ini atau dalam tahun-tahun depan sampai kurun waktu tahun 2015.
Patriarkat Latin Yerusalem, Yang Mulia Patriarkat Fouad Twal, telah mengundang semua imam di Keuskupan Tanah Suci (yaitu, Palestina, Yordania, Israel dan Siprus) untuk menggunakan kalender Ortodoks. Oleh karena itu, Paskah di Tanah Suci akan dirayakan pada 5 Mei 2013, dengan pengecualian dari daerah Yerusalem dan Betlehem, karena “Status quo”.
Berkenaan dengan Gereja-gereja lain dari Tanah Suci, Yang Mulia Patriarkat Elias Chacour, Uskup Agung dari Gereja Melkit Yunani, mengundang para imam di keuskupannya di Galilea mengikuti kalender Julian untuk Paskah 2013. Sementara, Yang Mulia Patriarkat Moussa El-Haj, dari Gereja Maronit sebagai Uskup Agung Haifa, mengatakan bahwa Gereja Maronit akan mengikuti kalender Patriarkat Maronit Lebanon, dan dengan demikian, akan merayakan Paskah mendatang sesuai dengan tanggal Gereja Katolik Roma.
Pada masa lampau, pengalaman seperti ini- yaitu menyatukan perayaan paskah antara Gereja Timur dan Barat- sebenarnya pernah juga dilakukan beberapa paroki Katolik di Keuskupan Tanah Suci dengan banyak keberhasilan. Hal ini dilakukan mengingat banyak keluarga yang terbentuk dari hasil perkawinan campur antara Katolik, Ortodoks, dan Protestan. Perbedaan dalam kalender yang digunakan oleh Gereja Katolik (yang mengikuti kalender Gregorian) dan Gereja Ortodoks (yang mengikuti kalender Julianus) membuat anggota keluarga campuran tak bisa merayakan Paskah pada hari yang sama.
Perbedaan tersebut berawal dari Konsili Nicea (325 M), di mana saat itu Gereja sepakat bahwa Paska Kristen harus dirayakan pada Minggu sesudah bulan purnama pertama di musim semi 114 Nisan. Perubahan kalender yang dilakukan di Barat pada 1582 (“kalender Gregorius” sesuai dengan nama Paus Gregorius XIII) menyebabkan pergeseran beberapa hari terhadap kalender di Timur. Gereja-gereja Barat dan Timur sekarang ini mencari satu kesepakatan, supaya mereka dapat merayakan lagi pesta agung kebangkitan Tuhan pada hari yang sama.(Bdk. KGK 1170)
Berkaitan dengan Paskah 2015 dan tahun-tahun berikutnya, keputusan akan diusulkan oleh AOCTS untuk kemudian disetujui oleh Tahta Suci. Tahun tersebut sebaiknya menjadi penetapan terakhir diterapkannya kalender Julianus untuk perayaan Paskah, untuk semua Gereja Katolik di Tanah Suci, “sehingga kita dapat mengadaptasikan kalender liturgi untuk awal Prapaskah dan Hari Raya Pentakosta.
Ini adalah arahan AOCTS yang menyatakan bahwa keputusan ini akan diterima, dihormati, dan dilaksanakan oleh semua Umat Katolik baik dari Ritus Latin maupun Timur serta semua orang asing yang berada di keuskupan ini. Maka, Tahun 2014 mendatang kiranya akan menjadi tahun yang “ekumenis” karena Umat Katolik dan Ortodoks akan merayakan paskah bersama pada 20 April.
Jordan, OFM
(Anggota Gardianat Tanah Suci)
Yang Mulia Paus Benediktus XVI mengumumkan Pengunduran Dirinya secara resmi Akhir Bulan ini
Father Lombardi: The Pope surprised Us
Kabar mengejutkan baru kita terima kemarin yaitu Yang Mulia Tercinta Paus Benediktus XVI mengumumkan pengunduran dirinya. Di berbagai situs berita internasional kabar pengunduran diri Paus ini mengundang rasa heran dan berbagai pertanyaan muncul.
Namun jika dipahami secara keseluruhan, pengunduran diri Paus Benediktus ini dilatarbelakangi oleh kondisi kesehatannya yang semakin menurun. Benediktus mulai menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik tahun 2005. Paus terakhir yang mengundurkan diri adalah Paus Gregorius XII pada tahun 1415.
Berikut adalah isi pidato Paus Benediktus hari ini seperti yang dimuat di Radio Vatikan
Saudara (i) yang saya kasihi,
Saya menghimpun anda sekalian pada konsistori (pertemuan) ini bukan saja untuk tiga kanonisasi tapi juga untuk mengumumkan kepada anda semua akan keputusan yang sangat penting bagi kehidupan Gereja.
Setelah berulang kali memeriksa batin saya di hadapan Tuhan saya akhirnya sampai pada keyakinan bahwa kekuatan saya, yang karena usia yang semakin lanjut, tidak lagi cocok untuk menjalankan tugas pelayanan yang diwarikan oleh St Petrus ini.
Saya sangat sadar akan pelayanan ini, karena esensi spiritualnya, harus dijalankan bukan saja dengan kata-kata dan perbuatan, tapi juga dengan doa dan penderitaan.
Namun dalam zaman sekarang ini, yang selalu mengalami banyak perubahan dan ditantang oleh pertanyaan-pertanyaan yang sangat berkaitan dengan kehidupan iman, demi menjaga tahta Santo Petrus dan penyebaran Injil, baik kekuatan pikiran maupun fisik sangat diperlukan, kekuatan yang selama beberapa bulan terakhir dalam diri saya sudah melemah sehingga saya harus mengakui ketidakberdayaan saya untuk menjalankan misi yang dipercayakan kepada saya ini secara penuh.
Atas alasan itu dan sadar akan dampak serius dari keputusan ini, dengan kebebasan yang penuh saya mengumumkan bahwa saya tidak lagi melanjutkan pelayanan sebagai Uskup Roma, Pewaris Tahtas St Petrus, yang dipercayakan kepada saya oleh para Kardinal pada 19 April 2005, yang mana bahwa pada tanggal 28 Februari 2013, jam 20:00, Tahta Suci, Tahta Santo Petrus, akan kosong dan suatu Konklaf untuk memilih Paus baru akan dilaksanakan oleh mereka yang berkompeten.
Saudara (i) yang saya kasihi, saya mengucapkan terima kasih atas segala cinta dan kerja yang sudah kalian tunjukkan untuk mendukung saya dalam pelayanan saya dan saya meminta maaf atas segala kekurangan saya.
Dan sekarang, mari kita percayakan Gereja Kudus ini ke dalam penyelenggaraan Sang Gembala Utama, Tuhan Kita Yesus Kristus dan memohon kepada Bunda Maria, sehingga ia menuntun para Kardinal dengan semangat keibuannya, dalam memilih Paus yang baru. Mengenai diri saya, saya akan tetap mempersembahkan diri saya utuk pelayanan Gereja Kudus di masa mendatang melalui kehidupan yang khusus didedikasikan untuk berdoa.
Vatikan, 10 Februari 2013
Paus Benediktus XVI
Refleksi:
Sebagai Umat Katolik tentu kita terkejut bersama dengan seluruh dunia yang juga terkejut. Kejadian ini merupakan yang pertamakali dalam sejarah Vatikan selama 600 tahun terakhir. Namun kita semua kiranya memahami beliau yang secara kesehatan semakin menurun. Beberapa kali beliau mengungkapkan bahwa beliau sudah sulit sekali membaca, dan 1 tahun terakhir ini pun beliau sudah menggunakan tongkat untuk berjalan.
Tentunya peristiwa ini justru semakin menguatkan iman kita, bahwa kita semua selalu dalam Penyelenggaraan Ilahi. Marilah kita bersyukur dalam segala hal dan tidak lupa mendoakan Bapa Suci Paus Benediktus XVI agar selalu dikuatkan dan dirahmati oleh Allah Tritunggal Maha Kudus. Dan kita sebagai Gereja yang utuh harus semakin berpegangan erat dalam peziarahan di dunia ini. Amin.
source:
http://www.news.va/en/news/pope-benedict-xvi-announces-his-resignation-at-end
http://www.news.va/en/news/father-lombardi-the-pope-surprised-us
http://www.news.va/en/news/virtually-unprecedented-papal-resignation-througho
Surat Keluarga Februari 2013: “Belarasa dalam Keluarga”
Selalu saja ada yang terlupakan
Ada yang dianggap bisa segalanya dan diabaikan
Ada yang dianggap tidak ada karena tak punya apa apa
Ada yang merasa begitu karena terlalu banyak diperhatikan
Siapakah yang paling kita perhatikan?
Apakah yang paling hebat atau yang terpinggirkan?
Para keluarga di Jakarta, setiap orangtua yang ditanya tentang cinta kasih akan berkata, “Aku mencintai anak-anakku semua sama rata, tidak ada yang kuperhatikan lebih dan kurang.” Hampir semua menegaskan keadilan kasih ini di antara orang yang dikasihi dalam keluarga. Tetapi dari beberapa pengakuan, beberapa anak merasa dilupakan dan kurang mendapat perhatian. Mengapa demikian?
Kasih sayang setiap orangtua adalah kasih sayang manusia yang selalu terbatas dan mempunyai kekurangan. Orangtua mencintai justru dari ketidaktahuannya tentang keadilan yang penting bagi perkembangan jiwa anak-anaknya. Seorang anak yang mendapat perhatian lebih, barangkali akan merasa terlalu disayang dan hilang kemampuan mengenai mana yang benar dan salah. Yang berkekurangan perhatian dan kasih, sebaliknya, akan mengalami kehausan dan perasaan diabaikan.
Apakah mungkin mengasihi dalam keluarga bisa adil? Apakah mungkin kita membagi rata perhatian kita pada semua anggota keluarga? Ataukah kita lebih suka memberikan semua itu kepada mereka yang saya sukai? Keluarga yang terkasih, dalam rangka APP 2013 ini, kita diajak untuk berbagi dengan adil dan berbelarasa pada mereka yang lebih menderita. Cara yang barangkali bisa kita terapkan dalam keluarga adalah adil dalam memberi perhatian dan kasih.
Sejak kecil kita dilatih untuk memilih dan memperhatikan dan berteman, dan bermain dengan mereka yang kita sukai. Kita belajar untuk menghindari mereka yang kurang menguntungkan dan kurang “bermanfaat” bagi kita. Kita sungguh telah belajar mengambil keuntungan dari setiap hubungan dengan teman-teman. Hal ini mempengaruhi cara kita mengasihi mereka yang tinggal bersama kita.
Banyak kasus di mana seorang anak mengalami luka batin yang mendalam karena kurang kasih dan kurang cinta. Mereka mungkin mengalami juga kelumpuhan dalam relasi dengan pasangan hidup dan keluarganya. Pengalaman tumpukan luka ini bisa menjadi semacam “dosa keluarga” yang seolah-olah diturunkan dari generasi ke generasi. Sebagai orang beriman, kita harus mulai menghentikannya. Kita harus berusaha memperhatikan mereka yang paling lemah yang paling membutuhkan perhatian.
Memberi perhatian tidak sama dengan secara berlebihan menghabiskan perhatian untuk satu orang dan mengabaikan yang lain. Secara wajar setiap anggota keluarga harus mendapat perhatian dan kasih sayang. Untuk ini diperlukan suatu kesadaran akan perlunya rahmat kesadaran yang didasarkan dari cinta kasih yang tulus.
Dalam semangat persaudaraan, seluruh gerak Keuskupan Agung Jakarta mengajak kita juga untuk mengembangkan semangat belarasa. Cobalah menerapkannya lebih dahulu di dalam rumah kita. Singkirkanlah penghalang usaha kasih di antara kita. Berikanlah waktu kepada anak yang paling dipinggirkan, yang paling kurang berprestasi, yang “tidak hebat”, dan yang kurang membanggakan bagi Anda. Barangkali, dengan kasih yang baru dan belarasa yang tulus, anak Anda akan bertumbuh dan berkembang.
Kebanyakan permasalahan dalam keluarga berasal dari hubungan yang tidak harmonis dan kekurangan kasih sayang. Jangan biarkan masalah datang dalam keluarga Anda hanya karena anak-anak kurang perhatian. Mulailah memberi kata-kata peneguhan, sentuhan fisik, hadiah, penghargaan, waktu yang cukup untuk anak-anak kita, dan terutama menyampaikan pesan bahwa mereka juga berharga.
Kalau anak-anak atau anggota keluarga kita merasa dirinya berharga, kemungkinan untuk berkembang akan semakin tinggi. Anak-anak yang tahu bahwa kehadirannya dikehendaki, akan lebih percaya diri dan termotivasi untuk memberikan diri yang terbaik. Jangan lupa, semua orang membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Bimbinglah mereka agar kelak mereka juga turut membanggakan Anda.
Di awal masa tobat, Aksi Puasa Pembangungan (APP) dan sekaligus di bulan kasih sayang ini, saya ingin mengajak Anda sekalian merasakan keindahan hidup keluarga Anda. Betapapun sulitnya membangun komunikasi; bagaimanapun jauhnya kita dengan orang-orang yang seharusnya kita kasihi, selalu ada kemungkinan perbaikan. Percayalah kepada Tuhan. Pengharapan akan membuat kita tahan uji dan makin beriman kepada-Nya. Berusahalan meraih hati mereka lagi, supaya Anda bangkit bersama Kristus di hari Paskah yang akan datang. Inilah aksi puasa pembangunan di rumah kita.
Selamat menjalankan puasa dan pantang. Mulailah dengan pengharapan dan ajaklah seluruh keluarga juga mengharapkan kebaikan bagi sesame yang lain. Berikan hati dan kasih yang tulus melalui usaha yang nyata dalam APP tahun ini. Semoga semakin banyak orang terberkati, mulai dari keluarga kita dulu. Semoga Allah memberkati usaha dan niat baik kita. Amin
Rm. A. Erwin, MSF