Home Blog Page 135

Siapakah Jose Mario Kardinal Bergoglio?

Jorge Bergoglio yang lahir di Buenos Aires merupakan satu dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga pekerja kereta api keturunan Italia. Setelah belajar di seminari di Villa Devoto, ia kemudian masuk Serikat Yesus (SJ/Yesuit) Maret 1958.

Setelah mendapat lisensiat filsafat dari Colegio Máximo San José di San Miguel ia kemudian mengajar literatur dan psikologi  di Colegio de la Inmaculada di Santa Fe, dan Colegio del Salvador di Buenos Aires.

Ia ditahbiskan imam pada 13 Desember 1969, dan kemudian menjadi pembimbing novis serta dosen teologi. Karena prestasi dan kepiawaiannya, Yesuit kemudian menunjuknya menjadi provinsial SJ di Argentina dari tahun 1973 – 1979. Setelah itu (1980) dia dipindahkan menjadi rektor seminari di San Miguel tempat ia belajar sebelumnya hingga 1986.

Gelar doktor diselesaikannya di Jerman dan setelah itu pulang ke Argentina. Beberapa tahun kemudian pada 28 Februari, 1998 ia menggantikan Kardinal Quarracino. Tiga tahun kemudian (2001) Paus Yohanes Paulus II mengundangnya ke Vatikan dan kemudian mengukuhkannya menjadi kardinal.

Selama menjadi kardinal, Jorge menjabat beberapa fungsi administratif antara lain Kongregasi Imam, Kongregasi Liturgi dan Sakramen, Kongregasi Hidup Religius, dll. Kemudian ia menjadi anggota Komisi Amerika Latin dan Dewan Keluarga.

Jorge dikenal sangat rendah hati, konservatif, dan memiliki komitmen tinggi terhadap keadilan sosial. Gaya hidupnya yang sederhana membuatnya semakin dikenal. Dia memilih untuk tinggal di sebuah apartemen kecil, ketimbang kediaman uskup.

Ia juga memilih untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi yang dikemudikan oleh orang lain, tapi memilih naik angkutan umum, dan bahkan dilaporkan ia juga masak sendiri. Setelah Yohanes Paulus II meninggal, Jorge dianggap layak untuk dipilih menjadi Paus dan mengambil bagian dalam konklaf tahun 2005 yakni pemilihan Paus Benediktus XVI.

Menurut beberapa laporan, dalam konklaf tahun 2005, ia menjadi kandidat Paus setelah Kardinal Ratzinger. Pada November  2005, Bergoglio dipilih secara aklamasi menjadi Presiden Konferensi Waligereja Argentina untuk periode tiga tahun. (Indonesia.Ucanews.com)

Ringkasan:

1. Lahir di Buenos Aires, Argentina, tahun 1936. Ayahnya imigran Italia.

2. Paus pertama yang berasal dari Amerika Selatan. Benua lain yang belum pernah menjadi asal tinggal Paus adalah Australia, Antartika, dan Amerika Utara.
3. Paus Yesuit pertama.
4. Hanya memiliki paru-paru sebelah; sebelah lainnya sudah diangkat karena infeksi sejak remaja.
5. Terkenal karena kesederhanaan pribadinya. Di Argentina, ia memilih tinggal di apartemen sederhana daripada istana katedral, memasak sendiri, dan mengembalikan mobil chauffeured limousinenya serta memilih berangkat kerja dengan naik bus.
6. Pada tahun 2010 menentang legalisasi perkawinan sejenis di Argentina.
7. Kuliah dan meraih gelar master bidang ilmu kimia di Universitas Buenos Aires, tapi memilih menjadi iman Jesuit dan belajar ilmu seni liberal di sebuah seminari di Santiago, Chili.
8. Saat ini usianya 76 tahun, sehingga merupakan paus tertua urutan kesembilan di antara yang pernah dipilih sejak tahun 1295. (Paus Benediktus terpilih pada usia 78 tahun, atau tertua urutan kelima.)

Habemus Papam : Paus Fransiskus

habemus papam, paus baru 2013, fransiskus I, kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina

 “Lonceng berdentang berkali-kali mengiringi Asap Putih yang keluar dari cerobong asap Kapel Sistine, Rabu (13/3/2013) sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Keluarnya asap putih dari cerobong Kapel Sistina menunjukkan bahwa Paus yang baru telah terpilih. Rasa Haru dan Syukur pun menyeruak dari lapangan Basilika St Peter yang dipenuhi puluhan ribu peziarah iman dan menyebar ke seluruh dunia dalam sekejap.”

“Habemus Papam, Habemus Papam, Habemus Papam”!

Kardinal Perancis Jean-Louis Tauran mengumumkan keputusan hasil Konklaf tersebut melalui balkon St Petrus Basilika, Vatikan. Jorge Mario Bergoglio dari Argentina (76) yang menjadi runner-up Benediktus XVI pada konklaf terakhir tahun 2005 lalu, kini terpilih sebagai Paus Baru.

Kardinal Bergoglio akhirnya dipilih menjadi Paus menggantikan Benediktus XVI. Bergoglio menjadi Paus ke-266 dalam 2.000 tahun sejarah Gereja Katolik. Kardinal asal kawasan Amerika Latin menjadi Kardinal Pertama yang menjadi Paus dalam Sejarah Gereja dan juga Paus Pertama yang menggunakan gelar Paus Fransiskus (Meneladani Semangat St. Fransiskus Assisi).

Beliau merupakan seorang figur yang sangat sederhana namun konservatif. Selama menjadi gembala di Argentina, Ia terkenal vokal menentang aborsi dan euthanasia. Ia juga mematuhi ajaran gereja soal homoseksualitas, tapi dia mengajarkan akan pentingnya menghargai kaum homoseksual.

Jorge menentang keras kebijakan pemerintah Argentina yang mengijinkan pernikahan sesama jenis!

Warga Argentina akan selalu mengenang kisah ini yaitu ketika pada tahun 2001 saat mengunjungi sebuah tempat perawatan pasien AIDS, dia mencuci dan mencium kaki 12 orang yang menderita AIDS. Inilah mengapa kita tidak heran jika beliau menggunakan nama Fransiskus sebagai nama Pausnya. St. Fransiskus Assisi merupakan teladan kesederhanaan suci, cinta kasih seluas samudera, pembela iman Gereja dan Pecinta Alam Semesta (Ekologis).

Foto: AFP

Vatikan

Asap Hitam mengakhiri Putaran Pertama Pemungutan Suara

Asap Hitam 2013, mengakhiri Putaran Pertama Pemungutan Suara paus

Asap Hitam 2013, mengakhiri Putaran Pertama Pemungutan Suara paus

 

 “Tidak diragukan lagi bahwa sekitar pukul 19.40 malam (12/3) waktu setempat, telah keluar Asap Hitam dari cerobong asap Kapel Sistine. Asap Hitam itu menandakan 2 hal, yaitu Pertama bahwa pemilihan pertama pengganti Paus telah dilakukan, dan Kedua, pemilihan itu belum berhasil memilih pangganti Paus Benediktus XVI.”

Seandainya seorang Paus terpilih dalam pemungutan suara pertama pagi itu, umat yang hadir di lapangan St. Peter  melihat asap putih mengepul keluar Pukul 10:30-11:00. Hal yang sama berlaku untuk pemungutan suara sore jika Paus yang baru telah terpilih , asap putih akan terlihat pukul 17:30-18:00.

115 kardinal dari seluruh dunia memulai konklaf di Vatikan untuk memilih seorang paus baru setelah dunia dikejutkan dengan pengunduran diri Paus Benediktus XVI. Di bawah sumpah yang dijaga ketat kerahasiaannya, para kardinal pemilih memasuki Kapel Sistina dan pemilihan ini dimulai dengan prosesi upacara dan ritual nyanyian. Sebelumnya, hari ini mereka telah berdoa pada misa khusus di Basilika Santo Petrus, bersama dengan ribuan peziarah yang datang dari seluruh dunia.

Walaupun cuaca buruk melanda Vatikan, ribuan peziarah tetap setia menunggu prosesi pemilihan paus baru dengan berlindung di barisan tiang Bernini dari serangan hujan deras yang kadang disertai hujan es.

Para kardinal akan tinggal di kapel untuk menyepakati kandidat yang tepat, yang biasanya dapat berlangsung hingga beberapa hari. Sementara para masyarakat dan peziarah Vatikan menunggu dengan penuh semangat untuk melihat tanda-tanda berupa kepulan asap putih dari cerobong kapel khusus dipasang untuk memberitahukan pada dunia bahwa Paus baru telah terpilih.
Jika asap putih keluar dan Paus baru terpilih, akan terasa  ketegangan lain; Biasanya, dibutuhkan waktu sekitar 40 menit antara bagi Paus terpilih untuk menerima panggilan itu dan menerima tahta suci, kemudian mengenakan  jubah putih dan mendengarkan sumpah setia Para Kardinal pada Paus Baru tersebut. Setelah itu akhirnya kita akan mendengar kata-kata, “Habemus Papam” dari loggia pusat St Petrus basilika.

SEKILAS TENTANG KONKLAV

SEKILAS TENTANG KONKLAV

SEKILAS TENTANG KONKLAV

Sumbangan Artikel dari: P. Markus Solo, SVD, Vatikan

 

Konklav, ritual khas untuk memilih Sri Paus, sang Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, diadakan lagi Selasa , 12 Maret 2013, untuk memilih penerus Tahta Santo Petrus ke-265, setelah Paus Benediktus XVI secara resmi mengundurkan diri Kamis lalu, 28 Pebruari 2013 tepat jam 20.00 waktu Roma oleh karena umur dan kesehatan. Sejak itu Tahta Santo Petrus mengalami „sede vacante“ (Latin, artinya Tahta Kosong). Di dalam masa ini para Kardinal di seluruh dunia di bawah 80 tahun sejak sede vacante berkumpul di Vatikan untuk mengadakan konklav.
Seperti yang telah diputuskan secara bersama-sama oleh para Kardinal pemilih, Selasa mendatang, ke-115 Kardinal pemilih akan memulai dengan konklav. Jam 10.00 pagi hari itu dirayakan Misa mulia Pembukaan Konklav di Basilika Santo Petrus, Vatikan, yang disebut dengan istilah “Pro Eligendo Romano Pontifice” (Misa pemilihan Paus Roma) dipimpin oleh Pemimpin Kollegium para Kardinal, yakni Kardinal Angelo Sodano. Perayaan Misa tersebut dihadiri oleh seluruh Kardinal Pemilih dan bukan pemilih, artinya yang sudah berumur di atas 80 tahun sejak sede vacante, dan terbuka untuk seluruh umat Katolik.
Di dalam Misa ini ujud utama yang dikedepankan adalah memohon bantuan Allah Tritunggal agar memberkati upacara konklav dan memohon bantuanNya melalui penerangan Roh Kudus agar para Kardinal Pemilih dapat memilih seorang Paus yang sungguh-sungguh tepat sesuai kehendak Tuhan sendiri.
Sore hari, tepat pkl. 16.30 para Kardinal pemilih berkumpul di Kapela Paulina di dalam Vatikan, lalu berarak dalam prosesi dan suasana doa menuju Kapela Sixtina, di tengah-tengah bangunan Vatikan,  tempat konklav akan berlangsung. Perarakan ini didahului oleh ajuda pemegang Salib dan diikuti oleh rombongan Koor Sixtina yang terdiri dari anak laki-laki dan pria dewasa. Para Kardinal pemilih mengenakan pakaian merah dengan segala perlengkapannya sebagai layaknya menghadiri sebuah peristiwa penting. Selama perarakan, para Serdadu Swiss dan Polisi Italia akan mengawal dan memastikan bahwa tidak ada pihak luar yang berkontak dengan para Kardinal Pemilih atau sebaliknya.
Setibanya di dalam Kapela Sixtina, para Kardinal memilih tempat duduk seperti yang sudah disediakan. Setelah acara doa selesai, Master Seremoni Papale, Monsignor Guido Marini, adalah orang pertama yang berbicara dengan kata-kata berikut: Extra Omnes, artinya semua yang bukan Kardinal Pemilih harus meninggalkan Kapela Sixtina.
Kapela Sixtina sendiri telah disiapkan sebelumnya, termasuk pembangunan cerobong asap, ofen pembakar kertas pilih, pencabutan segala jaringan telepon, internet, pembersihan surat-surat kabar dan perusakan signal handphone untuk menghindari kontak dengan dunia luar. Juga di tempat para Kardinal pemilih, Domus Sanctae Marthae (Rumah Santa Marta) di dalam Vatikan, segala bentuk alat komunikasi, baik cetak maupun elektronik, diamankan. Jendela-jendela kamar mereka disegel dan signal telepon genggam juga diblok. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi para Kardinal untuk bersalaman satu dengan yang lain. Akan tetapi mereka harus mengelakan pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan calon kandidat pilihan mereka atau segala diskusi terkait.
Setelah diadakan pengecekan dan pasti bahwa hanya ada 115 Kardinal pemilih di dalam Kepela Sixtina, pintu Kapela Sixtina ditutup sebagai tanda penarikan diri mereka dari dunia luar secara sah dan konklav secara resmi dapat dimulai. Sejak itu hanya ada 115 Kardinal berada di dalam Kapela Sixtina dan mengurus segala sesuatu secara sendiri.
Di awal konklav, Kardinal Kepala Kollegium memilih tiga Kardinal termuda sebagai tenaga-tenaga pelancar selama konklav. Hari-hari berikutnya bisa dipilih tiga Kardinal muda lainnya.
Pada hari pertama, Selasa malam, pemilihan hanya terjadi satu putaran saja. Sedangkan pada hari-hari selanjutnya sebanyak empat kali, yakni dua putaran di pagi hari, dan dua putaran di sore hari.
Sebelum memulai dengan pemilihan, kepada masing-masing Kardinal dibagikan sebuah kertas pemilih berukuran seperempat dari selembar kertas dina 4, di atasnya tertera sebuah kalimat di dalam bahasa Latin: Eligo in Sumum Pontificem Meum, artinya: Saya memilih Pemimpin Tertinggiku, di bawahnya terdapat ruangan untuk menulis nama orang yang ingin dipilih.
Setelah semua Kardinal memilih, mereka diminta untuk beranjak dari tempat duduknya menuju Altar, di mana sudah disemdiakan sebuah tempayan atau piala, tempat mereka akan memasukan kertas suara mereka. Mereka dipanggil menurut pangkat dan jabatan. Setiba di depan Altar, setiap Kardinal berdiri dengan posisi menghadap sidang Kardinal, mengangkat kertas pilihannya tinggi-tinggi untuk membuktikan bahwa dia telah memilih secara sah, kembali berdiri menghadap Altar lalu berlutut untuk berdoa. Bunyi doanya adalah: „Testor Christum Dominum, qui me iudicaturus est, me eum eligere, quem secundum Deum iudico eligi debere“ (Aku memanggil Kristus Tuhan sebagai hakimku untuk menjadi saksi bahwa saya telah memilih calon ini, yang saya yakin sungguh bahwa dia akan dipilih sesuai kehendak Tuhan). Setelah berdoa demikian, si Kardinal pemilih bangun berdiri, melipatkan kertas pilihannya dua kali sehingga berukuran kecil sekitar 2X2 cm, lalu meletakkannya ke tempayan atau piala yang telah disediakan. Setelah itu dia kembali ke tempat duduk dan disusul oleh Kardinal lainnya hingga akhir.
Setelah ke-115 kardinal melakukan tahap ini, ketiga Kardinal termuda yang telah dipilih untuk melancarkan upacara pemilihan, menghitung kertas suara dan mengumpulkan suara, lalu mengumumkan hasil pemilihan. Kalau proses pemilihan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka pemilihan dinyatakan sukses.
Untuk konklav kali ini, berbasis pada motu proprio Paus Benediktus yang melengkapi peraturan konklav dari pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II, seandainya seorang calon terpilih dengan mayoritas 77 suara, artinya duapertiga dari jumlah seluruh pemilih, maka dengan itu seorang Paus sudah terpilih. Jika belum ada minimal mayoritas duapertiga,maka pemilihan akan dilanjutkan ke putaran berikutnya. Akan tetapi jika lebih dari putaran ke-30 dan belum juga terpilih seorang Paus, maka, sesuai motu proprio Paus Benediktus tahun 2007, dua kandidat dengan perolehan suara terbanyak, akan dipilih oleh para Kardinal, di mana kedua yang terpilih ini otomatis kehilangan hak memilih.
Di akhir sebuah putaran, kertas-kertas yang sudah terbuka akan dilobangkan dengan sebuah jarum lalu dibariskan pada seutas benang lalu dimasukan ke dalam ofen untuk dibakar. Kalau putaran tersebut belum menghasilkan seorang Paus, maka kertas-kertas itu dibakar dengan campuran zat kimia yang menghasilkan asap warna hitam. Hal ini memberikan isyarat kepada umat Katolik seluruh dunia bahwa Paus belum terpilih. Di berbagai sudut Vatikan sekitar 5000 wartawan cetak dan elektronik sudah siap untuk memantau cerobong asap selama masa konklav dan sesegera mungkin lenajutkan isyarat ini ke seluruh dunia. Ribuan umat yang menanti sehari.hari di Lapangan Santo Petrus juga akan mengarahkan pandangan hanya ke satu titik, yakni ke cerobong asap.
Seandainya sebuah putaran telah menghasilkan mayoritas yang dibutuhkan, artinya seorang Paus sudah terpilih, maka Kardinal Dekan menanyakan kepada yang bersangkutan dalam keadaan berdiri, apakah dia menerima pemilihan tersebut. Ketika dia menjawab Ya sebagai tanda kesediaanya, maka kepadanya dilontarkan pertanyaan kedua: Apa nama yang digunakan sebagai Paus. Setelah memberikan jawaban kepada kedua pertanyaan ini dengan jelas, Paus baru dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran. Dulu, Paus terpilih dikenakan sebuah mahkota, tetapi tradisi ini sudah tidak berlaku lagi.
Setelah mengenakan pakaian khusus ini, Paus terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar, di mana di depan Altar tersebut sudah disediakan kursi khusus. Di hadapannya para Kardinal (saat itu berjumlah 114 orang) mengucapkan janji setia dan ketaatan mereka kepadanya. Setelah itu semua bertepuk tangan dan mengucapkan Selamat kepada Paus terpilih.
Pada saat itu pengurus pembakaran kertas pilihan memasukkan kertas-kertas yang sudah dideretkan pada seutas tali dan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katiolik sudah memiliki seorang Paus. Asap putih dari cerobong di atas atap Kapela Sixtina akan diiringi dengan bunyi lonceng raksasa dari
Pada saat yang sama, Paus baru dihantar menuju sebuah kamar di samping Altar yang disebut „camera lacrimatoria”, artinya Kamar Air Mata, di mana dia beristirahat, memikirkan apa yang harus dikatakan beberapa saat kemudian ketika diperkenalkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus. Kamar itu dinamakan „Kamar Air Mata“ karena berbagai alasan, antara lain sebuah tempat khusus, di mana Paus baru meluapkan segala perasaanya, yang umumnya di dalam sejarah berupa deraian air mata kegembiraan atau keterharuan. Di sini pula Paus baru tersebut dikenakan pakaian lain untuk ditampilkan ke publik.
Dalam selang waktu antara 20 sampai 30 menit, ketika ratusan ribu umat dan peziarah bergegas menuju Lapangan Santo Petrus, Paus baru dihantar oleh rombongan Kardinal menuju Balkon Basilika Santo Paulus yang berbingkai merah dan ditutup dengan kain lebar berwarna merah pula. Dua ajuda mendamping seorang Kardinal Diakon yang akan mengumumkan kepada dunia nama Paus baru sebagai hasil konklav. Kali ini, Kardinal Diakon yang akan mengumumkan nama Paus baru adalah Jean-Louis Kardinal Tauran, yang adalah juga Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama, tempat Penulis bekerja.
Kardinal Diakon tampil ke Balkon, diiringi dengan tepukan tangan dan teriakan histeris hadirin yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu, lalu mengumumkan nama Paus baru dengan rumusan berikut: „Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!“, artinya: „Saya mengumumkan kepada anda kalian sebuah kegembiraan besar: Kita mempunyai seorang Paus!“
Kardinal Diakon dan kedua ajuda mundur, lalu tampillah Paus baru sambil menyalami hadirin dan pemirsan di seluruh dunia dengan gestikulasi tangan khas. Setelah masa redah, beliau menyalami umat dan dunia dan membawakan sebuah wejangan singkat.
Setelah melakukan perkenalan dan sambutan ini, beliau kembali ke Domus Sanctae Marthae, menghuni sebuah kamar khusus yang sudah disediakan sekitar satu minggu sambil menanti pemberesan dan adaptasi istana kepausan untuk Paus baru. Setelah pengumuman resmi ini, para Kardinal pemilih boleh kembali ke ritme dan model hidup normal.
Beberapa hari kemudian, sebuah Misa instalasi Paus baru akan dilaksanakan dan terbuka untuk umat. Pada saat itu umat dipenuhi kegembiraan sekaligus rasa ingin tahu tentang apa yang akan disampaikan Paus baru di dalam kotbahnya, yang umumnya sudah menyiratkan kiat, visi, misi dan harapannya serta apa yang akan dilakukan di masa-masa mendatang di dalam era kepemimpinannya.

***

 

Irama Hidup dan Jadwal Para Kardinal selama Konklaf berlangsung

Irama Hidup dan Jadwal, Para Kardinal, selama Konklaf berlangsung

Irama Hidup dan Jadwal, Para Kardinal, selama Konklaf berlangsung

Selasa/12/03 Dari jam 06:00 pagi – 115 “kardinal yang memiliki hak suara” berpindah ke kediaman (semacam) Wisma St. Martha di dalam tembok Vatikan, di sana mereka akan makan dan tidur serta serta dikucilkan dari dunia luar selama konklaf.

09:00 – Kardinal mengambil bagian dalam Misa Khusus “Pro Eligendo Romano Pontifice” (“Untuk Pemilihan Paus”) di Basilika St Petrus.

13:45 pm – Para Kardinal akan berjalan atau naik sebuah minibus dengan isolasi penjagaan yang ketat melalui kebun Vatikan, dari Gedung St Martha menuju ke Istana Apostolik.

14:30 – Para Kardinal akan mengikuti sebuah prosesi melalui Istana Apostolik, dari Kapel Pauline ke Kapel Sistina sambil mendoakan Litani Suci.

14:45 – Para Kardinal bersumpah untuk tidak mengungkapkan segala sesuatu pembahasan selama mereka mengalami isolasi dari dunia luar. Sedangkan para staf kemudian diperintahkan untuk meninggalkan kapel dengan mengucapkan “Extra Omnes”. Sebuah doa dibaca sebelum pemungutan suara pertama diambil.

18:15 – Para Kardinal mendoakan Vesperae (Ofisi Sore) kebaktian untuk menutup sesi pertama.

18:30 – Para Kardinal kembali ke Wisma St Martha.

19:00 – Para Kardinal makan malam saat Konklaf pertama mereka.

HARI berikutnya berturut-turut selama Konklaf:

5:30-06:30 – Sarapan Pagi di Wisma St Martha
06:45 – Berangkat ke Istana Apostolik
07:15 – Misa di Kapel Pauline
8:30 – Doa dan pemungutan suara di Kapel Sistine
11:30 – Kembali ke Wisma St Martha
12:00 – Makan Siang
15:00 – Berangkat kembali menuju Kapel Sistine
15:50 – Doa dan pemungutan suara di Kapel Sistine
18:15 – Ofisi Sore di Kapel Sistine
18:30 – Kembali ke St Martha
19:00 – Makan Malam

SINYAL ASAP:

– Surat suara akan dibakar biasanya dua kali sehari – setelah dua putaran pemungutan suara di pagi hari dan dua putaran pemungutan suara di sore hari.
Asap hitam menunjukkan tidak ada pemilu DAN Asap putih menunjukkan pemilihan BERHASIL.  Biasanya dilakukan sekitar 11 pagi dan 6 sore
– Jika ada pemilihan BERHASIL dalam putaran pertama pemungutan suara, maka surat suara akan langsung dibakar dan menghasilkan asap putih. Terjadi pada pukul 9.30 pagi atau 10 pagi dan 16:30 atau 17.00 sore.
 

Seputar Konklaf – Menebak Paus mendatang : imam Diosesan atau Ordo, Eropa atau bukan ?

Seputar Konklaf ,Menebak Paus mendatang,imam Diosesan atau Ordo, Eropa atau bukan
Seputar Konklaf ,Menebak Paus mendatang,imam Diosesan atau Ordo, Eropa atau bukan

PIJAR VATIKAN II DI TAHUN IMAN (16)

Menebak Paus mendatang : imam Praja atau Ordo, Eropa atau bukan ?

 

Setelah menggelar Sidang Umum Pra-Conclave selama 8 hari, para Kardinal akhirnya memutuskan bahwa pemilihan Paus baru akan dimulai besok Selasa 12 Maret 2013, beberapa jam setelah kita di Indonesia merayakan hari raya Nyepi. Sebelum Conclave dimulai sore hari, paginya para Kardinal akan mempersembahkan misa “Pro Eligendo Pontefice” (misa dengan ujub khusus pemilihan Paus) di Basilika Santo Petrus.

Mata dunia akan tertuju ke Vatikan. Conclave kali ini, akan menjadi pemilihan Paus yang paling banyak diliput media. “Press Office” Vatikan sangat sibuk. Sekretariat Conclave, praktis ada di kantor ini. Semua pernyataan resmi Vatikan, diumumkan kepada media dan dunia melalui kantor ini.

Pastor Lombardi, Direktur Press Office Vatikan, menjadi orang yang paling banyak dicari. Nama imam Jesuit ini pasti muncul setiap hari, karena ia juga ditugaskan menjadi juru bicara kepausan. Majalah Perancis “La Croix” secara bergurau bahkan menyebut Lombardi pantas dipromosikan sebagai Paus. Bagi insan pers, setidaknya imam Jesuit ini sudah menjadi “Paus” mereka.

Dalam memperkuat team yang menjadi garda depan komunikasi “Panitia Conclave”, Pater Lombardi dibantu oleh Pastor Ciro Benedettini, seorang Imam Passionis, sebagai Wakil Direktur. Dalam team ini, juga diangkat 2 staff  baru yaitu Pastor Tom Rosica dari Canada untuk media berbahasa Inggris dan Pastor Gil Tamayo untuk media berbahasa Spanyol. Sampai hari ini, sekretariat pers ini sudah menerbitkan akreditasi peliputan kepada 3641 jurnalis dari 968 koran, majalah, web dari 61 negara dan 24 bahasa.

Sejak Paus Benedictus XVI mengumumkan pengunduran dirinya 11 Februari lalu, sudah hampir sebulan ini, kota Roma kebanjiran pengunjung. Asosiasi Perhotelan kota Roma melaporkan, pengunjung yang datang ke Roma meningkat 20-30 persen. Permintaan tiket penerbangan ke Roma meningkat 5 kali lipat. Menurut beberapa agen perjalanan, permintaan tiket penerbangan yang paling banyak adalah dari Amerika, Canada dan negara-negara Amerika Latin, seperti Argentina dan Brasil.

Dari Itali, pengunjung yang terbanyak adalah pengunjung dari kota-kota di Itali Utara seperti Milano, Bergamo, Venezia, Firenze, Genoa, Udine. Yang mencengangkan, permintaan tiket terbanyak pada hari-hari terakhir Paus Benedictus XVI di Vatikan yang lalu, adalah dari Israel. Dari Amerika dan Negara-negara Eropa, selain para peziarah dan turis Katolik,  yang sudah mulai berdatangan adalah crew televisi, radio, media cetak dan elektronik. Crew stasiun televisi CNN, ABC, NBC, dan BBC bahkan sudah membentuk team khusus berikut “markas” mereka di Roma, untuk meliput Conclave 2013 yang bakal heboh ini. Diperkirakan, dalam sebulan ini sejuta orang akan membanjiri kota Roma. Lapangan Santo Petrus pasti akan menjadi lautan manusia pada saat Paus baru nanti diumumkan.

Siapa Paus baru nanti ?

Menjelang diselenggarakannya pemilihan Paus yang baru ini, semua orang bertanya : siapa kira-kira yang akan menjadi Paus baru nanti. Media cetak dan elektronik di seantero dunia sibuk membuat analisa, perkiraan, survey, wawancara tentang sosok Paus baru pengganti Benedictus XVI. Beberapa nama sudah “dijagokan” dan dianggap punya kans besar menjadi Paus, seperti : Kardinal Angelo Scola (Itali), Jorge Mario Bergoglio (Argentina), Christoph Schönborn (Austria), Marc Quellet (Canada), Timothy Dolan (AS), Odilo Pedro Scherer (Brasil), Peter Turkson (Ghana), Luis Antonio Tagle (Filipina), Angelo Bagnasco (Itali), Gianfranco Ravasi (Itali)  dll. Bursa taruhan juga menjagokan mereka sebagai calon Paus favorit (papabile). Seperti banyak media lain, BBC Online juga memberikan profil cukup lengkap para Kardinal “papabile” itu (http://www.bbc.co.uk/news/world-21657407). Selain melalui “dunia maya”, mempromosikan Kardinal favorit juga ditempuh dengan cara lain, layaknya promosi bakal calon legislative partai. Koran Itali “La Stampa” memuat foto poster-poster di beberapa tembok kota Roma yang meminta dukungan untuk Kardinal kulit hitam dari Ghana : Peter Turkson.

Diam-diam, rupanya ada kelompok yang merasa diri menjadi “team sukses” Kardinal tertentu. Kendati banyak nama beredar sebagai favorit, tetapi sebenarnya tidak pernah ada yang bisa memastikan siapa yang akan terpilih. Di Itali, tentang pemilihan Paus ada guyonan terkenal : “Chi entra Papa esce Cardinale”, yang artinya : “siapa masuk (conclave) sebagai (favorit) Paus, (biasanya) ke luar sebagai Kardinal” ! Nama almarhum Kardinal Siri dari Genoa misalnya, sangat favorit pada Conclave 1978. Yang terpilih ternyata Kardinal Karol Józef Wojty?a dari Polandia. Pada Conclave 2005, nama Kardinal Martini difavoritkan di mana-mana. Yang terpilih ternyata Ratzinger. Siapa yang akan terpilih kali ini ?

Yang pasti, salah seorang dari 115 Kardinal yang punya hak pilih pada Conclave nanti, pasti akan menjadi Paus baru menggantikan Benedictus XVI. Inilah profil 115 Kardinal yang salah satu di antaranya pasti jadi Paus baru nanti :

Dari negara asal :

Negara asal untuk Kardinal yang lebih dari 1 orang adalah : Italia 28, Amerika 11, Jerman 6, Spanyol 5, India  5, Brasilia 5, Perancis 4, Polandia 4, Mexico 3, Canada 3, Portugal 2, Nigeria 2, Argentina 2. Negara yang hanya diwakili 1 orang Kardinal adalah : Australia, Austria, Belgia, Bolivia, Bosnia dan Herzegovina, Chili, China, Congo, Colombia, Croatia, Cuba, Republik Czech, Republik Dominika, Ecuador, Mesir, Ghana, Guinea, Honduras, Hungaria, Irlandia, Kenya, Lebanon, Lithuania, Belanda, Peru, Philippina, Senegal, Slovenia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Sudan, Swiss, Tanzania, Venezuela, dan  Vietnam.

Semua benua ada wakilnya. Dari 115 Kardinal yang pada Conclave ini punya hak pilih dan dipilih, ternyata 60 orang berasal dari benua Eropa. Benua Amerika diwakili 33 orang (Amerika Latin 19 orang dan Amerika Utara 14 orang). Benua Afrika diwakili 11 orang, sementara benua Asia 10 orang. Benua Australia diwakili 1 orang : Kardinal George Pell.

Dari usia :

Usia rata-rata Kardinal pemilih adalah 71-72 tahun. Ada 8 Kardinal yang pada tahun ini berusia 80 tahun. Kardinal Walter Kasper dari Jerman, pada tanggal 5 Maret yang lalu tepat berusia 80 tahun. Walter Kasper adalah pemilih tertua. Beliau masih punya hak pilih karena ketika “sede vacante” dimulai pada 28 Februari lalu, beliau belum genap berusia 80 tahun. Kardinal Severino Poletto and Juan Sandoval Iniguez juga berusia 80 tahun pada bulan Maret ini. Kardinal paling muda adalah Baselio Cleemis Thottunkal dari India.

Umurnya 54 tahun pada bulan Juni nanti. Yang termasuk golongan Kardinal muda di bawah 60 tahun adalah : Kardinal Filipina Luis Antonio Tagle (56 tahun), Kardinal Rainer Woelki (57 tahun) dan Kardinal Reinhard Marx (60 tahun)  keduanya dari Jerman serta Kardinal Win Eijk (60 tahun) dari Belanda.

Dari yang mengangkatnya :

67 orang Kardinal diangkat oleh Paus Emeritus Benedictus XVI, sementara 48 orang diangkat oleh almarhum Paus Yohanes Paulus II. Dari 115 Kardinal yang punya hak suara, berarti 58% pemilih adalah Kardinal “ciptaan” Benedictus XVI. Sementara itu, ada 2 orang Kardinal yang diangkat oleh Paus Paulus VI. Karena usia mereka sudah lebih 80 tahun, mereka tidak bisa memilih dalam Conclave kali ini.

Dari kategori praja, tarekat atau ordo.

Dari 115 Kardinal yang punya hak pilih, 96 di antaranya adalah Kardinal dari imam Keuskupan atau imam Praja. Jadi mayoritas Kardinal adalah para imam Praja. Hanya 19 orang yang berasal dari tarekat atau ordo. Ordo Fransiskan dan Salesian (Don Bosco) diwakili 4 Kardinal. Kardinal dari Ordo Fransiskan adalah : Claudio Hummes dari Brasil, Carlos Amigo Vallejo dari Spanyol, Wilfrid Fox Napier dari Afrika Selatan, dan Sean Patrick O’Malley, Kardinal dari Boston Amerika, seorang Fransiskan Kapusin.

Kardinal dari Ordo Salesian pengikut Don Bosco adalah : Tarcisio Bertone, Angelo Amato, Raffaele Farina (semua dari Itali) dan Oscar Maradiaga dari Honduras. Dari Ordo Dominican, juga ada 2 Kardinal, yaitu : Christoph Schönborn (Uskup Agung Vienna Austria) dan Dominik Duka (Uskup Agung Praha).

Dari Ordo Jesuit ada 2 Kardinal yang memiliki hak pilih, yaitu : Jorge Mario Bergoglio dari Keuskupan Agung Buenos Aires Argentina dan Julius Darmaatmadja dari Indonesia. Sayang Bapak Kardinal kita tidak bisa hadir pada Conclave kali ini, karena gangguan penglihatan yang sangat serius. Pada waktu Conclave tahun 2005 sesudah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Bapak Kardinal kita oleh beberapa media difavoritkan sebagai Kardinal yang “papabile”.

Selain Borgoglio dan Darmaatmadja, Jesuit sebenarnya masih memiliki beberapa Kardinal lain : yaitu Kardinal Ján Chryzostom Cardinal Korec (89 tahun) dari Slovakia, Uskup emeritus Nitra ; Kardinal Roberto Tucci (91 tahun) dan Kardinal Albert Vanhoye (89 tahun). Tucci dan Vanhoye diangkat Kardinal karena jasanya yang luar biasa sebagai teolog dan exeget. Karena usia, ketiganya tidak punya hak untuk mengikuti Conclave 2013 ini.

 

Catatan sejarah masa lalu

Gereja Katolik memiliki sejarah hidup dan perjalanan selama lebih dari 2000 tahun. Tentu selama itu, ada begitu banyak catatan mengenai Paus, sebagai pimpinan tertingginya. Dari 265 Paus yang pernah ada sampai sekarang ini (Paus Benedictus XVI adalah Paus yang ke-265), benua Eropa adalah benua yang paling banyak “menyumbang” Paus.

Sejarah mencatat, Eropa pernah memiliki 254 Paus. Italia, menjadi satu-satunya negara yang pernah memiliki 212 Paus. Rekor yang tak akan pernah tertandingi negara manapun ! Selain Itali, negara Eropa lain yang pernah memiliki Paus adalah Perancis.

Ada 15 Paus yang berasal dari Perancis, yaitu : Paus Silvester II, Niccolas II, Urbanus II, Callistus II, Urbanus IV, Clement IV, Innocenzius V, Martinus IV, Clement V, Yohanes XXII, Benedictus XII, Clement VI, Innocenzius VI, Urbano V, dan  Gregorius XI.

Yunani juga pernah “menyumbang” Paus bagi gereja Katolik, yaitu : Paus Anacletus, Telesforus, Iginius,  Eleuterius, Anterus, Sixtus II, Dionisius, Eusebius, dan Yohanes VI. Sementara dalam sejarahnya, Jerman pernah menyumbang 7 orang Paus, yaitu : Paus Gregorius V, Clemens II, Damascenus II, Victor II, Leo IX, Stefanus IX, dan tentu saja Paus “Ratzinger” Benedictus XVI. Dari Spanyol, pernah ada Paus Damascenus I, Callistus III dan Alexander VI. Dari Portugal : Paus Yohanes XXI. Dari Dalmazia (kini masuk wilayah bekas negara Yugoslavia) adalah Paus Yohanes IV. Dari Inggris : Paus Adrianus IV.

Dari Belanda : Paus Adrianus VI. Dari Polandia : Paus Yohanes Paulus II. Dari Tracia (kini masuk wilayah Eropa tenggara) : Paus Cononius. Dari tempat di Eropa yang tidak tercatat dan terdokumentasikan adalah Paus Callistus I dan Paus Caius. Dari kawasan Timur Tengah, juga pernah ada Paus yang memimpin gereja Katolik, yaitu Paus Anicetus, Yohanes V, Sisinnius, Constantinus dan Gregorius III dari Siria.

Dari Tanah Suci, tentu saja ada Petrus sebagai Paus pertama, Paus Evaristus dan Teodorus I. Dari Afrika Romana (wilayah Afrika yang masuk wilayah kekuasaan Roma), adalah Paus Victor I, Milziadius, dan Gelasius I.

Para Paus, selama ini biasanya dipilih di antara para Kardinal atau para Uskup yang berasal dari imam Keuskupan atau imam Praja. Walau begitu, sejarah pernah mencatat ada 34 Paus yang berasal dari Ordo atau Tarekat religius. Ordo Benedectin menyumbang paling banyak Paus, yaitu 17 orang.

Para Paus dari Ordo ini adalah : Paus Gregorius I, Bonifacius IV, Adeodatus II, Leon IV, Yohanes IX, Leo VII, Stefanus IX, Gregorius VII, Victor III, Urbano II, Pasquale II, Gelasius II, Celestinus V, Clemens VI, Urbano V, Pius VII dan Gregorius XVI. Dari Ordo Santo Agustinus ada 6 Paus, yaitu : Paus Eugenius IV, Onorius II,  Innocentius II, Lucius II, Gregorius VIII dan Adrianus IV. Pernah ada 4 Paus dari Ordo Domenican yaitu : Paus Innocentius V, Benedictus XI, Pius V, dan Benedictus XIII.

Ordo Fransiskan pernah “menyumbang” 4 Paus, yaitu Paus Nikolas IV dan Paus Sixtus IV (keduanya dari Ordo Fransiskan Saudara Dina) dan Paus Sixtus V dan Clemens XIV dari Fransiskan Conventual. Ada 2 Paus dari Ordo Trapis (Cistercensis), yaitu : Paus Eugneius III dan Benedictus XII.

Sejarah belum mencatat ada Paus yang berasal dari Ordo Jesuit. Kalau pada Conclave kali ini, Kardinal Jorge Mario Bergoglio terpilih, ia bakal menjadi Jesuit pertama yang menjadi Paus. Menurut koran La Repubblica, Borgoglio bersaing ketat dengan Ratzinger pada pemungutan suara pemilihan Paus tahun 2005 yang lalu. Banyak media, menjagokan kembali Kardinal Jesuit dari Argentina keturunan Italia ini. Wait and see !

Jadi..siapa yang akan terpilih ?

Sejarah pernah mencatat, ada imam Praja atau imam Ordo, dari Eropa maupun di luar Eropa, yang pernah menjadi Paus. Kali ini ?  Pada sebuah wawancara dengan Koran La Stampa, Kardinal José Saraiva Martins berpendapat : “Nei conclavi si deve solo scegliere un papa che abbia chiara la situazione attuale della Chiesa.

Non importa se bianco, nero o giallo: la Chiesa non ha colore !” (Pada Conclave, mesti dipilih seorang Paus yang memiliki pandangan jelas tentang keadaan Gereja sekarang ini. Tidak penting apakah dia itu putih, hitam atau kuning. Gereja tidak punya warna kulit !”). Kardinal Saraiva Martins, tidak ikut Conclave 2013, karena sekarang usianya sudah 82 tahun, melewati ambang batas 80 tahun, hak memilih Paus.

Sebagai teolog dengan jiwa missionaris, Saraiva pernah menjadi Rektor Universitas Kepausan Urbaniana. Kemudian Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Kardinal, dan pernah memimpin Departemen Pemberian Gelar Santo-Santa.

Di bawah kepemimpinannya, gereja memberi gelar para suci yang menjadi contoh pewartaan Injil di daerah misi seperti : Bakhita dari Afrika, para martir Cina, Padre Pio (yang sangat populer di Itali), Paus Yohanes XIII, para gembala yang mendapat penampakan di Fatima dan salah satu korban Auschwitz : Edith Stein.

Sebagai mantan mahasiswanya, saya sangat menyetujui pendapat Kardinal Saraiva itu. Perkaranya : keadaan gereja sekarang yang harus dipandang jelas oleh Paus baru nanti itu persisnya apa ? Menjelang pemilihan Paus ini, banyak pendapat, masukan, pemikiran, opini, yang bisa kita simak dari ribuan artikel dan peliputan.

“Keadaan senyatanya” yang sekarang ini dihadapi Gereja Katolik, adalah keadaan yang sungguh besar, berat, komplek dan rumit. Kalau dinalar pakai benak manusia yang terbatas ini, siapapun yang akan terpilih menjadi Paus nanti, akan dituntut menjadi seorang “superman”.

Bagaimana mungkin ia memimpin 1.2 milyard orang Katolik di seluruh dunia dengan aneka persoalan dan problemanya yang begitu besar ? Kolumnis senior Pastor Thomas Reese dari majalah National Catholic Reporter mengatakan, jangan-jangan yang sebenarnya kita cari dari sosok seorang Paus baru adalah :  “Jesus Christ with an MBA.” Paus sekarang, menurut pastor Reese, tidak cukup hanya menjalankan fungsi : “imam, raja dan nabi” seperti Kristus di jaman dulu. Sekarang mutlak ada tambahan fungsi : menjadi seorang manager mumpuni dengan gelar MBA ! Anda setuju ?

Kalaupun mengenai pendapat Reese ini Anda mungkin tidak setuju, tetapi mengenai yang satu ini pasti Anda setuju : “If Jesus preached the gospel today, he would also use print media, radio, TV, the Internet and Twitter. Give Him a chance!” Ini diakatakan oleh Kardinal Scherer, Uskup Agung Sao Paolo Brasil yang menjadi salah satu Kardinal “papabile”.

Kardinal Scherer menuliskan pendapat yang menarik ini pada Twitter-nya tahun 2011.  Scherer memimpin 5 juta umat Katolik di Sao Paolo. Ia praktis menjadi Gembala di sebuah Keuskupan dengan pengikut umat Katolik terbesar di dunia. Kardinal hebat ini sangat giat mengusahakan agar umatNya mengenal dan mencintai Kristus dengan cara dan semangat baru. Ini pula yang kiranya diharapkan banyak orang pada sosok Paus yang baru.

Banyak yang berdoa, semoga yang terpilih nanti adalah seorang Paus yang : “berotak Benedictus XVI, berjiwa Yohanes Paulus II, dan berhati Yohanes XXIII”. Ada pula yang bilang : “cukup sudah teolog, filsuf, jago Kitab Suci yang menjadi Paus. Sekarang ini kita butuh seorang jendral !”. Yang paling banyak adalah harapan semoga Paus nanti benar-benar seorang gembala yang baik, gembala yang mengerti persoalan jaman ini !

Selasa 12 Maret 2013 pukul 6 sore waktu Itali, para Kardinal akan masuk Kapel Sistina. Entah kapan, asap putih mengepul dari cerobongnya, tanda terpilihnya Paus yang baru. Yang pasti, pada jam itu, Conclave yang paling mendebarkan akan dimulai.

Begitu semua Kardinal sudah masuk Kapel Sistina, Maestro atau Pimpinan Upacara Liturgi Conclave akan berseru : “Extra omnes !” – semua dipersilahkanke luar ! Hanya para Kardinal pemilih yang tinggal di ruangan Kapel Sistina. Ornamen dan lukisan indah Michael Angelo di atap Kapel Sistina itu akan menjadi saksi bisu pemilihan Paus. Dan kapelpun dikunci. Ini pula asal kata “conclave”, yaitu con clavis : dengan kunci !

Kita semua hanya bisa menundukan kepala dan mempersatukan diri dengan para Kardinal, sembari berdoa “Veni creator” (Datanglah Roh Maha Kudus). Doa kepada Roh Kudus ini juga menjadi doa dan harapan para Kardinal pada pembukaan Conclave. Semoga Roh Kudus membimbing dan mengaruniakan kepada kita, seorang Paus yang sesuai dengan kehendakNya. Amin !

 

12 Maret dimulainya Konklaf dan tidak akan lama mengingat Pekan Suci sudah Dekat

12 Maret, dimulainya Konklaf,tidak akan lama, mengingat Pekan Suci sudah Dekat

12 Maret, dimulainya Konklaf,tidak akan lama, mengingat Pekan Suci sudah Dekat
 

Akhirnya keluarlah keputusan yang dinantikan yaitu bahwa sidang Konklaf Para kardinal untuk memilih Paus baru akan diadakan pada esok hari, 12 Maret 2013. Sesi pertama pemilihan di Kapel Sistina akan dimulai pada sore hari, setelah Misa pagi “Pro eligendo Summo Pontifice“ (untuk memilih Sri Paus) di Basilika St. Petrus.

Hari bersejarah itu akan menyedot perhatian publik dunia. Sebelumnya para Kardinal telah berkumpul selama lima hari dan mengadakan pertemuan tertutup di Vatikan untuk mempersiapkan segala sesuatu terkait pengadaan Konklaf.

Secara resmi jurubicara Vatikan yaitu Pater Lombardi SJ, mengumumkan tanggal dimulainya pertemuan Konklaf dalam konferensi pers pada 8 Maret lalu.

Sidang konklaf ini dirasakan akan dilakukan dengan cepat mengingat para kardinal memilih hendak merayakan Pekan Suci di wilayahnya masing-masing. “Sudah lebih dari seminggu saya meninggalkan keuskupan, I wanna go home,” ungkap Kardinal Timothy Dolan dari Amerika Serikat, Jumat lalu.

Berhembus isu bahwa di antara para kardinal yang diduga mendapat suara banyak adalah Uskup Milan, Italia, Kardinal Angelo Scola, Kardinal Odilo Pedro Scherer dari Brasilia, dan Kardinal Marc Ouellet dari Kanada.

Peraturan negara yang mengatur pemilihan Paus bahwa sebuah konklaf harus dimulai antara 15 dan 20 hari setelah pemimpin tertinggi Gereja Katolik mengalami  kekosongan, tapi tak lama sebelum pengunduran dirinya pada 28 Februari, Paus Benediktus XVI mengeluarkan keputusan untuk memodifikasi aturan konklaf selama ini yaitu, mengizinkan para kardinal untuk memajukan  tanggal konklaf lebih awal. Kolese Kardinal memutuskan tanggal konklaf pada hari kelima dari pertemuan pra-konklaf mereka, setelah menunggu 115 kardinal yang memenuhi syarat pemilihan.

Pada sesi pagi 8 Maret, sebelum mengumumkan penjadwalan pemilihan Paus baru,  Angelo Kardinal Sodano, dekan Kolese Kardinal, mengatakan kepada pertemuan itu bahwa dengan perubahan yang dilakukan oleh Paus Benediktus, para kardinal tidak perlu membahas lagi tentang apakah mereka memulai konklaf sebelum 15 Maret.

 
 
 

Terkait Konklaf: Sidang Pemilihan Paus Baru

Dewan Kardinal,Masih Belum diputuskan Kapan diadakan Konklaf

Dewan Kardinal,Masih Belum diputuskan Kapan diadakan Konklaf
 

Dewan Kardinal: Masih Belum diputuskan Kapan diadakan Konklaf

 

Walaupun telah melalui sidang pra-konklaf ketiga, Dewan Kardinal masih belum juga mengumumkan tanggal dimulainya pelaksanaan Konklaf untuk memilih Paus baru.

Bahkan, Dewan Kardinal memutuskan bahwa pertemuan selanjutnya pada 4 dan 5 Maret kemarin hanya untuk membahas kebutuhan Gereja, demikian terungkap dalam News.Va.

“Kami tidak bisa memberikan informasi yang spesifik dari pertemuan tersebut karena kami berpegang pada sumpah kerahasiaan. Kami hanya bisa memberikan informasi tentang hal-hal yang umum saja,” tegas Pater Federico Lombardi SJ, juru bicara Vatikan.

Hal-hal yang dibahas 5 Maret kemarin sangat banyak seperti kegiatan Takhta Suci selanjutnya, hubungan dengan para uskup, pembaruan Gereja sesuai Konsili Vatikan II, situasi Gereja terkini dan isu-isu keanekaragaman budaya serta cara-cara enagelisasi yang berbeda dan situasi yang berbeda. Pertemuan 5 Maret kemarin telah dihadiri 148 kardinal dari berbagai negara dan benua.

Walaupun demikian ada hal unik yang terungkap dalam pertemuan itu yaitu adanya pembahasan usulan tentang modifikasi tata aturan Konklaf yang dibuat Paus Benediktus XVI, inti modifikasi itu yaitu memungkinkan para dewan kardinal untuk dapat memulai Konklaf kurang dari 15 hari setelah berakhirnya sebuah kepausan.

“Penentuan tanggal konklaf adalah sebuah diskusi yang terbuka. Dewan Kardinal masih membutuhkan waktu beberapa lama karena perlu membuat persiapan yang memadai. Mereka tidak ingin tergesa-gesa,” ujar Pater Lombardi.

(Source: http://www.news.va/)
 
 

Refleksi Prapaskah: “Pencobaan Yesus = Pencobaan Kita”

Refleksi Prapaskah

 

“Pencobaan Yesus = Pencobaan Kita”

Seperti Yesus yang dibawa Roh Kudus ke padang gurun dan tinggal di sana selama empat puluh hari, dalam masa Prapaskah ini kita pun diajak Roh Kudus untuk berada di padang gurun spiritual. Menarik untuk mencermati tiga godaan yang dialami Yesus saat itu, karena ternyata godaan-godaan tersebut tetap relevan dengan situasi kita sekarang:

  1. 1.    Meraih berbagai kenikmatan duniawi

Yesus yang lapar didekati Iblis dengan bujukan menggiurkan: mengubah batu menjadi roti. Meskipun Putera Allah dapat melakukan mukjizat yang lebih besar dari sekadar mengubah batu menjadi roti, Yesus tetap rendah hati, tidak mau menunjukkan kuasa-Nya. Bagi Yesus, ada yang lebih penting daripada sekerat roti, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.” (Lukas 4:4)

Kita yang “lapar” didekati Iblis dengan bujukan menggiurkan: meraih berbagai kenikmatan duniawi. Sering kali kita tidak rendah hati seperti Yesus, melainkan kita berusaha keras siang-malam mengejar harta, jabatan, dan kesuksesan demi kehidupan yang mapan dan terpandang di masyarakat. Padahal masih ada yang lebih utama, yaitu menjadikan Allah sebagai prioritas dalam hidup kita, serta Firman-Nya sebagai “makanan” yang lebih penting daripada harta, jabatan, dan kesuksesan.

  1. 2.    Memperoleh kerajaan dunia dengan menyembah Iblis

Iblis mengaku, semua kerajaan dunia telah diserahkan kepadanya. Kerajaan dunia bukan hanya mencakup kekuasaan dalam arti harfiah, melainkan juga segala perbuatan daging yang dapat membuat manusia terlena dan terjerat. Bujukan kedua dari Iblis ini lebih luas cakupannya. Namun, Yesus tidak bergeming. Dengan tegas Ia mengatakan, “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Lukas 4:8)

Sampai sekarang, “kerajaan dunia” masih sangat menggoda kita. Dalam Galatia 5:19-21, rasul Paulus menyebut macam-macam perbuatan daging, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Jika kita terlena dan terjerat dalam perbuatan daging tersebut, berarti kita telah berhasil ditakhlukkan Iblis, kita belum menyembah Tuhan dengan sepenuh hati.

  1. 3.    Mencobai Tuhan supaya keinginan terkabul   

Pencobaan ketiga menyangkut relasi dengan Allah. Yesus ditempatkan di bubungan Bait Allah dan ditantang Iblis untuk menjatuhkan diri. Jika benar Yesus adalah Anak Allah, tak perlu takut, karena malaikat-malaikat-Nya akan melindungi. Menangkal godaan ini, Yesus berkata, “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Lukas 4:12) 

Karena sudah dibaptis menjadi anak-anak Allah, kita sering kali menuntut “hak istimewa”  kepada Tuhan dengan mengajukan berbagai permohonan. Ketika kenyataan hidup tidak sesuai keinginan dan harapan, doa-doa tak kunjung mendapat jawaban, kita protes dan mencobai Tuhan bahkan mengancam Tuhan untuk memenuhi bermacam keinginan kita.

Pencobaan-pencobaan Yesus di padang gurun berakhir. Namun, Iblis tidak menghilang untuk seterusnya. Iblis mundur dari hadapan Yesus dan menunggu waktu yang baik untuk kembali menggoda Yesus (bdk. Lukas 4:13).

Belajar dari kegagalannya di padang gurun, kali lain Iblis berusaha memengaruhi Yesus melalui rasul-Nya, Simon Petrus. Ketika Yesus untuk pertama kali memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga; Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Matius 16:22)

Yesus yang selalu waspada, menyadari yang berbicara itu adalah Iblis yang memakai mulut Petrus. Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23)

Dapat dibayangkan, Petrus tentu sangat terkejut digertak Yesus seperti itu. Tetapi, dari pengalaman tersebut, ketika mewartakan Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga, Petrus dapat menasihati, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (1 Petrus 5:8-9)

Iblis masih mengintai kita sampai saat ini. Namun, kita tidak perlu mencemaskan sepak-terjangnya, karena Yesus menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (bdk. Matius 28:20b). Dalam hidup-Nya di dunia ini, Yesus telah mengalahkan roh-roh jahat, Iblis, dan musuh terakhir yang dikalahkan-Nya ialah maut. Ia telah membuktikan kuasa Allah yang jauh lebih besar daripada kuasa kegelapan, Iblis, dan maut. Berpegang pada Sabda Yesus, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41), kita dapat menangkal godaan-godaan Iblis dalam hidup kita.

(Patricia Heinrica-Kontributor Web KAJ)

 

Petuah Terakhir Benediktus XVI

Paus-Mundur

Paus-Mundur
Paus Benediktus XVI menyampaikan petuah terakhirnya di hadapan puluhan ribu umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus.
Ratzinger demikian nama Paus Benediktus XVI, menyapa para peziarah yang sudah sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma, sudah memenuhi Via della Conciliazione, ruas jalan panjang membujur dari Lapangan Santo Petrus hingga sungai Tiber.
Sebagaimana diutarakan Pastor Markus SVD langsung dari Roma mengungkapkan Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manusia. Para peziaraj melambai-lambaikan berbagai bentuk dan ragam spanduk dengan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arrivederci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa.
Para peziarah pun tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Benedetto”, nama Sri Paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara campur yang menggetarkan suasana pagi ini.
Menurut Pastor Markus, tepat pukul 10.35 pagi waktu Roma, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mons. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan beliau sendiri menjadi Uskup Agung tanggal 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, massa semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgahsana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini.
Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul mereka satu persatu.
”Delapan tahun lalu, ketika sudah jelas bahwa diri saya terpilih menjadi Paus, pertanyaan yang dominan di dalam hati saya adalah: Tuhan, apa yang Kau inginkan dariku? Mengapa Engkau memilih saya? Saya tahu bahwa sejak itu saya memikul beban berat di pundakku,” ucap Paus, Radio Vatikan melansir.
Lanjut Paus, delapan tahun yang lalu adalah tahun-tahun yang indah dan penuh arti. Tetapi juga masa-masa penuh tantangan, sehingga Gereja ibarat bahtera para rasul yang terombang-ambing di danau Genesaret. Badai dan gelombang menerjang menimbulkan rasa takut dan panik, dan Tuhan tidur di buritan.
Tetapi syukur, Tuhan tidak meninggalkan bahtera ini, karena bahtera ini bukan milik kita manusia atau milik saya pribadi, tetapi milik Tuhan sendiri. Mendengar itu, massa bertepuk tangan ramai sambil meneriakkan nama Sri Paus. Benediktus sadar bahwa selama masa bakti, Tuhan senantiasa dekat dengan umatNya dan menganugerahkan segala yang perlu untuk kemajuan GerejaNya.
Sri Paus juga mengungkapkan terima kasih kepada para pekerjanya di Tahta Suci Vatikan dan seluruh umat yang tersebar di seluruh dunia. Selama masa jabatannya, beliau betul merasakan dukungan dan kedekatan umat Katolik sejagad, sekalipun banyak dari mereka yang belum pernah berjumpa dengannya secara langsung.
Menjelang sambutannya yang berdurasi kurang lebih 20 menit itu, beliau meneguhkan hati dan iman umat Katolik sedunia. Katanya dalam nada getar:
“Saya pergi. Itu keputusan yang saya ambil dengan sukarela. Tetapi kamu harus tetap riang gembira di dalam iman. Saya pergi bukan untuk urusan pribadi. Saya pergi untuk membaktikan diri kepada doa untuk Gereja kita yang kita cintai ini. Tuhan yang memanggil kita ke dalam satu komunitas iman, akan tetap bersama kita, memenuhi hati kita dengan harapan dan menyinari kita dengan kasihNya tanpa batas.”
Paus juga menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada seluruh umat dan warga dunia yang selama ini mendukung tugas perutusannya dalam doa dan kehadiran mereka masing-masing.
“Paus milik semua orang, dan begitu banyak orang merasa sangat dekat. Ini benar bahwa saya menerima surat dari tokoh-tokoh terbesar dunia – dari Kepala Negara, tokoh agama, perwakilan dari dunia budaya dan sebagainya. Saya juga menerima banyak surat dari orang-orang biasa yang menulis kepada saya dari hati mereka,” ucapnya.
“Ini adalah buah dari iman pada kehendak Tuhan dan cinta yang mendalam dari Gereja Kristus. Saya akan terus bersama Gereja dalam doa-doa saya.”
“Dan saya mengajak Anda masing-masing untuk berdoa bagi saya dan untuk Paus yang baru,” pesannya.
Usai sambutan terakhir ini, hadirin yang saat itu sudah membludak hingga ujung Via della Conciliazione berdiri, memberikan aplaus panjang. Lambaian bendera-bendera dan spanduk-spanduk kelihatan semakin tenang pertanda sedih. Sri Paus pun berdiri, melambaikan tangan kepada hadirin. Sebuah momentum kuat yang sempat menuai deraian air mata.
Upacara dilanjutkan dengan penyampaian ucapan Salam pisah dan terima kasih dari para hadirin yang diwakili melalui kelompok bahasa Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Portugis, Polandia dan Arab.
Di akhir audiensi, Sri Paus dan hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Bapa Kami di dalam bahasa Latin. Lalu beliau menutup dengan berkat terakhirnya sebagai Paus.
Beliau turun tahta. Berjalan menuju Papa Mobil, mengambil tempat duduk. Papa Mobil turun perlahan dari pelataran Basilika menuju hadirin. Tahtanya, Kursi putih, tinggal kosong.
Sri Paus bergerak keluar, diiringi aplaus panjang, memanggil-manggil namanya dan seraya air mata tetap berderai. Di atas Papa Mobil beliau terus merentangkan kedua tangannya, seakan-akan ingin membawa pergi sekitar 200.000-an hadirin bersamanya.
Rangkulan lengannya tentu terlalu pendek untuk jumlah sebesar ini, apalagi untuk umat Katolik sedunia. Tetapi di dalam doa dari atas bukti Mons Vaticanus, beliau dan seluruh umat Katolik di lima benua akan tetap bersatu.
Paus Benediktus XVI juga menyampaikan terimakasihnya kepada seluruh umat katolik dan warga dunia atas semua kasih dan doa untuknya. “Untuk Anda dan keluarga Anda, saya memberikan berkat saya. Terima kasih!” seru Paus.
(Source: http://www.tribunnews.com/)

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?