Home Blog Page 133

UNDANGAN: MISA KUDUS Perayaan Pentakosta 2013 Bersama Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo

UNDANGAN, MISA KUDUS Perayaan Pentakosta, 2013, Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo

UNDANGAN, MISA KUDUS Perayaan Pentakosta, 2013, Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo

Badan Pelayanan Keuskupan – Keuskupan Agung Jakarta akan menyelenggarakan MISA KUDUS Perayaan Pentakosta 2013 Bersama Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo dengan tema “Roh Kudus mempersatukan Kita dengan Tuhan dan Sesama” pada :

 
Hari/Tgl           : Minggu, 19 Mei 2013
Waktu             : 08.30 – 14.00 WIB
Tempat            : Hall D 1 JIExpo PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat
Perayaan Pentakosta ini akan diawali dengan acara Talk Show bersama Bapa Uskup dan nara sumber antara lain :
 

  1. Bapak Hanny Sutanto, Direktur dari Wings Group.
  2. Ibu Dr. Maria Ratnaningsih, SE, MA, Konsultan bidang ekonomi lingkungan dan perencanaan Pembangunan untuk Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, Kedutaan Inggris dan negara donor lainnya

 
Informasi dan Undangan dapat diperoleh di :
 

  1. Mekky                  Hp No. 0816 – 1377 937
  2. Maria Lim            Hp No. 0812 – 9462 575
  3. Marselina              Hp No. 0817 – 6970 601
  4. Chandrawati        Hp No. 0899 – 9043 518
  5. Koordinator PDKK Paroki setempat

 
 

Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku

Roh Kudus Penghibur, rm marya, Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku

Roh Kudus Penghibur, rm marya, Kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku(Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a)

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.” “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.

Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.”(Yoh 15:26-16:4a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Hidup beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga kapan pun dan dimana pun senantiasa hidup dan bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar kita tidak takut memberi kesaksian kesatuan dan kebersamaan kita dengan Tuhan.

Kesaksian merupakan cara pewartaan utama dan pertama bagi kita semua yang mendambakan mewartakan iman kepercayaan kita pada Tuhan kepada orang lain, bukan kata-kata atau omongan. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak orang semakin beriman, semakin membaktikan diri kepada Tuhan, karena melihat orang yang sungguh menghayati imannya dalam cara hidup dan cara bertindak. Kami berharap kepada para orangtua dapat menjadi teladan hidup beriman bagi anak-anaknya, dan tentu saja juga mendidik dan membina anak-anak untuk menjadi saksi iman bagi teman-temannya.

Kepada kita semua kami harapkan sungguh menjadi saksi iman serta lebih melihat kesaksian iman orang lain alias kebaikan dan keunggulannya dari pada kejahatan dan kelemahannya. Marilah kita ingat peringatan Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Semoga kita semua dalam dan dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kehidupan bersama sebagai warganegara atau warga masyarakat dalam keadaan damai sejahtera, selamat dan bahagia, sebagaima kita dambakan.

Cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya menjadi penghiburan bagi orang lain, sepak terjang dan gerak-gerik kita dimana pun dan kapan pun senantiasa membahagiakan dan menghibur orang lain, sehingga mereka semakin bergairah dalam hidup beriman.

• “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.”

Ia mendesak sampai kami menerimanya.” (Kis 16:14-15). Perempuan pada umumnya lebih memiliki kepekaan untuk mendengarkan daripada laki-laki, demikian juga dalam kegiatan lingkungan seperti doa bersama pada umumnya lebih banyak kaum perempuan atau ibu yang hadir daripada laki-laki atau bapak. Dalam kutipan di atas ini dikisahkan bahwa seorang bernama Lidia membuka hatinya kepada Tuhan, `sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus’. Membuka hati serta memperhatikan apa yang dikatakan orang lain itulah kiranya yang harus kita lakukan masa kini, dengan kata lain marilah saling mendengarkan satu sama lain dalam dan dengan keterbukaan hati dan kerendahan hati.

Sebagai umat beriman kiranya kita juga dapat meneladan Lidia yang membuka rumahnya bagi orang lain, dengan kata lain sebagai warga masyarakat hendaknya sungguh berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, tidak mengurung diri di rumah, apalagi pintu gerbang rumah ditutup rapat serta dijaga anjing yang galak.

Keterbukaan rumah bagi orang lain akan sangat membantu dalam pendidikan dan pembinaan anak-anak, sebagaimana saya alami bahwa orangtua saya senantiasa membuka diri atas kedatangan orang lain, termasuk anak-anak sebaya teman saya, sehingga mendorong saya untuk menjadi imam, hidup bagi orang lain. Dengan kata lain kami berharap agar anak-anak dididik dan dibina dalam hal kepekaan social, peka akan kehidupan orang lain di lingkungan hidupnya.

“Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan” (Mzm 149:1-4)

Ign 6 Mei 2013

Pengumuman Tayang: Lembaran Kasih RCTI: “BIBIT TANPA BOBOT” MINGGU, 28 APRIL Pk. 12.30-13.00 WIB

Cinta memang tak mengenal sekat meski tantangan menghadang. Dengan aroma doa, mungkinkah bersama Tuhan, garis keturunan pun bukan lagi persoalan? Saksikan FTV “Lembaran Kasih” RCTI episode:

“BIBIT TANPA BOBOT”
MINGGU, 28 APRIL Pk. 12.30-13.00 WIB

Produksi RCTI, KOMSOS KAJ, dan KOMSOS Keuskupan Agung Semarang. Lokasi Shooting di YOGYAKARTA

Undangan Perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-47 dan Anugerah INMI AWARDS

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Gedung Karya Pastoral Lt. 3, Jl. Katedral No.7,

Jakarta 10710, Tlp. (021) 3519193

 
 
No       : 21/Komisi/KOMSOS/KAJ/IV/13

Hal      : Undangan Perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-47 dan Anugerah INMI AWARDS
Lamp   : –

 
Kepada Yth.
– Peserta Lomba Fotografi
– Peserta Lomba Film Pendek
– Peserta Lomba WEB/BLOG Paroki/Stasi  
– Pastor Paroki
– Seksi Komsos Paroki
– Semua Umat Praktisi/Aktivis/Penggiat Media Komunikasi 
 
Di tempat

Dengan hormat, 

Kami mengundang Peserta Lomba Fotografi, Film Pendek dan WEB/BLOG Paroki untuk merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-47 dengan tema “Jejaring Sosial: Pintu Kepada Kebenaran dan Iman, Ruang Baru Untuk Evangelisasi”.

Perayaan akan diawali dengan Misa Konselebrasi yang dipimpin oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Perayaan akan diselenggarakan pada:

Hari / Tanggal  :

Sabtu, 11 Mei 2013

Acara :

– 18.00 : Misa di Gereja Katedral

– 19.30 : Di aula Katedral Lantai 2 :  Ramah Tamah; Anugerah INMI AWARDS untuk pemenang Lomba Fotografi, Film Pendek, dan Website/Blog Paroki

Mohon untuk konfirmasi kehadiran ke Sdri Irene 3519193 ext 241 (Kantor) dan 08174815757 / 082114002397. Demikianlah undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

 

Jakarta, 24 April 2013
Hormat kami,
 
RD. HARRY SULISTYO
Ketua Komisi KOMSOS KAJ
 
 
 

Refleksi : “Aku datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya”

Refleksi , Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya

Refleksi , Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya

(Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50)

“Tetapi Yesus berseru kata-Nya: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.

Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.

Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.” (Yoh 12:44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya, seluruh ciptaan yang ada di permukaan bumi atau di alam raya ini. Maka kita semua yang beriman kepadaNya memiliki panggilan yang sama, yaitu untuk hidup mendunia atau membumi guna menyelamatkan apa yang ada di permukaan bumi ini yang tidak selamat. Memang untuk itu pertama-tama dan terutama diri kita sendiri harus dalam keadaan selamat, agar dapat menyelamatkan yang lain.

Maka marilah jika ada sesuatu yang tidak selamat di lingkungan hidup kita segera kita selamatkan: tempat yang kotor kita bersihkan, yang tidak teratur segera kita atur, yang tidak disipilin kita disiplinkan, dst.. Namun kiranya yang perlu kita utamakan adalah manusia, misalnya yang bodoh kita ajar dengan tekun dan rendah hati agar pandai atau cerdas, yang malas kita ingatkan untuk rajin, yang korup kita tegor dan ingatkan untuk jujur dst.. Yang mendesak pada masa kini hemat saya adalah para koruptor, dan untuk itu perlu ditertibkan para peserta didik agar tidak menyontek baik dalam ulangan atau ujian, karena menyontek hemat saya merupakan pelatihan untuk korupsi.

Membiarkan tindakan para peserta didik untuk menyontek berarti mendidik calon koruptor. Tindakan korupsi merupakan tindakan pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak enak dan tidak nikmat lagi. Marilah kita berantas tindakan korupsi di bidang kehidupan atau pelayanan apapun. Kami sungguh prihatin bahwa dua departemen, yaitu departemen agama dan pendidikan, yang harus mendidik warganegara agar hidup baik, justru di dalamnya sarat dengan tindakan-tindakan korupsi.

“Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi.” (Kis 13:4-5a). Apa yang dilakukan oleh Barnabas dan Saulus kiranya dapat menjadi teladan atau inspirasi bagi kita semua, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan Roh Kudus guna mewartakan atau memberitakan firman Allah.

Kami berharap kita tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan/suruhan Roh Kudus, yang berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka dalam Tahun Iman ini kami harapkan kita semua giat memperbaharui dan memperdalam iman kita dengan bantuan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.

Hendaknya pembacaan dan permenungan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci digiatkan dan didukung di lingkungan-lingkungan umat maupun dalam keluarga-keluarga. Tentu saja para pengkotbah di rumah-rumah atau tempat-tempat ibadat kami harapkan menyampaikan kotbah bersumber dari Kitab Suci, maka hendaknya apa yang tertulis didalam Kitab Suci direfleksikan secara mendalam, agar isi kotbah mengena dan sesuai dengan kebutuhan umat Allah.

Dengan kata lain kebiasaan refleksi atas Kitab Suci kami harapkan menjadi kebiasaan para pengkotbah maupun pewarta Kabar Baik atau para katekis di lingkungan Gereja Katolik atau guru agama di masing-masing agamanya. Tanpa refleksi mendalam apa yang tertulis di dalam Kitab Suci akan kurang mengena bagi umat Allah.

“Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa.Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. ” (Mzm 67:2-3.5)

Ign 24 April 2013 (marya_sj ; marya_sj@yahoo.com)

Tahun Persaudaraan: Pesta Pengampunan

Tahun Persaudaraan, Pesta Pengampunan

Tahun Persaudaraan,  Pesta Pengampunan

Beberapa waktu lalu Tempo.co melansir sebuah berita mengenai hasil riset menyangkut negara berpenduduk paling bahagia di dunia. Ini merupakan hasil polling terhadap  150.000 orang dari 148 negara yang hasilnya diumumkan 19 Desember 2012 lalu. Kepada mereka diajukan 5 pertanyaan apakah mereka cukup istirahat, diperlakukan sopan, banyak senyum atau tertawa, belajar atau melakukan hal-hal yang menarik, serta merasa gembira di hari sebelumnya. Jawaban mereka ini dianggap merepresentasikan kegembiraan (kebahagiaan) hidup bila menjawab ya.

Terungkap 7 dari 10 negara yang penduduknya paling gembira (bahagia) dibumi berasal dari Amerika Latin.  Jadi mereka tidak tinggal di Qatar negara terkaya. Mereka juga tidak di Kanada yang memiliki penduduk berpendidikan sarjana tertinggi. Mereka juga bukan di Jepang yang memiliki usia hidup paling tinggi. Juga tidak di Prancis, Jerman dan Amerika Serikat negara modern. Bahkan bukan juga di Singapura yang menduduki urutan paling buncit.

Ketujuh negara Amerika Latin ini tentu saja jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju. Malah mereka tergolong miskin. Guatemala misalnya. Puluhan tahun dirobek perang saudara. “Tetapi di Guatemala, budaya persahabatan menyebabkan orang selalu tersenyum,” kata Luz Castillo, pelatih selancar angin berusia 30-an tahun. “Kami dikelilingi oleh alam yang indah, yang memungkin kami mengabaikan semua masalah yang tengah kami hadapi.”

Bagi saya yang menarik hidup paling bahagia dan bersahabat (bersaudara) ada di negara-negara Amerika Latin. Amerika Latin adalah basis utama umat Katolik dewasa ini.

Robert J. Barro dan Rachel M. McClerry  yaitu Guru besar Harvard University dan Senior Reseach Fellow pada Kennedy School of Government Harvard University yang menyatakan wajar kalau paus baru dari Amerika Latin yaitu Paus Fransiskus dari Argentina. Sebab menurut mereka saat ini di Amerika Latin bermukim hampir setengah dari  jumlah keseluruhan umat katolik dunia. Tepatnya 44 persen umat Katolik  dunia dewasa ini berada di Amerika Latin bukan di Eropa lagi.

Lantas hubungannya dengan kita? Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) telah menetapkan tahun 2013 ini sebagai tahun persaudaraan (tahun persahabatan). Apa yang membuat negara-negara di Amerika Latin hidup bahagia walaupun tidak kaya? Salah satunya adalah kebiasaan mereka memberi senyum kepada orang lain karena dianggap sebagai sahabat (saudara).

Hidup dalam persaudaraan (Persahabatan) Sejati merupakan sebuah jaminan kebahagiaan. Hidup Dalam Perasudaraan Sejati ini  pula yang diperdalam para pegiat Komisi-Komisi dan Pemikat KAJ pada Hari Studi 6/4, lalu. Dalam makalahnya Rm. DR. Martin Harun, OFM memberikan makna luas dan biblis persaudaraan  serta syarat melanggengkan persaudaraan sejati di komunitas dan akhirnya memancar keluar menjadi universal dan kosmis.

Persaudaraan adalah pesta pengampunan. Hanya dengan semangat mengampuni dan diampuni persaudaraan sejati dapat hadir langgeng. “Tidak ada saudara yang menganggap dirinya lebih benar dari saudara yang kurang atau berbuat salah. Kalau ada saudara yang bersalah, maka kita harus lebih dahulu mengoreksi diri apa salah kita kepada saudara itu. Kemudian sebagai tanggungjawab kita kepada saudara kita ingatkan dia empat mata dan bukan dicacimaki dan dimarahi.  Sebab setiap orang yang marah dan mengatakan “Kafir” dan  “Jahil” kepada saudaranya patut mendapat hukuman berat (Mat.5:22). Memaafkan saudara harus berlangsung tujuhpuluh kali tujuh, tidak terbatas,” tulisnya.

Menyadari, menyesali dan kemudian meminta maaf atas kesalahan diri sendiri adalah langkah paling awal dalam memelihara hidup persaudaraan sejati. “Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu” (Mt 18:35).

Jadi menurut Yesus, hidup dalam persaudaraan sejati sangat berkaitan dengan menyadari, menyesali dan menangai kekurangan diri sendiri dan dengan dengan sikap itu berusaha menyadarkan dan mengampuni saudara. Jadi persaudaraan adalah “pesta pengampunan” (fête du pardon) seperti ditulis oleh Jean Vanier, seorang pendekar utama hidup persaudaraan masa kini.

Persaudaraan sejati yang telah hidup dan menghidupi komunitas kita akhirnya juga akan mentransendensi dirinya dalam kasih  (agapè) yang sungguh-sungguh tanpa pamrih. Sehingga kasih persaudaraan di dalam jemaat akan membuat kita juga mampu mengasihi mereka yang masih di luar jalinan kasih jemaat. Ini menjadi tujuan hidup kristiani juga.

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat 5:46?47). Kasih tanpa pamrih yang melampau batas sesama umat, diilustrasikan  Yesus dalam kisah seorang Samaria yang menunjukkan belas kasih yang universal (Luk 10:25?37). Jelas bahwa berkembangnya faham modern tentang kasih dan persaudaraan yang universal berkembang dari benih-benih ajaran Yesus.

Selain mampu hidup dalam persaudaraaan sejati dengan sesama manusia secara universal, kita juga dituntut hidup bersahabat dengan alam lingkungan kita. Memang hal ini tidak ada dibahas dalam Kitab Suci. Tetapi St. Fransiskus dari Asisi menyadari bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah sesama ciptaan Tuhan. Karena itu Fransiskus menyapa mereka sebagai saudara dan saudari yang sama-sama menghadirkan kemuliaan Tuhan. Fransiskus tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari ciptaan lain sehingga bisa sesukahati memperlakukan mereka.

Belajar untuk bersaudara dengan alam dan segala makhluk kini semakin mendesak, sebab alam yang pernah mengancam, kini makin lemah dan rapuh dibandingkan dengan manusia yang bertambah kuat karena ilmu dan tehniknya.

Menerima alam serta segala makhluknya sebagai  saudara akan mengurangi ketakutan kita terhadap alam dan juga akan mengikis perampasan dan pencemaran kita terhadap alam.

Seorang tidak akan mengeruk habis-habisan apa yang diakuinya sebagai ciptaan Tuhan yang penuh perlambangan. Seorang tidak akan menuangkan cairan beracun ke dalam air kali yang ia hargai sebagai saudarinya, atau membuang sampah ke tanah yang ia hormati sebagai ibu pertiwinya.

Sebagai kesimpulan, menurut Perjanjian Baru kita dilahirkan kembali menjadi anak Bapa, saudara Kristus, dan saudara satu sama lain di dalam jemaat kristen. Kasih persaudaraan kristiani itu melintasi batas-batas marga, jender, bangsa dan golongan sebab terwujud dalam usaha melakukan kehendak Bapa dan dipertahankan dalam saling minta dan memberi maaf dalam kegagalan.

Kasih persaudaraan kristiani yang khusus ini menjadi landasan untuk tindakan kasih terhadap semua manusia, hal mana pada zaman modern lazim disebut sebagai kasih dan persaudaraan universal. Sejak Fransiskus Asisi persaudaraan universal ditantang pula untuk menjadi persaudaraan kosmis.

Sonar Sihombing.

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/2013

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/2013

“Sesungguhnya Aku ini adalah Hamba Tuhan; Jadilah Padaku Menurut Perkataanmu itu”

hari raya kabar suka cita, 8 April 2013

hari raya kabar suka cita, 8 April 2013

Hari Raya Kabar Sukacita : Yes 7:10-14; 8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

Pasangan suami-isteri baru yang mendengar bahwa sang isteri mulai mengandung, maka pasangan suami-isteri tersebut sungguh bersukacita, dan kiranya mareka pun juga tergerak untuk mewartakan sukacita atau kegembiraannya kepada saudara-saudarinya. Namun jika seorang perawan mengandung pasti akan menjadi bahan cemoohan atau pembicaraan jelek. Maria, perawan suci dari Nazaret tiba-tiba menerima kabar dari Allah melalui malaikatNya bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki karena Roh Kudus. Secara manusiawi hal ini kiranya sungguh menakutkan, jangan-jangan ada tuduhan orang lain ia berzinah atau kena tulah. Namun begitulah kehendak atau janji Allah harus segera terlaksana, dengan mengutus Pribadi kedua menjadi manusia melalui rahim Maria. Dengan kata lain Maria terpilih sebagai wakil umat manusia untuk bekerjasama dalam perwujudan janji Allah, maka kesanggupan Maria untuk mengandung karena Roh Kudus sungguh merupakan kabar sukacita atau gembira. Maria adalah bunda kita dan teladan umat beriman, maka marilah kita meneladan imannya.

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)

Kutipan di atas ini merupakan tanggapan Maria dengan rendah hati mentaati kehendak atau perintah Allah. Hemat saya orang yang rendah hati dan taat sungguh menggembirakan banyak orang atau membuat sukacita bagi banyak orang. Sebagai orang beriman marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dengan taat dan rendah hati. Ketaatan kita terutama adalah taat kepada kehendak dan perintah Allah dalam rangka berpartisipasi mewujudkan karya penyelamatan dunia. Dunia seisinya ketika diciptakan oleh Allah semuanya baik adanya, namun karena dosa dan keserakahan manusia apa yang semula baik telah rusak: ciptaan-ciptaan lain selain manusia seharusnya membantu manusia dalam mengusahakan keselamatan jiwanya alias menjadi sarana atau wahana sudah terbalik menjadi tujuan.

Berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia memang harus berjuang dan berkorban, sebagaimana dialami oleh Maria, sebagai perawan yang harus mengandung, mempersembahkan keperawanannya kepada Allah, bukan untuk kenikmatan seksual sebagaimana didambakan banyak orang. Apa yang paling berharga dipersembahkan kepada Allah demi keselamatan atau kesejahteraan umum, seluruh umat manusia. Memberi persembahan kepada Allah seharusnya memang yang paling baik, paling berharga atau paling bernilai, yang berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa diri kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai kini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya jika kemudian semuanya dipersembahkan kembali kepada Allah.

Sekali lagi kami ingatkan bahwa kita berada dalam Tahun Iman, dimana kita diajak untuk kembali ke sumber-sumber iman sebagai pedoman atau acuan hidup dan bekerja. Salah satu sumber iman kita adalah sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, maka marilah kita bacakan dan dengarkan serta cccap dalam-dalam sabda Allah. Semoga kehendak dan perintah Allah sungguh meresap dalam-dalam atau tertanam dalam hati kita, sehingga mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Keunggulan hidup beriman terletak dalam penghayatan atau tindakan bukan wacana atau omongan, maka marilah kita bekerjasama atau saling membantu dalam menghayati sabda atau perintah Allah dalam hidup sehari-hari, agar diri kita maupun kebersamaan hidup kita semakin dikasihi oleh Allah dan umat manusia. Dengan kata lain semoga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa menjadi kabar sukacita atau kabar gembira bagi siapa saja. Marilah kita senantiasa melakukan apa yang baik dan membahagiakan orang lain, karena kita semua mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, aman sentosa kapan pun dan dimana pun.

“Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Di atas Ia berkata: “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” — meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat –.” (Ibr 10:7-8)

Kehendak Allah bagi kita semua adalah agar kita semua setia dan giat melakukan kehendakNya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Bukan `korban persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa’, sebagaimana sering dilakukan oleh sementara orang dengan berjaga bakti sepanjang malam dalam adorasi kepada Sakramen Maha Kudus, yang berkenan pada kehendak Allah. Derap langkah para pendahulu kita, misalnya di wilayah Keuskupan Agung Semarang, senantiasa terarah secara konkret pada suka-duka umat manusia, warga masyarakat, misalnya dengan social-ekonomi demi kesejahteraan rakyat atau kesejahteraan masyarakat.

Kami berharap kepada kita semua umat beriman untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan masing-masing. Dengan kata lain hendaknya kita sungguh hidup membumi, berpartisipasi dalam aneka macam seluk beluk hidup sehari-hari umat manusia masa kini. Tentu saja kita kemudian tidak jatuh ke semangat materialistis atau duniawi, melainkan tetap dalam dan dengan terang iman berpartisipasi dalam aneka seluk-beluk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia, Allah yang telah mendunia dengan menjadi manusia, kami harapkan kita sungguh hidup mendunia atau membumi.

Salah satu keprihatinan kita masa kini antara lain adalah kerusakan atau kehancuran lingkungan hidup, sehingga tidak sesuai lagi dengan kehendak Allah. Maka marilah kita tingkatkan perawatan lingkungan hidup, kita buat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat untuk ditempati atau ditinggali. Aneka jenis tanaman hendaknya diusahakan, demikian juga aneka jenis binatang biarlah hidup bebas, dan jangan dipenjara di dalam sangkar. Dimana mungkin hendaknya dibuat sumur-sumur resapan air hujan.

“Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN” (Mzm 40:7-10)

Ign 8 April 2013 (marya_sj ; marya_sj@yahoo.com)

Refleksi: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

Marya SJ, pergilah keseluruh dunia, wartakan injil

Marya SJ, pergilah keseluruh dunia, wartakan injil

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.

Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Kiranya kita semua setiap hari senantiasa bepergian, entah dekat atau jauh, dalam kota atau luar kota, dalam negeri atau luar negeri. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita semua dipanggil kemana pun kita pergi maupun dimana pun kita berada untuk senantiasa `memberitakan Injil kepada segala makhluk’.

Dengan kata lain hendaknya cara hidup, cara bertindak maupun sepak terjang kita senantiasa menggembirakan dan menggairahkan orang lain untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan bertindak melalui RohNya, maka marilah kita lihat dan imani karya Roh Kudus dalam ciptaan-ciptaanNya dan tentu saja terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kita berharap siapapun yang bertemu kita atau melihat kita akan melihat dan bertemu dengan Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka kita yang masih hidup di dunia ini dan beriman kepadaNya dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira kepada dunia. Pada masa kini lingkungan hidup sungguh memprihatinkan, maka semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa membuat lingkungan hidup semakin bergairah, mempesona dan menarik.

Marilah lingkungan hidup dimana kita hidup maupun bekerja kita usahakan semenarik dan semempesona mungkin: berilah tanaman yang memadai, jaga kebersihan lingkungan dst.. Usaha penghijauan dengan penanaman pohon-pohon hendaknya menjadi gerakan masal dimana-mana, dan kita hentikan pembabatan hutan yang tak tahu aturan demi kepentingan komersial.

• “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.”(Kis 4:19-20), demikian kata Petrus dan Yohanes terhadap para tokoh bangsa Yahudi yang ingin mengadili dan menghukum mereka.

Apa yang dikatakan oleh Petrus dan Yohanes ini kiranya dapat menjadi teladan bagi siapapun yang dipanggil menjadi saksi. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang dipanggil menjadi saksi di pengadilan untuk “berkata-kata tentang apa yang dilihat dan didengar” alias memberi informasi yang benar dan akurat. Jangan coba-coba menjadi saksi palsu atau melakukan kebohongan dalam memberikan kesaksian, karena dengan demikian anda akan berbalik menjadi tersangka serta kemudian harus diadili dan dihukum.

Kejujuran merupakan keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama. Maka kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal kejujuran, dan tentu saja teladan orangtua atau generasi tua sungguh penting dalam hal hidup jujur. Sekali lagi saya angkar rumor bahwa `jujur akan hancur’, memang hidup jujur akan hancur untuk sementara, tetapi akan mulia dan bahagia serta damai sejahtera untuk selamanya.

Semoga mereka yang berkarya di dua departemen yang sangat erat dengan pembinaan manusia, yaitu Departemen Agama dan Departemen Pendidikan, dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran, tidak melakukan korupsi sebagaimana masih marak sampai kini. Jika mereka yang bekerja di dua departemen ini tidak jujur lagi dan selalu berkorupsi apa yang dapat diharapkan dari negeri tercinta ini.

Para tokoh atau pemuka agama yang pada umumnya menjadi panutan hidup umatnya kami harapkan juga dapat menjadi teladan atau saksi kejujuran.

“TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan,”

(Mzm 118:14-15)

marya_sj (marya_sj@yahoo.com)

Konferensi Pers Uskup KAJ terkait Paskah 2013: Iman yang tidak berbuah pada Persaudaraan bukanlah Iman Sejati

MK02-1

Pada Paskah Tahun 2013 ini, Uskup Agung Gereja Katedral mempunyai pesan khusus dan pantangan bagi umat Katolik untuk menjaga kondisi lingkungan yang terancam pemanasan global. Caranya adalah dengan ‘puasa’ menggunakan bahan-bahan mengandung plastik dan styrofoam.

“Ada pantangan dan puasa baru yang telah kami terapkan di keuskupan, yaitu pantang gunakan plastik dan styrofoam. Pesan tersebut adalah sebagai salah satu pesan Paskah tahun ini,” ujar Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Suharyo usai melakukan Perayaan Paskah di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (31/3/2013).

Menurut Suharyo, tindakan puasa dan pantangan menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kantong ataupun wadah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian bumi yang terancam pemanasan global.

“Menurut orang pandai, penggunaan keduanya dapat merusak lingkungan hidup. Karena itu ketika makan dan lain sebagainya hindari menggunakan barang-barang itu,” ujar Beliau.

Dia pun mendukung berbagai macam upaya masyarakat yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang dapat merusak ekosistem makhluk hidup lainnya.

“Seperti 23 Maret lalu, kita menyambut Hari Bumi. Ajak seluruh keluarga ikut gerakan itu. Ini merupakan bentuk kesadaran kita pelihara bumi dengan menghemat sumber daya alam,” lanjutnya.

Dalam misa Minggu Paskah ini, dia berpesan agar setelah melewati Paskah untuk tidak hanya menjalani ibadah secara ritual semata, namun harus diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata menolong sesama.

“Ibadah saja enggak cukup. Harus berbuat nyata dalam kehidupan dengan wujud kongkret Persaudaraan. Persaudaraan mesti memuat semangat bela rasa. Iman yang tidak berbuah pada Persaudaraan bukanlah Iman Sejati,” tegas Uskup. (liputan6.com dan beberapa sumber lainnya)

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?