Bacaan Pertama 2Taw 36:14-16.19-23 Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem itu dinajiskan mereka. Namun Tuhan,Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya.
Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan. Maka Tuhan menggerakkan raja orang-orang Kasdim. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun.
Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: ”Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Tuhan, Allahnya, menyertainya,dan biarlah ia berangkat pulang!
Bacaan Kedua Ef 2:4-10 Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan – dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Bacaan Injil Yoh 3:14-21 Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Renungan Singkat
PULANG
Ada satu kata dalam Bahasa Indonesia yang sangat saya suka. Mendengarnya saja sudah membuat saya senang dan gembira. Kata itu adalah: Pulang. Kata ini mengandung banyak makna. Pulang artinya kembali ke tempat asal. Satu tempat yang membuat kita nyaman dan damai. Pulang adalah tujuan dari seluruh perjalanan kita. Dalam bepergian, tujuan terakhir kita adalah pulang dengan selamat. Sedih sekali, kalau kita tidak bisa pulang, atau tidak tau kemana kita pulang.
Bacaan-bacaan hari ini kental sekali dengan nuansa pulang. Manusia adalah jiwa-jiwa yang sedang berkelana di dunia dengan mengendarai tubuh jasmaninya. Dan dalam perjalanan itu kita sering keliru dalam menentukan arah. Ini yang disebut jatuh dalam dosa dan kejahatan.
Bacaan pertama dari kitab kedua Tawarikh menjadi ringkasan perjalanan Israel yang jatuh dalam ketidaksetiaan pada Allah. Mereka menodai kekudusan Rumah Tuhan. Mereka pun mengolok-olok para nabi yang ditugaskan Allah untuk mengingatkan dan menemani. Mereka dihukum, dibuang ke Babel dan menjadi budak di sana selama 70 tahun. Namun Allah menghendaki Israel pulang. Raja Persia dipakai Allah untuk membawa Israel pulang ke tanah yang telah mereka tinggalkan begitu lama.
Allah berinisiatif menjemput kita pulang ke hadirat-Nya. Dan semua itu dilakukan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya yang sangat berlimpah. Itu yang ditegaskan oleh St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus (bacaan kedua). Allah menghendaki kita pulang kepada-Nya, untuk hidup di dalam-Nya.
Sementara itu, dalam malam yang gelap Yesus mengungkapkan misteri kehendak Allah itu dengan terus terang kepada Nikodemus. Allah mengutus Putra-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang melihat-Nya dan percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Kehidupan kekal itulah asal kita, bersama Bapa. Yang pernah hilang karena kita terusir akibat perbuatan dosa. Kini melalui Putra-Nya, Allah mengajak kita semua kembali pulang. Kita pulang, bertobat, memperbaiki diri dan kembali hidup di dalam-Nya.
Bacaan Pertama Keluaran 20:1-17 Di Gunung Sinai Allah mengucapkan segala firman ini: ”Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri.Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.”“
Bacaan Kedua 1Korintus 1:22-25 Saudara-saudara, orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.“
Bacaan Injil Yohanes 2:13-25 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ”Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: ”Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ”Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: ”Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
RENUNGAN SINGKAT
Dalam kehidupan bersama kita memerlukan hukum yang menjadi dasar dan cita-cita bersama. Di Indonesia kita memiliki Pancasila dan UUD 1945. Dua kebijaksanaan itu harusnya menjadi dasar dari segala kebijakan yang dibuat di negeri ini. Umat Allah Perjanjian Lama membutuhkan dasar hukum bersama seperti itu. Sebelumnya mereka adalah budak, yang ikut dalam aturan bersama di Mesir. Oleh karena itu, di Gunung Sinai Allah memberikan dasar hukum DEKALOG kepada Musa. Ini adalah dasar perjanjian Allah dengan Umat-Nya, dan menjadi pengikat perjanjian juga di dalam komunitas Mereka. Makanya, kalau kita lihat Dekalog ini memuat unsur vertikal dan horizontal. Yang vertikal menyangkut hubungan ketaatan umat dengan Allah. Misalnya Jangan pada Allah lain di hadapan-Ku, Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan dan Kuduskanlah hari Sabat. Yang Horizontal mengatur relasi antar anggota komunitas, yaitu Hormatilah Ayah Ibumu, Jangan membunuh, Jangan berzinah, Jangan mencuri, Jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu, jangan mengingini milik sesamamu.
Kita bisa bertanya, untuk apa Allah memberikan Dekalog ini kepada umat Allah Perjanjian Lama? Apakah di baliknya tersirat apa yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya? Secara sederhana, kita dapat memahami bahwa Allah menghendaki agar umat Allah Perjanjian Lama ini menjadi komunitas yang sempurna. Dalam artian, taat kepada Tuhan sekaligus pada saat yang sama hidup dalam damai antar sesama anggota komunitas. Dekalog menjadi dasar sekaligus cita-cita sempurna umat Allah Perjanjian Lama yang dikehendaki menjadi kudus.
—
Itu yang tidak Yesus temukan di Yerusalem. Bait Allah seharusnya menjadi tempat orang – siapapun dia – datang berjumpa dengan Tuhan. Namun, aturan-aturan yang dibuat manusia membuat pembedaan yang diskriminatif. Ada aturan korban sembelihan yang harus ditaati. Tapi menjaga agar korban hewan tetap baik dan tak bercacat menjadi mustahil, apalagi jika orang itu datang dari jauh. Hal itu disiasati dengan membeli korbannya di pekarangan bait Allah. Hukum ekonomi berlaku. Makin banyak permintaan, harga pun naik. Situasi ini aman-aman saja bagi mereka yang kaya. Tapi bagaimana dengan mereka yang miskin dan datang dari jauh? Bagaimana mereka dapat beribadah di bait Allah dan harus mempersembahkan korban yang murni bagi Tuhan? Sementara korban hewan yang dijual harganya gak ngotak?.
Marahlah Yesus. Sebab orang-orang di sana menjadikan Bait Allah sebagai tempat berjualan! Semua pedagang diusir beserta dengan kambing dan domba lembu yang hendak di jual. Yesus memurnikan Bait Allah dari tindakan culas semacam itu.
—
Pesan yang sama mau disampaikan Tuhan Yesus kepada kita. Janganlah menjadi umat yang saling mempersulit dan memecah belah dengan pembedaan yang diskriminatif. Taat kepada Allah harus ditunjukkan juga dengan tindakan baik kepada sesama, merangkul semua terutama mereka yang kecil, miskin, lemah dan tersingkir. Meski, untuk mencapai itu semua kita harus mengalami salib. Itulah jalan yang Yesus tawarkan. Bagi banyak orang salib adalah kebodohan, tapi bagi kita yang dipanggil, salib adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Setelah Abraham mendapat anak, Ishak, maka Allah mencobai Abraham. Allah berfirman kepada Abraham: ”Abraham,” lalu sahutnya: ”Ya, Tuhan.” Firman-Nya: ”Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: ”Abraham, Abraham.” Sahutnya: ”Ya, Tuhan.” Lalu Ia berfirman: ”Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepada Abraham, kata-Nya: ”Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman Tuhan –: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”“
Bacaan Kedua Roma 8:31b-34
Saudara-saudara, Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?Allah bahkan tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?“
Bacaan Injil Markus 9:2-10
Pada suatu hari, Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu, Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: ”Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: ”Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan ”bangkit dari antara orang mati.”“
Renungan Singkat
Sekali lagi kita memusatkan permenungan kita pada Yesus Kristus, Sang Anak Domba Allah.
Menarik untuk kita simak. Allah mencobai Abraham. Ia menyuruh Abraham untuk mengorbankan Ishak anak-Nya. Abraham taat dan akan melakukannya. Ini tanda bahwa Abraham sungguh sangat mencintai Allah. Tanpa ragu – meski berat dan sedih – ia melakukan sesuai apa yang diminta Allah kepadanya. Mengorbankan Ishak, sang Anak yang didapat dari istrinya Sara. Begitulah cinta. Rela memberikan segalanya bagi yang dicintai. Tindakan Abraham dicegah oleh Malaikat, lalu korban Ishak digantikan dengan domba jantan.
Sebagaimana Abraham – yang karena cintanya kepada Allah rela dan mau mengorbankan anak tunggalnya sendiri, Ishak. Begitulah yang dilakukan Allah demi cinta-Nya kepada kita Manusia yang berdosa. Karena begitu besar cinta-Nya kepada dunia, Allah menyerahkan anak-Nya yang tunggal, sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh kehidupan kekal (Yoh 3:16).
Proklamasi Yesus sebagai Anak yang dicintai Bapa terdengar dengan sangat lantang di atas saat Yesus dimuliakan di atas gunung. Perintah dari suara itu jelas! “Inilah Anak yang kukasihi, dengarkanlah Dia.” Petrus, Yakobus dan Yohanes adalah tiga murid terdekat Yesus yang menjadi saksi atas peristiwa itu.
Oleh karena itu, pernyataan Paulus dalam bacaan kedua hari ini patut kita renungkan.
“Allah bahkan tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Jadi mengapa kita masih ragu dan kurang percaya? Mengapa masih takut dan banyak khawatir? Mengapa masih merasa kurang segalanya dan tidak bersyukur? Mengapa sulit untuk peduli dan berbuat baik?
BACAAN PERTAMA Kej 9:8-15 ”Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia: ”Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.”Dan Allah berfirman: ”Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup.“
BACAAN KEDUA 1Petrus 3:18-22 ”Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya.“
BACAAN INJIL Markus 1:12-15 ”Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia. Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
RENUNGAN SINGKAT
PERTOBATAN EKOLOGIS
“Tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi”. Demikian janji Allah kepada Nuh setelah bencana air bah itu surut. Kita pasti tau juga, Allah akan menepati janji-Nya. Dia tidak akan menghukum manusia lagi pakai air bah.
Sebentar…
Lalu bagaimana dengan peristiwa tsunami besar yang pernah terjadi di bumi ini? Tentu kita tau Tsunami aceh pada 26 Desember 2004 silam merenggut korban puluhan ribu korban meninggal dunia. Bolehkah kita mengatakan, “tsunami itu adalah hukuman Allah kepada kita”? Apakah bisa juga kalimat itu sematkan saat banjir besar pernah melanda jakarta dan daerah2 lainnya?
Pernahkah sebaliknya, kita yang menyadari bahwa bencana itu bukan pekerjaan Allah tapi akibat dari manusia yang serakah, manusia yang tidak menggunakan akal budinya sebagaimana mestinya? Maka jelas pesan Yesus dalam Injil hari ini. BERTOBATLAH dan PERCAYALAH KEPADA INJIL.
Salah satu bentuk pertobatan yang bisa kita lakukan dalam masa prapaskah ini – selain pantang dan puasa – adalah PERTOBATAN EKOLOGIS. Manusia melakukan perbaikan diri dengan kembali menghormati dan menghargai alam. Kalau kita merasa polusi udara semakin tinggi, bolehlah kita ‘mati raga’ dengan tidak menggunakan kendaraan pribadi. Digantikan dengan jalan kaki dan naik angkutan umum, atau bersepeda ketempat tujuan. Kalau kita merasa sampah-sampah makin menggunung, bolehlah kita “mati raga” mengurangi kenyamanan plastik, tidak minum minuman kemasan, dan tidak menggunakan styrofoam. Pertobatan Ekologis kini menempatkan alam semesta dan lingkungan hidup sebagai yang utama. Sebagaimana juga dalam pantang dan puasa kita mengutamakan ketaatan kepada Allah.
”Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun: ”Apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya,ia harus dibawa kepada imam Harun, atau kepada salah seorang dari antara anak-anaknya, imam-imam itu. Karena orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.“
Bacaan Kedua 1Kor 10:31-11:1
Saudara-saudara, Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.“
Bacaan Injil Markus 1:40-45
Sekali peristiwa seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: ”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: ”Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.”
Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.“
RENUNGAN SINGKAT
Kalau kita bandingkan antara Bacaan Pertama dari kitab Imamat dengan Bacaan Injil dari Markus, kita dapat dengan mudah menemukan perbedaan. Keduanya memang bicara mengenai penanganan terhadap orang yang “diduga” sakit kusta. Tapi, bagaimana orang yang diduga kusta itu ditangani – itulah yang membedakan.
Bacaan pertama dari Imamat di atas memuat sebuah peraturan yang mengikat. Kalau ada seseorang yang punya tanda-tanda penyakit kusta (bengkak, bintil atau panu), orang itu wajib datang ke seorang imam. Imam akan menilai/menghakimi apakah orang itu beneran kusta atau tidak. Jika benar kusta maka tidak ada solusi apapun, selain memaksa orang kusta itu keluar dari komunitas dan perkemahan. Ia disingkirkan, dan imam tidak memberi jalan keluar untuk mengembalikan dia di masyarakat. Tunggu orang itu sembuh sendiri.
Sementara itu, Yesus bertindak secara baru. Orang Kusta yang datang kepada-Nya diberikan kebebasan dari penyakitnya. Diminta-Nya orang kusta itu datang ke imam supaya dinyatakan tahir. Sehingga, orang itu dapat kembali bergabung ke komunitasnya.
Kusta adalah lambang penyakit – yang dapat memisahkan seorang manusia terpisah dari manusia yang lainnya. Ada banyak juga jenis-jenis penyakit di jaman ini yang dapat memisahkan seseorang dari komunitasnya, dari keluarganya, bahkan dari dirinya sendiri?
Yesus menawarkan diri-Nya sebagai penyembuh untuk kita.