Siap-siap menonton film yang terinspirasi dari kisah nyata dua perempuan positif! Tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia mulai Kamis, 5 Februari 2015.
Film Nada untuk Asa mengangkat kisah perjuangan yang tak terbayangkan dan harus dihadapi dua perempuan positif! Masyarakat bahkan keluarganya sendiri ikut menancapkan lara. Pilihannya hanya dua: berani hidup berstigma atau mati berkalang luka. Sejauh itukah Tuhan mencobai hamba-Nya? Hanya Tuhan yang tahu kesanggupan mereka. Dua perempuan dipilih Tuhan, mungkin karena memiliki kemampuan!
Kenapa harus nonton film Nada untuk Asa yang bakal tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia mulai Kamis, 5 Februari 2015?
1. Karena NUA, film kita kita bersama untuk Indonesia
2. Karena NUA adalah kita yang selalu menghormati kehidupan dan menghargai martabat manusia.
3. Karena NUA merefleksikan kembali semangat empati dan apa arti keluarga buat kita.
NUA diproduksi untuk semangat kebersamaan. Nonton bareng sekeluarga, sekomunitas, selingkungan, satu sekolah atau satu perusahaan menciptakan kegembiraan penuh persaudaraan.
Disutradarai oleh Charles Gozali dan dibintangi oleh Marsha Timothy, Acha Septriasa, Darius Sinathrya, Mathias Muchus, Nadila Ernesta, Inong Nidya Ayu, Wulan Guritno, Butet Kartaredjasa, Tri Yudiman, Donny Damara, Irgi Fahrezi, Pongki Batara, Bayu Oktara, Bisma Smash.
Follow twitter @nadauntukasa dan instagram Nada Untuk Asa
Like facebook pagenya di Nada untuk Asa
Klik link youtube berikut ini untuk menyaksikan official trailernya:http://youtu.be/XW72QTjS_pc
1. Obyek visual sangat dinamis yang menandakan semangat dan keinginan bahwa bersyukur itu bukan terpekur. Ungkapan syukur itu tidak selalu identik dengan doa atau menyembah. Syukur bisa bermakna lebih aktif untuk membagikan karunia yang telah kita terima.
2. Setangkup tangan yang membentuk merpati dengan daun/biji gandum/padi dan ketiganya saling berhubungan sehingga tercipta lingkaran yang tak terputuskan, dapat melambangkan:
Roh Kudus yang berkarya dalam iman Gereja
Ikatan persaudaraan yang aktif dalam doa dan dalam berbela rasa dengan saling berbagi dan menerima: kasih – damai – sejahtera.
Biji gandum/padi bukan saja simbol kesejahteraan namun juga ungkapan pertumbuhan.
Biji gandum/padi juga menandai Gereja yang ramah lingkungan dan dipertegas dengan tulisan tema yang berwarna hijau.
Merpati atau setangkup tangan warna-warna melambangkan keberagaman umat terirorial maupun kategorial di Keuskupan Agung Jakarta yang dipenuhi Roh Kudus, saling memberi dan menerima.
Pada tahun 2015, Gereja KAJ hendak BERSYUKUR melalui EVALUASI-REFLEKSI ArDasPas KAJ 2011-2015, PENGEMBANGAN KERASULAN AWAM dan HIDUP BAKTI dan KADERISASI RASUL AWAM.
Bersyukur adalah sikap dasar penting bagi umat beriman. Yesus bergembira dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepadaMU, Bapa, Tuhan langit dan bumi,…” (Luk 10:21). Kepada para murid-Nya, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang diawali dengan bersyukur, memuji dan memuliakan Allah.
Mengucap syukur juga adalah sikap dasar dari Jemaat Perdana yang membuat mereka menjadi Gereja yang disukai oleh banyak orang (Kis 2:41-47). Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi berkata, “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali mengingat kamu” (Fil 1:3).
Dalam rangka merayakan Tahun Syukur diharapkan umat KAJ mendoakan Doa Tahun Syukur dan menyanyikan lagu tema “Tiada Syukur tanpa Peduli pada setiap kesempatan yang dirasa baik.
Selamat merayakan Tahun Syukur 2015. Semoga kita makin menunjukkan rasa syukur kita dengan semakin peduli kepada sesama terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel juga dengan upaya membangun keutuhan ciptaan serta lebih tekun mendukung pengembangan generasi muda dan panggilan biarawan-biarawati.
Kami seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta bersyukur atas peziarahan kami selama tahun Iman, tahun Persaudaraan, dan Tahun Pelayanan.
Teristimewa kami bersyukur atas karya agung keselamatanMu, yang Engkau kerjakan bagi kami melalui hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kami Yesus Kristus. Dia menjadi Tuhan, Guru dan sumber inspirasi untuk menjadi anak-anak Mu.
Bimbinglah kami dengan terang Roh KudusMu,
Agar kami dapat menimba inspirasi dari peziarahan selama ini: supaya kami semakin mencintai Engkau, semakin tulus peduli kepada sesama, dan semakin gembira melayani sesama.
Tuntunlah kami untuk mewujudkan syukur dengan peduli kepada mereka yang lemah, kecil, miskin, dan tersisih; juga dengan upaya membangun keutuhan ciptaan serta lebih tekun mendukung pengembangan generasi muda dan panggilan biarawan-biarawati.
Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda kami semua, doakanlah kami untuk selalu bersyukur dan peduli kepada sesama seperti Engkau bersyukur dan peduli.
Sungguh ironis, propinsi Jawa Barat kembali jadi topscore dalam masalah kekerasan pada kebebasan beragama serta berkeyakinan, sekian hasil temuan Wahid Institute dalam laporan tahunan mereka tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan (KB) serta Intoleransi di Indonesia 2014, seperti dilansir dalam icrp-online.org.
Th. 2014, propinsi yang dinahkodai kader PKS, Ahmad Heryawan sudah berlangsung 55 kali tindakan pelanggaran pada kebebasan beragama serta berkeyakinan. Angka ini jauh melampaui posisi ke-2 DI Yogyakarta dengan jumlah kekerasan 21 masalah serta ketiga Sumatera Utara yaitu pada angka 18.
Dari 55 tindakan kekerasan atas nama agama di propinsi itu malah dikerjakan oleh aktor negara. Terdaftar Wahid Institute di Jawa Barat 36 dari 55 tindakan intoleransi di Jawa Barat dikerjakan pemerintah daerah maupun penegak hukum.
Sebagian masalah yang menyedot perhatian umpamanya tentang sengketa tanah GKI Yasmin di Bogor serta HKBP Philadephia di Bekasi. Semasing pemimpin daerah condong ikuti kehendak kelompok-kelompok radikal dalam persoalan sejenis ini.
Peneliti Senior Wahid Institute, Subhi Azhari lihat ada dua aspek terpenting Jawa Barat terus jadi nomer satu dalam kekerasan atas nama agama.
“Pertama, lantaran grup keagamaan yang intoleran banyak di Jawa Barat. Ke-2, kemungkinan ada kecenderungan segregasi sosial di beberapa daerah satelit kota besar diantara Jakarta serta Bandung, ” ucap Subhi, dalam konferensi pers di Wahid Institute, belum lama ini.
Ahmad Heryawan bahkan juga satu tahun lebih ke belakang menggandeng Front Pembela Islam (FPI) untuk melindungi “moralitas” serta agama di Jawa Barat. Walau sebenarnya seperti di ketahui berbarengan FPI jadi salah satu aktor dalam kekerasan pada minoritas.
Yang mulia Duta besar Vatikan untuk Indonesia Msgr. Antonio Guido Fillipazzi melalui sekretaris nunciatura Msgr. Jose Luis, menyampaikan pesan melalui email kepada komsos KWI mengenai jadwal misa Malam Natal dan Tahun baru 2015.
Informasi jadwal misa ini untuk memudahkan bagi para peziarah yang ingin mengikuti misa malam natal dan tahun baru serta mendengar pesan natal dan berkat urbi et orbi dari Bapa Suci . Juga pemberitahuan kepada pemilik TV yang ingin meliputi secara langsung perayaan tersebut. 24 Desember 2014
Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus, dipimpin oleh Bapa Suci Paus Fransiskus: Jam 20.15 – 22.30 waktu Roma 25 Desember 2014
Pesan Natal dan Berkat “Urbi et Orbi” dari Bapa Suci Paus Fransiskus di Piazza Santo Petrus: Jam 11-11.30 waktu Roma 1 Januari 2015
Misa Hari Raya Santa Maria Bunda Allah di Basilika Santo Petrus, dipimpin oleh Bapa Suci Paus Fransikus: jam 08.50- 10.30 waktu Roma
Paroki Santo Antonius Padua, Bidaracina
Misa Malam Natal (24 Des)
– Di Gereja Santo Antonius Padua, Bidaracina, jam 17:30 & 0:30
– Di St Agustinus, Halim PK, jam: 20:00
Misa HR Natal (25 Des)
– Di Gereja Santo Antonius Padua, Bidaracina, jam 06:00; 08:00; 10:30 (anak-anak); 16:00 (OST)
– Di Santo Agustinus, Halim PK, jam 08:00
Akhir pekan 12-14 Desember 2014 lalu 78 orang aktivis Seksi HAAK (Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) dari berbagai paroki di KAJ berkumpul di Wisma Canossa Bumi Serpong Damai, Tangerang. Hajatan ini diinisiasi oleh Seksi HAAK KAJ guna memberikan orientasi dasar kepada seluruh pegiat HAAK yang ada di KAJ. Tampil sebagai nara sumber adalah Rm. Prof. BS Mardiatmadja, SJ, Yohanes Haryono Darudono (Ketua Komisi HAAK KAJ), P. Krissantono, Harry Tjan Silalahi, Sebastian Salang dan Rm. DR. Al. Andang L. Binawa, SJ.
Selain membekali para peserta mengenai dasar-dasar teologis dan biblis kegiatan kemasyarakatan, dalam orientasi dasar ini juga dipaparkan mengenai kondisi kemasyarakatan dan politik kita saat ini serta bagaimana harusnya kita menanggapinya. “Sebagai saksi (martiria) bukan berarti kita harus mati untuk Kristus sebaliknya kita harus hidup untuk Kristus secara total hingga mati sekalipun oke,” tandas Rm. Mardiatmadja.
Jadi, lanjut Rm. Mardi, menjadi murid Kristus kita harus mampu memberi kesaksian iman melalui ibadat (liturgia), lewat persatuan (koinonia), pelayanan sosial (diakonia) dan lewat bimbingan rohani (polmenik) atau pengajaran kepada pihak lain. Setelah menjadi murid yang telah mendapatkan pengajaranNya kita juga diharapkan menjadi rasul (utusan). Utusan berarti menjadi pembawa kabar gembira itu kepada setiap mahluk. Pegangan kita adalah pesan Kitab Suci yaitu kita diutus untuk meujudkan persaudaraan sejati yang kongkrit bukan teoritis dan abastrak. (Kis 2:41-47). Sebab ciri semangat Kristiani kita menyatakan ke dalam kita kuat dan kokoh dan keluar kita membawa kabar sukacita yang menyejahterakan semua orang.
“Saya punya contoh kongkrit ketika dalam ibadat penguburan orang meninggal disaksikan oleh kerabat non katolik. Mereka kagum melihat betapa ibadat kita itu sangat memberi kesan menghargai jasad orang meninggal. Jadi doa dan ibadat kita menjadi sebuah kesaksian,” ungkap Rm. Mardi.
Tetapi di lain pihak Rm. Mardi mengungkapkan bahwa tujuan aktivis HAAK bukan mengkatolikkan orang lain. “Semangat kita adalah untuk meujudkan gereja yang lebih hidup dengan meujudkan persaudaraan sejati di Indonesia. Untuk itu kita perlu berdialog dengan pihak agama lain untuk mengatasi dan menanggapi seluruh aspek kehidupan kita sehari-hari. Sehingga peziarahan hidup kita menuju tanah air surgawi atau rumah abadi dengan cara agama masing-masing berjalan dengan baik,” ungkap Rm. Mardi. Rm. Mardi menandaskan bahwa agama kita berbeda-beda tetapi kebutuhan hidup kita sama. “Tidak ada beras katolik, tidak ada gula katolik atau ikan katolik. Artinya semua sama dan karenanya hubungan kita satu sama lain juga erat. Yang membedakan kita adalah pola laku, cara bicara, cara sembahyang atau cara kita melayani,” lanjutnya.
Sebagai warga negara Indonesia, para aktivis HAAK perlu memahami secara mendalam mengenai idiologi negara kita yaitu Pancasila. Lewat bahasa Pancasila dan bukan bahasa Injil kita akan lebih mudah untuk membangun komunikasi dan meujudkan persaudaraan sejati itu. “Apalagi hingga kini belum ada tafsir Pancasila yang baku. Kita bisa saling berdialog,” lanjut Rm. Mardi. Hal serupa juga ditekankan oleh Harry Tjan Silalahi. “Pancasila butuh tafsir dan penjelasan yang baru. Selain itu perlu juga ditegaskan bahwa negara bukan mengatur agama tetapi menjamin kehidupan umat beragama,” tandasnya.
Persaudaraan sejati itu bisa terujud dengan baik apabila kita mampu membangun komunikasi satu lainnya. “Karena banyak pihak yang harus kita ajak berdialog dan berkomunikasi, ada baiknya kita juga mempersiapkan semakin banyak kader yang mampu mengemban tugas dialog ini mewakili gereja ke tengah masyarakat,” tandas Haryono, Ketua Seksi HAAK KAJ.
Ujud kehadiran kader-kader itu bisa dalam bentuk formal seperti menjadi anggota legislative, eksekutif maupun yudikatif. “Dengan kehadiran kader kita di semua lembaga itu akan memungkinkan kita berdialog dengan kalangan yang lebih luas pula,” tambah Haryono.
Krissantono juga mengatakan bahwa kehadiran para aktivis HAAK ini akan menjadi perpanjangan tangan gereja ke pihak luar. “Gereja adalah kekuatan moral dan spiritual dan bukan pelaku politik. Lewat Komisi HAAK ini gereja mencoba memberikan semangat kepada para umatnya yang peduli akan politik dan bahkan sudah menggeluti politik. Karena itu akan sangat disayangkan kalau masih ada paroki yang belum memiliki seksi HAAK. Bahkan masih ada paroki yang menganggap seksi HAAK ini sekedar ada saja tak diurus,” tandas Krisantono. Krisantono mencontohkan berbagai persoalan yang berkembang di masyarakat. Adanya pelarangan pernikahan yang berbeda agama, penutupan akses jalan ke gereja, pembakaran gereja, lahirnya ide meniadakan kolom agama di KTP yang harus direspon dengan baik secara bersama-sama dengan pihak lain. “Dialog ini hanya bisa dilakukan bila sudah jauh-jauh hari ada tercipta jalur komunikasi yang baik. Jalur komunikasi itulah yang harus dibangun para aktivis HAAK,” tandas Krissantono.
Menurut Krissantono ada beberapa dasar-dasar dialog yang harus diketahui dengan baik antara lain prinsip : dalam hal prinsip harus bersama-sama, dalam segala hal dilandasi cintakasih), dalam kebenaran ada kebebasan. “Ketiga prinsip ini lahir dari St. Agustinus dan ditekankan oleh Mgr. Soegjapranoto,” ungkap Krisantono. Dia juga mengungkapkan bahwa Mgr. Ign. Suharyo telah diperkenalkan istilah konsolidasi komitmen politik. Tujuannya untuk mencari para politisi katolik yang menjadi utusan.
Krissantono juga menanggapi ungkapan bahwa politik itu kotor. “Yesus tahu bahwa dunia itu kotor karena dosa. Tetapi dia datang untuk memberesihkan. Demikian juga para anggota legislatif katolik sadar bahwa banyak permainan kotor di politik, karena itu mereka harus membersihkannya setelah lebih dahulu mereka bersih. Seperti tidak mendapat reward melainkan salib para legislator pun harus berani dan mau menerima salib itu,” tandas Krissantono. Untuk itu sejak jauh hari sebelum pemilu gereja sudah harus menciptakan kader-kader tangguh itu. Kader tangguh itu ibarat semut ireng yang ketika berhadapan dengan kendala berani mengambil jalan lain. “Jadi jangan seperti siput begitu disentil langsung masuk cangkang dan mutung,” tandas Krisnatono.
Di lain pihak Sebastian Salang mengemukakan bahwa hingga kini situasi politik Indonesia masih belum menentu. “Kita terus dalam masa transisi sejak reformasi,” ungkapnya. Namun ada hal positif yang menyejukkan bahwa pertentangan partai agama dan nasionalis semakin menurun. Kondisi ini mungkin akan bisa semakin memikat para generasi muda untuk terlibat dalam politik.
Tak kalah penting dari potret dunia politik makro Rm. Andang juga mengatakan politik mikro juga sangat penting. Bahkan menurutnya antara kondisi perpolitikan makro dan mikro hampir tidak ada korelasinya. “Kehidupan di masyarakat bawah berjalan sendiri. Jadi para aktivis HAAK perlu memberi perhatian khusus karena inilah yang paling dekat dengan kehidupan umat beriman sehari-hari,” ungkap Rm. Andang. Kehadiran para aktivis HAAK adalah membuat tanah persamaian itu makin subur sehingga iman para umat semakin berbuah banyak dan baik. Tanah persamaian dimaksud kondisi kemasyarakatan yang harmonis, bersaudara dan berbelarasa. “Para aktiis HAAK harus mampu menciptakan berbagai kegiatan dan melibatkan semakin banyak umat dalam menjalin kehidupan dialogis yang karib, guyub dan cair,” ungkap Rm. Andang. Bahkan Rm. Andang akan segera menandatangani persetujuan bila Komisi HAAK mengajak WKRI bekerjasama. Perbedayaan semua umat baik di kategorial maupuan di paroki masing-masing,” ungkap Rm. Andang.
Ada tiga masalah utama yang perlu mendapat perhatia seksi HAAK dan seluruh umat pada umumnya yaitu masalah lingkungan, kemiskinan dan intolernasi. Ketiga masalah ini tercantum dalam salib Kristus. Vertikan ke atas meujudkan cinta akan Tuhan. Vertikal ke bawah meujudkan cinta kita kepada bumi dan alam semesta (lingkungan). Salib horizontal ke kanan meujudkan cinta kita kepada sesama yang miskin sedangkan ke kiri cinta kepada sesama kita yang memusihi kita (intoleran).
HAAK terutama berkutat di salib horizontal ke kiri dan ke kanan. “Untuk membuka hubungan kita ke sesama ini, kita harus lebih peka akan apa yang mereka butuhkan. Langkah paling mudah untuk ikut berbaur dengan cair dalam lingkungan sekitar RT, RW, Kelurahan, Kecamatan bahkan kabupaten atau kota,” lanjut Rm. Andang.
Setelah orientasi dasar ini, Komisi HAAK juga berencana untuk mengadakan orientasi lanjutan dengan pokok bahasan yang lebih luas. Seperti pengenalan mengenai Islam (islamonologi) dan berbagai topik lain yang semakin memampukan para aktivis HAAK mengembang tugasnya.